Virus Corona
Sosok Ini Tawarkan Kurikulum Transisi di Fase Pendidikan Sekolah New Normal, Begini Kisi-kisinya
Sosok ini tawarkan kurikulum transisi di fase pendidikan sekolah new normal, begini kisi-kisinya
TRIBUNKALTIM.CO - Sosok ini tawarkan kurikulum transisi di fase pendidikan sekolah new normal, begini kisi-kisinya.
Sudah sekitar 3 bulan terakhir Kegiatan Belajar Mengajar tatap muka di sekolah ditiadakan akibat pandemi Virus Corona atau covid-19.
Wacana sekolah tatap muka kembali mencuat setelah Presiden Jokowi menggaungkan fase new normal.
Seorang pengamat pendidikan menyarankan penggunaan kurikulum transisi di fase sekolah tatap muka, new normal.
Beberapa pengamat pendidikan menyebut kurikulum harus ikut menyesuaikan keadaan, terkait wacana pemerintah yang akan memberlakukan Kegiatan Belajar Mengajar konvensional di masa transisi new normal menjelang ajaran baru.
Hal ini menjadi perbincangan karena sektor pendidikan dan sektor kesehatan bagi siswa dan guru sama-sama penting untuk diprioritaskan.
• Kematian Covid-19 di Wilayah Khofifah Lampaui Daerah Anies, Dirut RS Menangis Dapat Laporan Begini
• Punya Utang Jatuh Tempo Rp 6,5 Triliun, Begini Cara BPJS Kesehatan Melunasinya, Kategori Gagal Bayar
• Dipicu Balita Bocor Jantung tak Dilayani Bupati Barito Kuala Hentikan Kerjasama BPJS Kesehatan
Dalam hal ini, Pemerhati Pendidikan dari Universitas Negeri Surabaya (Unesa) Dr. Martadi M.Sn menawarkan alternatif yang bisa dipilih sekolah dengan menyesuaikan kurikulum dimasa transisi new normal.
"Kurikulum ini bisa disusun dengan memodifikasi Kurikulum 2013, baik penyederhanaan isi, strategi pembelajaran, dan penilaian agar lebih aplikatif serta kontekstual dengan kehidupan sekolah bahkan lingkungan keluarga," kata Martadi, Jumat (12/6/2020).
Menurutnya, Isi kurikulum transisi dapat disusun lebih realistis dengan mempertimbangkan beberapa hal penting seperti, keterbatasan waktu pembelajaran, daya dukung, dan pertemuan tatap muka antara guru-siswa.
"Yang lebih penting lagi, kurikulum transisi harus disusun dengan melibatkan orang tua partisipatif dan menempatkan keluarga sebagai bagian penting dalam pembelajaran atau home learning.
Sehingga kurikulum transisi harus berbasis rumah atau home base curriculum," ujar pria yang pernah meraih penghargaan sebagai Pengerak Literasi Surabaya dari Walikota Surabaya (2018).
kurikulum transisi, tidak boleh terlalu menekankan pada ketuntasan pencapaian target akademik akantetapi justru di fokuskan kepada pembentukan karakter, soft skills, dan nilai-nilai kepedulian kolektif untuk pencegahan penyebaran virus covid-19.
Melihat perbedaan kondisi sekolah di masing-masing daerah, Martadi merasa penting bagi sekolah diberikan ruang otonomi dalam menyusun kurikulum transisi.
"Pemerintah cukup membuat rambu-rambu secara umum, yang bisa dijadikan pedoman sekolah dalam menyusun Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikannya (KTSP)," jelas pria yang pernah menjadi dosen berprestasi Universitas Negeri Surabaya (2008).
Di samping itu, Ia menilai Revitalisasi Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) menjadi program atau ektrakurikuler yang wajib diberikan kepada semua siswa.
"Inilah momentum yang tepat, menjadikan UKS garda terdepan dalam meningkatkan perilaku hidup bersih dan sehat, menciptakan lingkungan sehat.
Khususnya dalam pencegahan Covid-19 di lingkungan sekolah," ungkap pria yang pernah meraih penghargaan Bintang Satya Lencana Pengabdian 20 tahun dari Presiden RI (2017).
Selain itu, Sekolah juga harus menerapkan protokol kesehatan yang ketat, mulai dari wajib mengenakan masker, mencuci tangan, tetap menjaga jarak dengan merujuk Protokol Penanganan Virus Corona di Area Pendidikan oleh World Health Organization ( WHO).
Yang terakhir, Martadi menyebut kurikulum transisi harus di lengkapi dengan kurikulum untuk orangtua atau buku panduan orang tua.
• Viral di Medsos, Kisah Penjual Gorengan Cah Ayu, Korban PHK Virus Corona, Pendidikan Tak Sembarangan
"Guru tidak mungkin bisa sendirian mencapai target kurikulum, karena terbatasnya waktu belajar di sekolah, orang tua harus dilibatkan secara aktif dalam pembelajaran di rumah.
Untuk itu perlu buku panduan orang tua," kata wisudawan terbaik IKIP Surabaya tersebut.
"Panduan, dibuat sesederhana mungkin, dikemas berupa infografis, video tutorial yang praktis dan bisa disebarkan melalui sosial media," pungkasnya.
Lantas, kapan sekolah dibuka
Ketua Gugus Tugas Percepatan Penanganan covid-19, Doni Monardo mengatakan pihaknya telah merumuskan program paralel dalam mengahadapi covid-19.
Program tersebut yakni mencegah masyarakat tidak terpapar covid-19 dan juga tidak terkena Pemutusan Hubungan Kerja (PHK).
• Blak-blakan di Mata Najwa, Anies Baswedan Beber Alasan Enggan Gunakan Kata New Normal Seperti Jokowi
• Tak Tinggal Diam Tagihan Listrik PLN Dibeber Fadjroel Rachman, Fadli Zon akan Tunjukkan Bukti Kuat
• Praperadilan Ruslan Buton eks Prajurit TNI, Jajaran Idham Azis Tak Hadir, Pengacara: Tak Taat Hukum
"Jadi kami mencoba untuk merangkum, merumuskan sebuah program sehingga pararel agar tidak terpapar covid tetapi juga tidak terkapar PHK," kata Doni kepada Presiden, di Kantor Pusat Gugus Tugas Percepatan Penanganan covid-19, di Graha Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Jakarta Timur, Rabu (10/6/2020).
Dalam program tersebut, menurut Doni, terdapat sejumlah tahapan sebelum menerapkan fase new normal di suatu wilayah atau melonggarkan sektor dari penerapan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB).
"Mulai dari daerah yang tidak ada kasus, kemudian sembilan sektor di bidang ekonomi yang risikonya sangat rendah, kemudian daerah yang risikonya juga rendah warna kuning," katanya.
Sektor pendidikan, menurut Doni, merupakan sektor yang paling terakhir akan dibuka atau dilonggarkan.
Ia mengatakan, risiko membuka sektor pendidikan sangat tinggi dalam penyebaran Virus Corona.
"Adapun pendidikan karena risikonya tinggi adalah bagian terakhir," katanya.
Berdasarkan pembagian wilayah, menurut jenderal bintang tiga itu, terdapat 44 persen wilayah yang penyebaran covid-19 nya rendah.
Kondisi penyebaran covid-19 tersebut menjadi salah satu pertimbangan dalam menerapkan kebiasaan baru atau fase new normal.
"514 kabupaten kota yang statusnya adalah risiko rendah dan aman Pak Presiden, yaitu warna kuning dan warna hijau," katanya.
Doni juga mengatakan, pembukaan aktivitas ekonomi pada fase new normal telah berdampak positif pada nilai tukar rupiah.
Hal itu disampaikan Doni saat menerima kedatangan Presiden Joko Widodo (Jokowi) di Kantor Pusat Gugus Tugas Percepatan Penanganan covid-19 di Graha Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Jakarta, Rabu (10/6/2020).
• Di Mata Najwa, Warganet Tanya Misteri Keberadaan Menkes, Najwa Shihab: Selamat Malam Pak Terawan
"Setelah sektor ekonomi kita sampaikan ke publik, maka kita lihat ada hal yang positif, rupiah langsung menguat bapak presiden," kata Doni.
Bahkan berdasarkan keterangan Gubernur Bank Indonesia, menurut Doni, cadangan devisa Indonesia saat ini 130,5 miliar dolar atau Rp 1.805 triliun.
"Salah satu kajian dari salah satu lembaga menempatkan Indonesia berada pada posisi yang relatif cukup bagus, Bapak Presiden.
Nah ini lah sekarang sedang kita jaga momentum ini," katanya.
Doni tidak menampik bahwa terdapat peningkatan kasus positif covid-19 setelah adanya pelonggaran Pembatasan Sosial Berskala Besar ( PSBB).
Peningkatan kasus tersebut kini ditanggulangi oleh gugus tugas pusat dan daerah.
"Kami sesuai perintah Bapak Presiden daerah-daerah yang relatif berisiko tinggi tetap kami kawal," katanya.
(*)
Artikel ini telah tayang di suryamalang.com dengan judul Apa Itu kurikulum transisi ? Diperlukan Saat Sekolah Masuk Kembali di Masa New Normal Covid-19, https://suryamalang.tribunnews.com/2020/06/12/apa-itu-kurikulum-transisi-diperlukan-saat-sekolah-masuk-kembali-di-masa-new-normal-covid-19?page=all.