Pidato Nadiem Makarim eks Bos Gojek di Hari Guru, Ajak Murid Buat Proyek Sosial dan Tak Janji Kosong
Pidato Nadiem Makarim eks Bos Gojek di Hari Guru, Ajak Murid Buat Proyek Sosial dan Tak Janji Kosong
TRIBUNKALTIM.CO - Pidato Nadiem Makarim eks Bos Gojek di Hari Guru, ajak murid buat proyek sosial dan tak janji kosong.
Teks Pidato Mendikbud Nadiem Makarim viral di Twitter dalam rangka menyambut Hari Guru yang jatuh pada 25 November 2015 ini.
Setiap tanggal 25 November 2019 di Indonesia, diperingati sebagai Hari Guru Nasional, seperti di Balikpapan dan Samarinda pasti ikut rayakan Hari Guru ini.
Hari Guru Nasional pada 25 November ditetapkan oleh Pemerintah Republik Indonesia dengan Keputusan Presiden Nomor 78 Tahun 1994.
Berikut teks pidato Mendkibud Nadiem Makarim yang viral di Twitter
• Kabar Buruk, Jaringan Teroris Ini Persiapkan Polisi Wanita Jadi Bomber Bunuh Diri, Ini Langkah Polri
• Cara Media Asing AFP, Reuters Beritakan Ahok Jadi Komisaris Utama Pertamina, Sindir Penistaan Agama
• Nyaris Tak Ada yang Dukung Presiden Jokowi Tiga Periode, Ini Respon PSI dan PDIP dan Gerindra
• Ini Akibat Fatal untuk Anies Baswedan dan DPRD DKI Jakarta Karena Tak Selesaikan Tugas Tepat Waktu
PIDATO MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN PADA UPACARA BENDERA PERINGATAN HARI GURU NASIONAL TAHUN 2019
Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh
Shalom,
Om Swastiastu,
Namo Buddhaya,
Rahayu,
Selamat pagi dan salam kebajikan bagi kita semua,
Bapak dan Ibu Guru yang saya hormati,
Biasanya tradisi Hari Guru dipenuhi oleh kata-kata inspiratif dan retorik. Mohon maaf, tetapi hari ini pidato saya akan sedikit berbeda. Saya ingin berbicara apa adanya, dengan hati yang tulus, kepada semua guru di Indonesia dari Sabang sampai Merauke,
Guru Indonesia yang Tercinta, tugas Anda adalah yang termulia sekaligus yang tersulit.
Anda ditugasi untuk membentuk masa depan bangsa, tetapi lebih sering diberi aturan dibandingkan dengan pertolongan.
Anda ingin membantu murid yang mengalami ketertinggalan di kelas, tetapi waktu anda habis untuk mengerjakan tugas administratif tanpa manfaat yang jelas.
Anda tahu betul bahwa potensi anak tidak dapat diukur dari hasil ujian, tetapi terpaksa mengejar angka karena didesak berbagai pemangku kepentingan.
Anda ingin mengajak murid keluar kelas untuk belajar dari dunia sekitarnya, tetapi kurikulum yang begitu padat menutup pintu petualangan.
Anda frustasi karena anda tahu bahwa di dunia nyata kemampuan berkarya dan berkolaborasi akan menentukan kesuksesan anak, bukan kemampuan menghafal.
Anda tahu bahwa setiap anak memiliki kebutuhan berbeda, tetapi keseragaman telah mengalahkan keberagaman sebagai prinsip dasar birokrasi.
Anda ingin setiap murid terinspirasi, tetapi anda tidak diberi kepercayaan untuk berinovasi.
Saya tidak akan membuat janji-janji kosong kepada anda. Perubahan adalah hal yang sulit dan penuh dengan ketidaknyamanan. Satu hal yang pasti, saya akan berjuang untuk kemerdekaan belajar di Indonesia.
Namun, perubahan tidak dapat dimulai dari atas. Semuanya berawal dan berakhir dari guru. Jangan menunggu aba-aba, jangan menunggu perintah. Ambillah langkah pertama.
Besok, di mana pun anda berada, lakukan perubahan kecil di kelas anda.
- Ajaklah kelas berdiskusi, bukan hanya mendengar.
- Berikan kesempatan kepada murid untuk mengajar di kelas
- Cetuskan proyek bakti sosial yang melibatkan seluruh kelas.
- Temukan suatu bakat dalam diri murid yang kurang percaya diri.
- Tawarkan bantuan kepada guru yang sedang mengalami kesulitan.
Apa pun perubahan kecil itu, jika setiap guru melakukannya secara serentak, kapal besar bernama Indonesia ini pasti akan bergerak.
Selamat Hari Guru,
#merdekabelajar #gurupenggerak
Wassalammualaikum warrahmatullahi wabarakatuh
Shalom,
Om Santi Santi Santi Om,
Namo Buddhaya,
Rahayu.
Jakarta, 25 November 2019
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia
Nadiem Anwar Makarim
Wawancara ekslusif dengan Nadiem Makarim
Sebagai Menteri pendidikan dan kebudayaan, apa tantangan yang Anda dan keMenterian ini hadapi ke depannya?
Tantangan ke depan itu terutama skalanya.
Kita punya sistem pendidikan terbesar keempat di dunia.
Tiga ratus ribu sekolah itu luar biasa.
Jumlah muridnya, jumlah gurunya, jumlah pemerintah daerahnya
Dan semuanya tersebar di archipelago terbesar kedua di dunia.
Yaitu Kepulauan Indonesia.
Jadi, challenge utamanya adalah skala.
Tadi Anda bilang rencana 100 hari kerja Anda mau belajar lebih dulu.
Kira-kira berapa lama waktu yang Anda butuhkan untuk belajar?
Cepat. Saya pasti cepat belajarnya.
Anda besar di dunia bisnis digital, kemudian ke pendidikan sebagai Menteri.
Apakah hal yang Anda geluti dulu akan dibawa dan dimanfaatkan?
Sudah pasti peran teknologi akan ada di situ, tetapi dalam bentuk apa, kita belum pasti.
Hal yang terpenting adalah kita mulai bukan dengan aksi, tapi belajar terlebih dulu dengan semua stakeholder yang ada.
Bukan berarti ini memakan waktu lama, tapi step pertama adalah jangan selalu memberikan solusi terlebih dulu. Pertama harus seperti murid yang baik.
Belajar lebih dulu, mengetahui seperti apa kondisi lapangan, kondisi guru, kondisi murid serta kondisi birokrasi dan administrasi.
Dari situ baru kita menemukan solusi-solusi, baik teknologi maupun nonteknologi, yang bisa meningkatkan kualitas pendidikan kita.
Dalam jajak pendapat dengan DPR ada nilai serap di Kemendikbud yang kurang maksimal. Kira-kira bagaimana ke depannya?
Kalau soal itu saya belum bisa mengomentari karena belum saya dalami lebih lanjut, tapi tentunya optimalisasi bujet APBN itu penting sekali.
Kita harus memastikan semua rupiah yang kita keluarkan untuk negara ada benefit-nya, terutama di pendidikan.
Soal kebudayaan, apakah Anda sudah punya rencana terobosan?
Saya belum bisa bilang terobosannya seperti apa, tapi yang jelas berhubung saya milenial dan background-nya teknologi, sudah pasti ada perubahan ke arah sana.
Saya belum bisa mention apa rencana yang saya lakukan. Hal yang sudah jelas adalah kita ingin fokus kepada manusia yang keluar dari sistem pendidikan ini seperti apa.
Satu, harus berkarakter, merupakan suatu sistem pendidikan berdasarkan kompetensi, bukan informasi saja. Kedua, harus relevansi.
Presiden selalu bilang link and match antara industri dan institusi pendidikan.
Skill-skill tersebut yang kita pelajari harus relevan.
Tentunya prinsip utamanya yaitu gotong-royong dan kolaborasi. Kita tidak bisa melakukan ini sendirian, harus ada gotong-royong.
Pusat dan daerah, orangtua, guru, murid, semua harus gotong-royong menciptakan institusi dan kualitas pendidikan yang lebih baik. (*)