Membaca Gerakan Kaum Muda Milenial, Lewat Unjuk Rasa, Mahasiswa Telah Tinggalkan Zona Nyaman
Saya mau ajak kawan-kawan peneliti melihat fenomena gerakan mahasiswa di Indonesia yang kembali menggeliat dan tumbuh.
TRIBUNKALTIM.CO, JAKARTA - Fenomena kaum muda baik para mahasiswa maupun pelajar di minggu ini yang melakukan aksi demonstrasi unjuk rasa tolak revisi UU KPK dan RKUHP di berbagai daerah menuai pujian banyak pihak, ditambah lagi ada penangkapan Ananda Badudu.
Melihat hal itu, Ketua MPM ITB 1994-1995 yang juga Ilmuan Politik, Lucky Djani menganggap saat ini seluruh mahasiswa itu sudah keluar dari zona nyaman mereka.
"Saya mau ajak kawan-kawan peneliti melihat fenomena gerakan mahasiswa di Indonesia yang kembali menggeliat dan tumbuh. Ini menarik karena di Indonesia gerakan mahasiswa punya pintu berkembang dari satu dekade ke dekade lain," tuturnya dalam sebuah diskusi bertema "Membaca Gerakan Kaum Muda Milenial" di kawasan Cikini, Jakarta Pusat, Sabtu (28/9/2019).
Lucky Djani menuturkan sejak 1966 hingga 1998 jika diperhatikan setiap windu selalu ada gerakan mahasiswa.
"20 tahun reformasi berlalu minggu ini, muncul lagi gerakan mahasiswa".
Menurutnya fenomena ini sangat menarik karena sebagian besar orang menilai kini mahasiswa, pelajar serta kaum muda banyak menyibukkan diri dengan hal-hal yang berbau seni budaya lain.
Gerakan mahasiswa kemarin ini menarik, karena selama ini orang memandang remeh kaum muda di bangku kuliah, SMA.
Mereka terkesan apatis lebih tertarik mengkritisi budaya, kesenian, game, animasi dan lainnya.
"Kemarin mereka membuktikan mereka sudah keluar dari zona nyamannya," tambah Lucky.
Masih menurut Lucky, jika dibandingkan dengan gerakan mahasiswa era terdahulu, adanya perkembangan teknologi membuat gerakan-gerakan mahasiswa zaman itu lebih cepat dan masif.
"Masifnya gerakan mahasiswa minggu ini karena teknologi juga berkontribusi.
Mereka saling berbagi gagasan apa yang harus dikritisi.
Beda dengan era dahulu, untuk konsolidasi saja harus bertatap muka langsung, naik bus keliling kampus," imbuhnya.
Terakhir, Lucky berharap para anggota dewan bercermin diri karena tindak tanduk mereka di parlemen yang masih bercorak rezim hibrida.
Para anggota DPR tersebut tidak menyadari mereka sudah menimbulkan kemarahan bagi kaum muda.
Bayangkan kaum muda yang biasanya hanya nonton drama Korea, main game online bisa marah.
Berarti kan memang ada hal sangat keterlaluan di kalangan politik kita. Ini yang memicu mahasiswa bergerak,"singkatnya.
Sisi lainnya, vokalis Banda Neira sekaligus eks wartawan, Ananda Badudu ditangkap polisi di kediamannya di kawasan Tebet, Jakarta Selatan, Jumat (27/9/2019).
Penangkapan tersebut terkait penyerahan dana untuk aksi demonstrasi mahasiswa.
Dia, Ananda Badudu sempat menggalang donasi untuk aksi para mahasiswa di depan Kompleks Parlemen Senayan pada 23-24 September 2019.
• Bambang Soesatyo Balas Najwa Shihab, Tak Perlu Permalukan Narasumber Hanya Untuk Menaikkan Rating
• 9 Poin Alasan Ketua BEM UI Manik Marganamahendra Tolak Undangan Jokowi, Ada Syaratnya
• Dandhy Laksono dan Ananda Badudu Ditangkap, Presiden Joko Widodo Balik Badan: Sudah Ya Terima Kasih
• Bantahan Polisi Terkait Pernyataan Ananda Badudu, Sebut Mahasiswa Diperlakukan Tidak Etis
Aksi tersebut untuk memprotes revisi UU KPK, RKUHP, hingga revisi UU Ketenagakerjaan.
Penggalangan itu dilakukan Ananda Badudu melalui situs kitabisa.com sejak Minggu (22/9/2019).
Setelah diperiksa, penyidik Polda Metro Jaya kemudian membebaskan Ananda Badudu.
Dilansir dari Kompas.com, berikut rangkuman beberapa fakta terkait penangkapan Ananda Badudu:
1. Dijemput subuh
Manajer Kampanye Amnesty International Indonesia Puri Kencana mengatakan, Ananda Badudu dijemput polisi dari tempat tinggalnya di kawasan, Jakarta Selatan.
"(Pukul) 04.00 WIB, Ananda Wardhana Badudu sedang tertidur di kosnya. (Pukul) 04.25 WIB ada tamu menggedor-gedor pintu kamar, lalu dibuka oleh kawan Nanda," kata Puri saat dikonfirmasi Kompas.com, Jumat pagi.
Rupanya, tamu yang berjumlah empat orang itu adalah penyidik Polda Metro Jaya. Mereka dipimpin polisi bernama Eko.
Ananda ditunjukkan secarik kertas berwarna kuning yang diduga surat penangkapan atas dirinya.
2. Ditangkap tanpa perlawanan
Aziz, selaku sekuriti tempat Ananda tinggal menceritakan, polisi telah menunggu di dalam mobil yang terparkir di luar rusun.
Setelah menunggu cukup lama, polisi tersebut menghampiri salah satu teman Aziz yang juga sebagai sekuriti.
"Terus tiba-tiba orang Polda nyamperin temen saya, dikasih foto (Ananda) gitu, yang jaga di bawah bilang 'kenal,” kata Aziz saat ditemui di rusun.
Tiga sekuriti kemudian mendampingi polisi untuk menghampiri kamar Ananda. Saat pintu kamarnya diketuk, teman dari Ananda membuka pintu.
"Jadi dalam ruangan ada dua orang, yang buka pintu temannya. Terus Polda ngasih surat gitu ke temannya," kata dia.
Menurut Aziz, Ananda Badudu kooperatif saat dijemput polisi.
"Nurut saja dibawa, enggak ada marah-marah kayak gitu enggak ada, dia ikut saja langsung," ucap dia.
3. Respons keras masyarakat
Penangkapan Ananda Badudu dan Dandhy Dwi Laksono dalam kasus yang lain langsung mendapatkan perhatian publik.
Publik geram karena polisi sudah melakukan langkah –langkah penangkapan aktivis yang keras mengkritisi pemerintah.
Direktur LBH Masyarakat, Ricky Gunawan menyebut, saat ini kebebasan sipil masyarakat memang sedang dibungkam.
“Penangkapan sewenang-wenang terhadap Dhandy dan Ananda adalah upaya membungkam kebebasan sipil masyarakat. Padahal, keduanya bekerja secara damai dan tidak mempromosikan kekerasan,” ujarnya saat dihubungi Kompas.com, Jumat (27/9/2019) siang.
Hal ini sekaligus membuat siapa saja berpikir bahwa kebebasan berpendapat di negeri ini perlahan mulai dihilangkan.
Hal yang sama juga disuarakan kalangan mahasiwa.
Presiden BEM Sekolah Tinggi Ekonomi Islam (STEI) SEBI 2018-2019 Ghozi Basyir mengkritik keras tindakan polisi menangkap Ananda Badudu.
"Kenapa begitu? Ini kan niatnya baik. Dan membantu mahasiswa. Mahasiswa ini kan yang turun aksi kan dari daerah. Dari berbagai daerah," ujar Ghozi melalui sambungan telepon.
Ghozi menambahkan, mahasiswa menggunakan dana yang dihimpun tersebut untuk keperluan konsumsi.
Ia membantah bila mahasiswa memakai dana tersebut untuk tindakan anarkistis seperti membayar massa.
4. Ananda dibebaskan
Setelah diperiksa beberapa jam, Ananda Badudu dipulangkan penyidik Ditreskrimum Polda Metro Jaya.
Ananda hanya diperiksa sebagai saksi tentang aliran dana kepada mahasiswa yang menggelar aksi demonstrasi di depan Gedung DPR RI.
Ananda keluar dari gedung Ditreskrimum Polda Metro Jaya, Jumat pukul 10.17 WIB.
Saat keluar, Ananda mengatakan, pembebasan dirinya merupakan bentuk jaminan hukum yang hanya dapat dinikmati segelintir orang.
Ketika keluar, Ananda mengatakan masih banyak mahasiswa yang ditahan di dalam namun tidak mendapat pendampingan hukum yang lain.
"Saya salah satu orang yang beruntung punya privilege untuk bisa segera dibebaskan. Tapi di dalam saya lihat banyak sekali mahasiswa yang diproses tanpa pendampingam, diproses dengan cara-cara tidak etis. Mereka butuh pertolongan lebih dari saya," ujar Ananda sambil menahan tangis.
5. Transfer Rp 10 juta
Polisi mengatakan, Ananda Badudu mentransfer uang senilai Rp 10 juta kepada mahasiswa yang menggelar aksi unjuk rasa di depan Gedung DPR/MPR.
Kepala Bidang Humas Polda Metro Jaya Kombes Argo Yuwono mengatakan, informasi terkait aliran dana tersebut disampaikan mahasiswa yang telah ditetapkan tersangka oleh penyidik Polda Metro Jaya.
"Awalnya ada massa demo yang dijadikan tersangka karena melawan petugas. Dari hasil pemeriksaan, tersangka mendapat transfer (uang) Rp 10 juta dari saksi (Ananda Badudu)," ujar Argo saat dikonfirmasi, Jumat (27/9/2019).
Argo memastikan Ananda hanya dimintai klarifikasi sebagai saksi terkait aliran dana itu saat dia diperiksa polisi Jumat pagi.
• Rancangan Ibu Kota Indonesia yang Baru di Kalimantan Timur Disayembarakan
• Dijuluki The Avengers of Kpop, Super M Kolaborasi dengan Marvel dan Bakal Dibuat Komik
• Cetak Satu Gol ke Gawang Andritany, Pembuktian Lerby akan Dipanggil Timnas, Gomez Siapkan Pengganti
• Ziarah Makam jadi Wisata Religi, Pengemis di Makam Kutai Lama Mulai Dibina
Artikel ini telah tayang di Tribunnews.com dengan judul Mahasiswa Sudah Keluar dari Zona Nyaman.