Tak Boleh Sembarangan, Menerbangkan Drone Wajib Ada Lisensi Ijin Terbang, Bak Pilot!
Banyak orang-orang pencinta videografi yang menggunakan drone sebagai alat untuk mengambil gambar dari berbagai sudut kamera.
TRIBUNKALTIM.CO - Drone menjadi sebuah hobi baru di zaman millenial sekarang.
Banyak orang-orang pencinta videografi yang menggunakan drone sebagai alat untuk mengambil gambar dari berbagai sudut kamera.
Dilansir reporter Grid.ID dari South China Morning Post.
Drone menghiasi langit di sebuah pangkalan penerbangan di Beijing utara,China saat para pilot berlatih take-off dan pendaratan menjelang tes.
Baca: Usai Syuting di Yogyakarta, Lee Kwang Soo Dapat Oleh-oleh yang Jadi Favorit Anak Kosan
Baca: INFO CPNS 2017 - Ada 500 Formasi di Provinsi Kaltara, Berikut Tiga Sektor yang Paling Dibutuhkan
Hal itu dimaksudkan untuk memenuhi syarat demi mendapatkan lisensi untuk menerbangkan pesawat tak berawak atau drone.
Penggemar Drone di China, berebut lisensi penerbang drone setelah pemerintah menerapkan peraturan ketat tahun ini untuk mencegah pesawat tak berawak menyimpang ke jalur penerbangan pesawat terbang komersial.
"Pesawat tak berawak bukanlah mainan," kata Yang Nuo, kepala sekolah pelatihan drone LTFY di ibukota China.
Baca: Tak Ada Wilayah di Samarinda yang Bersih dari Narkoba
Ia mengharapkan lebih banyak siswa mendaftar untuk meningkatkan kemampuannya menerbangkan drone.
"Ini melibatkan pengetahuan teoritis udara yang rumit." katanya.
"Karena undang-undang tentang pesawat terbang menerapkan dan kerangka hukum sedang dibangun, mereka menyuruh saya untuk datang dan mendapatkan lisensi terlebih dahulu," tambahnya.
Baca: Mulan Jameela Curhat Pakai Bahasa Sunda, Isinya Singgung Wanita yang Sering Telpon Suami Orang
Pada bulan Juni, China menetapkan tenggat waktu akhir Agustus untuk pemilik pesawat tak berawak, untuk mendaftarkan diri mereka demi mendapat lisensi terbang tersebut.
Pekan lalu, sebuah basis uji terbang dibuka di Shanghai, yang mengharuskan pesawat tak berawak sipil terbang di bawah 150 meter.
Sebagian lainnya menolak gagasan menghabiskan sekitar 10.000 yuan atau sekitar 10 juta rupiah untuk kualifikasi resmi penerbang drone, terutama karena ketidakpastian seputar peraturan di masa depan.
Baca: Sering Gonta-ganti Mobil, Ternyata ini Pekerjaan Suami yang juga Pelaku Pembunuhan PNS Cantik
"Mereka tidak tahu kapan peraturan selanjutnya akan diperkenalkan," kata Hao Jiale, manajer di sebuah toko drone DJI.
"Beberapa orang ingin menunggu dan melihat," tanpa membuat lisensi itu.
Artikel ini telah tayang di Grid.id dengan judul, "Menerbangkan Drone Kini Tak Bisa Sembarangan! Harus Ada Surat Lisensi Ijin Penerbangannya loh!"
Drone bentuk capung
Para peneliti di Laboratorium Draper dan Howard Hughes Medical Institute, di Janelia Research Campus, Virginia, Amerika Serikat, baru-baru ini menciptakan sebuah program bernama DragonflyEye.
DradonflyEye merupakan sebuah drone serangga yang menggunakan tubuh capung hidup untuk terbang.
Seperti dilansir dari laman Draper.com, pada bagian punggung capung dipakaiakn sebuah ransel kecil yang telah dilengkapi peralatan elektronik, sensor dan sel surya.
Baca: Hati-hati Main Drone Sembarangan Bisa Sebabkan Hal Seperti ini
Sel surya itu nantinya berfungsi sebagai sumber energi yang akan memberi kekuatan pada ransel kecil ini agar bisa berfungsi.
Capung dianggap sebagai serangga yang sangat efisien dan memiliki kemampuan manuver untuk dijadikan sebuah drone (pesawat tanpa awak) terkecil yang pernah ada.
Kini para periset di Draper sedang menciptakan sejenis drone hibrida dengan menggabungkan navigasi miniatur, biologi sintetis dan neuroteknologi untuk mengontrol capung ini untuk terbang sesuai instruksi.
Baca: Tak Ada Wilayah di Samarinda yang Bersih dari Narkoba
Proyek penelitian DragonflyEye, ini nantinya diharapkan bisa bermanfaat untuk membantu proses penyerbukan, menjadi jasa pengiriman muatan, jadi alat pengintaian dan bahkan bisa berfungsi sebagai pengobatan presisi dan diagnostik.
"DragonflyEye adalah jenis kendaraan mikro-aerial baru, lebih ringan dan lebih kecil ketimbang drone lainnya. Sistem ini mendorong menghasilkan energi, penginderaan gerak, algoritma, miniaturisasi dan optogenetika. Semua itu ada di dalam sistem yang bentuknya cukup kecil untuk dipakaikan ke serangga capung ini," ujar Jesse J. Wheeler, insinyur biomedis di Draper dan sekaligus peneliti utama dalam program ini. (Tribunkaltim.co/ Kay)