Berita Samarinda Terkini

Terhimpit Tiga Sekolah, SMPN 48 Samarinda Menanti Titik Terang Relokasi demi Jam Belajar Maksimal

SMP Negeri 48 Samarinda yang berada di kawasan padat permukiman Jalan Proklamasi, Kecamatan Sungai Pinang, Kota Samarinda

Penulis: Sintya Alfatika Sari | Editor: Budi Susilo
TRIBUNKALTIM.CO/SINTYA ALFATIKA SARI
RELOKASI SEKOLAH NEGERI - Suasana SMP Negeri 48 Samarinda yang berbagi lokasi dengan SDN 016 di Jalan Proklamasi, Kecamatan Sungai Pinang, salah satu alasan mendesaknya rencana relokasi sekolah pada Selasa (18/11/2025).  

“Di sini jalanannya yang banjir, cuman sekolahnya tidak banjir. Cuman ada satu kelas yang banjir. Untuk lingkungan sekolahnya sendiri tidak banjir,” katanya.

Meski tidak terdampak banjir signifikan, sekolah tetap menghadapi persoalan serius terkait keterbatasan ruang dan akses yang padat, terutama karena jumlah siswa terus meningkat melebihi kapasitas ideal.

Dengan total 12 rombongan belajar dan 401 siswa, pendaftar baru setiap tahun selalu jauh lebih banyak dibanding daya tampung. Kondisi ini semakin menegaskan perlunya ruang belajar yang lebih representatif.

“Rombel dari SMP Negeri 48 ini ada 12 rombel dan bersama-sama SD. Paginya itu SDN 016, yang siangnya itu SMP. Sehingga sangat besar harapan kami untuk relokasi sehingga proses pembelajarannya bisa maksimal,” ujarnya.

Lebih jauh, ia menegaskan bahwa relokasi bukan hanya untuk kenyamanan sarana, melainkan demi memastikan tujuan pendidikan nasional dapat tercapai.

Sementara itu, Wali Kota Samarinda, Andi Harun, sebelumnya telah menjelaskan bahwa kawasan pendidikan di Jalan Proklamasi saat ini menampung tiga sekolah sekaligus kapasitasnya telah jauh melampaui batas ideal. Untuk mengurangi kepadatan, Pemkot Samarinda menetapkan opsi relokasi SMPN 48 sebagai prioritas.

“Di rapat terakhir, SMP-nya yang akan kita relokasi keluar. Mudah-mudahan dananya cukup, 2026 kita akan bangun SMP-nya,” katanya.

Namun proses relokasi belum dapat dimulai karena keterbatasan lahan. Dua opsi lahan milik Pemkot di Perumahan Borneo dan dekat pemakaman Tionghoa dinilai tidak memenuhi standar keamanan dan kelayakan. Lahan di Perumahan Borneo terlalu kecil, sementara lahan dekat pemakaman memiliki potensi longsor.

“Setelah kita ukur, terlalu jauh yang berdekatan dengan kuburan itu juga potensi lahannya agak berbahaya karena ada ancaman potensi longsor juga sewaktu-waktu. Sementara di Perum Borneo itu satu kawasan tanah kita juga terlalu kecil, hanya kurang lebih 3 ribuan. Di samping itu juga jauh dari posisi sekolah yang ada sekarang,” ujarnya.

Pemkot kini terus mencari lokasi yang lebih representatif dengan target proses relokasi SMPN 48 dapat dimulai pada tahun mendatang.

Setelah relokasi direalisasikan, dua sekolah dasar di kawasan yang sama diharapkan dapat beroperasi dengan kapasitas ruang yang lebih memadai.

Walikota Andi Harun memastikan bahwa rencana ini masih dalam pembahasan teknis lintas perangkat daerah, mencakup perhitungan anggaran, penanganan banjir, analisis cut and fill, hingga metodologi pembangunan gedung sekolah baru.

“Berapa biayanya masih dibahas. Jadi ini tidak hanya Disdikbud tapi juga melibatkan PUPR karena ada analisis tadi cut and fill, mengatasi banjir bagian SDA, dan seterusnya,” pungkasnya. (*)

 

Sumber: Tribun Kaltim
Halaman 2/2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved