Desa Muhuran Alami Krisis Listrik, Tawarkan PLTS Komunal bila PLN tak Mampu Bangun Infrastruktur
Desa Muhuran Alami Krisis Listrik, Tawarkan PLTS Komunal bila PLN tak Mampu Bangun Infrastruktur
Penulis: Rahmad Taufik | Editor: Samir Paturusi
Diberitakan sebelumnya, Kaspul hidup kesakitan sehari-hari dengan 6 pen tertanam di tulang kering kaki kanannya selama 3 tahun.
Enam pen ini sebagian tertanam di dalam tulang keringnya, sebagian lagi mencuat di luar kulit dagingnya.
Keberadaan 6 pen di kakinya ini sangat mengganggu aktivitasnya.
Sesekali ketika kakinya melangkah, ia kerap merasakan nyeri luar biasa.
Setiap berjalan ia dibantu tongkat kruk. Seharusnya pen di kakinya itu sudah waktunya dilepas, namun keterbatasan biaya membuatnya harus bertahan dengan pen-pen itu.
Kaspul menceritakan asal mula kakinya itu harus dipen.
Tiga tahun silam ia bermotor dengan anak laki-lakinya melewati jalan hauling batubara.
Dari arah belakang kendaraan berat mau melintas.
Kaspul menepikan motornya untuk memberi lewat kendaraan berat itu.
Tanpa diduga, roda kendaraan berat itu melindas batu besar seberat 5 kg.
Batu itu terpental dan mengenai tulang kering kaki kanan Kaspul hingga berdarah.
• Pencurian Batubara di Perairan Loa Kulu, Kukar Libatkan 5 Klotok, Kerugian Capai 34 Ton Batubara
• Sederet Fakta Belajar IPS ala SDN 021 Marangkayu Kukar, Asah Pola Kritis Sampai Bak Peneliti Cilik
• Jumlah Anak di Kukar Capai 200 Ribu, Disdukcapil Baru Cetak 10 Ribu KIA
• Siapkan Rp 100 Miliar Lebih, Bupati dan Ketua KPU Teken Naskah Hibah untuk Pilkada Kukar 2020
“Tulang kaki saya langsung patah. Saya dibopong ke mobil dan dilarikan ke RSUD IA Moeis Samarinda Seberang,” ujar Kaspul.
Ia segera mendapat penanganan dari tim dokter di sana. Kakinya diberi pen.
Saat itu perusahaan batubara membantu biaya Rp 5 juta untuk pasang pen, tanpa uang santunan.
Dalam kondisi kaki tertanam pen, ia masih harus bekerja memulung besi dan plastik di sungai untuk menafkahi istri dan kedua orang anaknya.