Peristiwa November Balikpapan
Sejarah Kaltim, Jejak Perlawanan Rakyat di Balikpapan, 3 Momen Penting di Bulan November
Sejarah Kaltim, jejak perlawanan rakyat di Balikpapan, ada 3 momen penting di bulan November tahun 1945
Penulis: Tribun Kaltim | Editor: Amalia Husnul A
Ringkasan Berita:
- Jejak perlawanan rakyat di Balikpapan pada era Kemerdekaan mencatatkan 3 peristiwa penting di bulan November 1945
- Tiga peristiwa penting di bulan November 1945 di Balikpapan ini menjadi bagian sejarah Provinsi Kalimantan Timur (Kaltim)
- Tiga peristiwa penting yang terjadi di Balikpapan ini dimulai 13 November, 14 November dan puncaknya 18 November 1945
- Sayangnya, tidak banyak foto-foto peristiwa penting di bulan November 1945 yang bisa diperoleh.
TRIBUNKALTIM.CO, BALIKPAPAN - Bagian peristiwa bersejarah di Provinsi Kalimantan Timur (Kaltim), jejak perlawanan rakyat di Balikpapan di era kemerdekaan mencatat tiga momen penting di bulan November.
Tiga momen penting di bulan November tahun 1945 ini menjadi jejak perlawanan rakyat Balikpapan yang ketika itu juga dieksploitasi Belanda karena kandungan minyaknya.
Soekarno-Hatta memproklamirkan Kemerdekaan Indonesia 17 Agustus 1945, namun berita Kemerdekaan Indonesia ini terlambat sampai ke Balikpapan.
Kabar Proklamasi Kemerdekaan Indonesia tersebut baru sampai di Balikpapan sekitar tiga bulan pasca dibacakan Soekarno-Hatta akibat keterbatasan alat komunikasi lantaran dikontrol ketat oleh Jepang.
Baca juga: Cerita Peristiwa Bersejarah Kemerdekaan Indonesia 17 Agustus 1945 di Kota Balikpapan
Tepatnya pada November 1945.
Informasi kemerdekaan baru sampai melalui siaran radio yang didengar oleh pekerja Bataafsche Petroleum Maatschappij (BPM), perusahaan minyak Belanda yang kemudian dinasionalisasi menjadi Pertamina.
Pekerja BPM yang membawa kabar kemerdekaan Indonesia tersebut baru tiba di Balikpapan setelah berlayar dari Pulau Jawa.
“Informasi ini menjadi pemicu semangat masyarakat untuk menyampaikan kemerdekaan,” kata Rudiansyah, Pengelola Rumah Dahor, cagar budaya di Balikpapan yang menyimpan foto-foto sejarah Balikpapan.
Kabar Proklamasi Kemerdekaan Indonesia inilah yang kemudian memicu terjadi 3 peristiwa penting di bulan November 1945 yang menjadi jejak perlawanan rakyat di Balikpapan.
13 November 1945: Pengibaran Bendera Merah Putih yang Gagal
Usai kabar Proklamasi Kemerdekaan akhirnya sampai ke Balikpapan, ribuan warga menggelar demonstrasi di Lapangan Karang Anyar, Pandansari, Kota Balikpapan.
Ketika itu, lapangan Karang Anyar adalah Lapangan Buruh Minyak BPM.
Peristiwa ini dikenal sebagai Demonstrasi Rakyat Balikpapan sebagai simbol perjuangan Kemerdekaan Indonesia di Kota Minyak.
Ketika kabar kemerdekaan beredar ke sudut kota, masyarakat menggelar demontrasi di lapangan Karang Anyar tepat pada 13 November 1945.
Massa datang tidak hanya dari Balikpapan Kota, tetapi juga dari Samboja dan Balikpapan Seberang (kini Penajam Paser Utara).
“Pemuda Balikpapan baru mengetahui bahwa Indonesia sudah merdeka beberapa bulan sebelumnya.
Berbagai kabar perjuangan dari Jawa ikut membakar semangat mereka,” ujar sejarawan Herry Trunajaya, penulis buku Balikpapan 13 November 1945.
Herry menyebutnya sebagai demonstrasi terbesar pertama di Balikpapan pasca-kemerdekaan.
Dalam aksi demonstrasi di Lapangan Karang Anyar ini, tokoh Komite Indonesia Merdeka (KIM) seperti Abdul Moethalib, Husein Yusuf, dan M. Yahya berupaya menyampaikan orasi.
Namun setiap kali mereka mulai bicara, tentara Belanda menurunkan mereka dan membawa mereka ke markas NICA.
Rakyat bertekad mengibarkan bendera Merah Putih dalam aksi massa tersebut.
“Mereka mengibarkan Bendera Merah Putih sebagai tanda bahwa Balikpapan adalah bagian dari Republik Indonesia yang baru saja Merdeka pada 17 Agustus 1945,” ujar Rudi.
Dalam artian, pengibaran bendera ini menjadi penegasan bahwa rakyat Balikpapan menolak kembali berada di bawah kekuasaan Belanda atau Jepang.
Sayangnya, gelaran demonstrasi ini tak berjalan mulus.
Bendera Merah Putih gagal berkibar di Kota Minyak, sebab pemimpin aksi demonstran yakni Abdul Moethalib sebagai Tokoh Komite Indonesia Merdeka (KIM) Balikpapan ditangkap Belanda.
Upaya pengibaran Merah Putih pun gagal dilaksanakan.
Bendera Merah Putih yang dibawa seorang pemuda bernama Abdul Gani tersebut sempat disembunyikan di kantor Veteran yang awalnya di Gunung Malang dan dipindahkan ke Jalan Dondang.
Namun menurut Herry jejaknya hilang.
Sejak 2010, ia sudah mencoba menyusuri keberadaan bendera tersebut ketika mulai menyusun membuat buku Balikpapan 13 November 1945.
14 November 1945: Lima Tuntutan KIM kepada Belanda
Sehari setelah aksi massa, perundingan digelar antara KIM dan pihak Belanda di kantor Netherlands Indies Civil Administration (NICA) di Kampung Baru.
KIM dipimpin Abdul Moethalib, sementara Belanda diwakili Majoor Assenderp dan Lt. R.A.H. Bergman.
KIM mengajukan lima tuntutan utama, antara lain:
1. Pengakuan terhadap pengibaran Merah Putih di Balikpapan dan Kaltim.
2. Pembentukan kantor perwakilan Pemerintah RI.
3. Pengembalian uang rakyat yang disita Jepang kemudian diamankan Belanda.
4. Pembukaan jalur komunikasi Kalimantan–Jawa.
5. Pembebasan tahanan politik.
“Perundingan itu adalah langkah diplomasi setelah aksi massa berakhir ricuh,” kata Herry.
Meski tidak membuahkan kesepakatan konkret, momen ini menandai keberanian rakyat Balikpapan menyatakan diri sebagai bagian dari Republik Indonesia.
18 November 1945: Penyerangan ke Markas NICA Belanda
Empat hari setelah aksi besar 13 November dan perundingan 14 November 1945, Balikpapan kembali memanas.
Pada 18 November 1945, KIM melancarkan aksi penyerangan umum terhadap tentara NICA Belanda.
Aksi yang dipimpin Abdul Moethalib itu dimulai tepat tengah malam.
Tanda dimulainya pemberontakan adalah tiga tembakan pistol ke udara.
Target utama mereka adalah sentral listrik di Jalan Asrama Bukit (Askit), kini berada di Jalan Riko, Kampung Baru.
Rencananya, KIM akan memadamkan listrik sebagai sinyal serangan lanjutan.
Namun seluruh granat yang dilempar pemuda gagal merusak fasilitas listrik.
Balikpapan tetap terang hingga pagi, membuat rencana aksi lanjutan tidak dapat dieksekusi.
“Setelah granat tidak berhasil memutus listrik, pemberontakan praktis gagal.
Setelah itulah Abdul Moethalib semakin diburu,” jelas sejarawan Herry Trunajaya kepada Tribunkaltim.Co, Sabtu (15/11/2025).
Hingga hari ini, sosok Abdul Moethalib tetap misterius.
Tidak ada satu pun arsip pemerintah, keluarga, maupun foto dokumentasinya yang dapat ditemukan.
“Bahkan selembar foto pun tak ada. Ia diduga bukan orang asli Balikpapan. Kemungkinan dari Palembang,” kata Herry.
Ia dikenal cerdas, fasih bahasa Belanda, Jepang, dan Inggris, serta dihormati para pemuda.
Namun setelah 18 November 1945, ia diungsikan bersama istrinya dan tidak ada kabar lagi tentang keberadaannya.
Foto-foto Sejarah Hilang
Foto-foto aksi massa 13 November yang diambil tentara Australia pernah diserahkan kepada pejuang Samarinda, Junaid Sanusi.
Namun ketika dipinjam oleh seorang pemuda bernama Helda Helen dari Kuala Kapuas, arsip itu lenyap dibawa ke Jakarta.
“Hilangnya arsip membuat sejarah Balikpapan kurang dikenal generasi muda,” ujar Herry.
Herry berharap generasi muda tetap belajar mengenai sejarah lokal.
“Balikpapan punya sejarah perlawanan.
Kemerdekaan di sini diperjuangkan, bukan datang begitu saja,” katanya.
Peristiwa bersejarah sebagai upaya pengibaran bendera di Lapangan Karang Anyar ini nyaris tidak ada dokumentasinya.
Hingga nama-nama pejuang tersebut diabadikan dalam sebuah prasasti yang dikenal dengan Tugu Pahlawan atau Tugu Peristiwa Demonstrasi Rakyat Balikpapan yang pernah berdiri di kawasan kompleks Pertamina, Karang Anyar.
“Kini, prasasti itu dipindahkan di Rumah Cagar Budaya Dahor, menjadi bagian perjalanan sejarah di Kota Balikpapan,” katanya.
Baca juga: Aksi 13 November 1945, Ribuan Warga Balikpapan Tantang Belanda untuk Kibarkan Merah Putih
(TribunKaltim.co/Dwi Ardianto/Ary Nindita Intan RS)
Ikuti berita populer lainnya di saluran berikut: Channel WA, Facebook, X (Twitter), YouTube, Threads, Telegram
November
sejarah kaltim
Balikpapan
Sejarah Balikpapan
13 November
14 November
18 November
Eksklusif
TribunKaltim.co
| Sejarah Kaltim, Bangunan Polsek Samarinda Kota Jejak Barak Polisi Jaman Belanda, Ada Gerendel Tua |
|
|---|
| Dari Sumur Mathilda Balikpapan ke Hati Kevin, Rumah Dahor Menggugah Sejarah Kota Minyak |
|
|---|
| Sejarah Tenggarong, Ibu Kota Kabupaten Kukar yang Genap Berusia 243 Tahun, Ada Peran Aji Imbut |
|
|---|
| Situs Sejarah Kaltim Disiapkan Jadi Destinasi Wisata Edukasi, Masterplan Terpadu Belum Ada |
|
|---|
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/kaltim/foto/bank/originals/enak-nih.jpg)
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/kaltim/foto/bank/originals/20251116_sejarah-November-1945-di-Balikpapan_nama-pejuang-yang-demonstrasi-di-Lapangan-Karang-Anyar.jpg)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.