Pendidikan

Sederet Fakta Belajar IPS ala SDN 021 Marangkayu Kukar, Asah Pola Kritis Sampai Bak Peneliti Cilik

Nanang Nuryanto, guru kelas V SDN 021 Marangkayu, Desa Santan Ulu, Kutai Kertanegara, Kalimantan Timur merancang pembelajaran inovatif mata pelajaran.

Editor: Budi Susilo
TribunKaltim.Co/HO Tanoto Foundation
Nanang Nuryanto, guru kelas V SDN 021 Marangkayu, Desa Santan Ulu, Kutai Kertanegara, Kalimantan Timur merancang pembelajaran inovatif mapel IPS lewat kolaborasi dengan mapel lain bahasa Indonesia dan matematika. (DOK. TANOTO FOUNDATION/NANANG NURYANTO) 

TRIBUNKALTIM.CO, MARANGKAYU - Ada sebuah Sekolah Dasar Negeri di Kabupaten Kutai Kartanegara, calon lokasi ibu kota baru Indonesia di Kalimantan Timur, membuat gebrakan inovasi dalam transfer pelajaran ke para pelajarnya. 

Kesan mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) dari sisi keilmuannya seharusnya mampu mengupas fakta-fakta sosial yang dekat dengan kehidupan anak.

Namun yang terjadi justru sebaliknya, siswa hanya menghafal apa yang terdapat di dalam buku paket.

Guru SMP di Balikpapan dapat Pelatihan dari Tanoto Foundation, Kenalkan Metode Pembelajaran Baru

Tingkatkan Kemampuan Guru di Balikpapan, Tanoto Foundation Beri Pelatihan 32 Guru ke Solo

Tanoto Foundation Sasar 24 Sekolah di Kukar

Siswa sering kurang menguasai materi pembelajaran karena metode belajarnya tidak memicu rasa ingin tahu dan tidak pula mendekatkan anak pada konteks permasalahan yang sedang dipelajari.

Keprihatinan ini mendorong Nanang Nuryanto, guru kelas V SDN 021 Marangkayu, Desa Santan Ulu, Kutai Kertanegara, Kalimantan Timur merancang pembelajaran inovatif mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS).

Ini melalui kolaborasi dengan mata pelajaran lain bahasa Indonesia dan Matematika.

Nanang menyampaikan melalui kegiatan ini ia ingin melatih siswa menjadi ' peneliti cilik' dengan menemukan, menyelidiki, dan memetakan permasalahan sosial yang ada di sekitar mereka.

Pembelajaran ini bisa membuat siswa mengenali desa mereka sendiri dan juga RT tempat tinggalnya.

"Karena masih banyak juga siswa yang tidak mengetahui RT atau alamat tempat tinggalnya,” kata Nanang.

1. Merumuskan pertanyaan sendiri

Dalam kegiatan ini, siswa diajak belajar langsung ke kantor desa tempat tinggalnya.

Siswa dibagi menjadi empat kelompok kecil, ditugaskan untuk menemukan informasi data batas wilayah desa.

Siswa ditantang untuk dapat mengumpulkan data-data mulai dari penyebaran agama, penduduk.

Dan suku di desa, banyaknya rukun tetangga (RT), dan pekerjaan masyarakat di desa.

Sebelum ke kantor desa, di dalam kelas secara berkelompok siswa ditugaskan membuat pertanyaan yang akan diajukan.

Halaman
1234
Sumber: Tribun Kaltim
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved