Virus Corona
Risma Ikut Anjuran WHO yang Ditolak Doni Monardo, Cukup 1 Kali Tes Swab Pasien Virus Corona Pulang
Risma ikut anjuran WHO yang ditolak Doni Monardo, cukup 1 kali tes swab pasien Virus Corona bisa pulang
TRIBUNKALTIM.CO - Risma ikut anjuran WHO yang ditolak Doni Monardo, cukup 1 kali tes swab pasien Virus Corona bisa pulang.
Belum lama ini Ketua Gugus Tugas covid-19 Doni Monardo menolak mengikuti arahan WHO soal jumlah tes swab untuk menyatakan pasien Virus Corona sudah sembuh.
Diketahui, sebelum dinyatakan sembuh, pasien covid-19 harus mendapatkan hasil tes swab negatif selama dua kali berturut-turut.
Terbaru, Walikota Surabaya Tri Rismaharini atau Risma meminta RSUD Dr Soetomo memulangkan pasien Virus Corona jika sudah mendapatkan sekali hasil negatif tes swab.
Perwakilan Ikatan Dokter Indonesia ( IDI) Surabaya menjelaskan salah satu alasan Rumah Sakit Umum Daerah atau RSUD Dr Soetomo penuh.
• Kata-kata Melecehkan Ini Buat Pije Nekat Bakar Alphard Via Vallen, Ditolak Dua Kali Bertemu Idola
• Perpanjang PSBB Transisi, Anies Baswedan Klaim Rasio Tes Jakarta Lewati Standar WHO, Jumlahnya Besar
• Perintah Terbaru Jokowi ke Jajaran Idham Azis, Terutama Bhabinkamtibmas Desa Saat Pandemi covid-19
• Idham Azis Bocorkan Tema HUT Ke-74 Bhayangkara dan Bagi Beras Polisi Bukan Idenya: Saya Ini Apalah
Penjelasan itu disampaikan saat audiensi IDI Surabaya dengan Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini di Balai Kota, Surabaya, Senin (29/6/2020).
Salah satu penyebabnya, karena pasien covid-19 baru diizinkan pulang setelah mendapatkan dua kali hasil negatif tes swab.
Rumah sakit milik Pemerintah Provinsi Jawa Timur itu tak mau memulangkan pasien yang baru mendapatkan satu kali hasil negatif berdasarkan tes swab.
Karena, RSUD Dr Soetomo tak bisa mengklaim biaya perawatan pasien tersebut ke BPJS Kesehatan.
Siap bayar biaya perawatan Risma pun meminta RSUD Soetomo memulangkan pasien positif yang mendapatkan satu kali hasil negatif covid-19 berdasarkan tes swab.
Jika BPJS Kesehatan tak mau membayar, RSUD Dr Soetomo diminta mengklaim biaya perawatan ke Pemkot Surabaya.
"Kalau memang tidak bisa diklaim ke BPJS, silakan klaim kepada kami.
Sejak awal saya sudah sampaikan itu," kata Risma di Balai Kota, Surabaya, Senin.
Risma mengaku serius menangani pasien positif covid-19.
Pemkot Surabaya terus berusaha memutus penyebaran Virus Corona baru atau covid-19.
Risma meminta seluruh pihak tak meragukan komitmennya menangani covid-19.
Bahkan, politikus PDI Perjuangan itu siap tak menerima gaji dari negara asal kesehatan warganya yang terinfeksi covid-19 terjamin.
"Sudah, keluarkan itu (pasien covid-19), biar jadi tanggungan saya, kami yang bayar," kata Risma.
Risma menegaskan, Pemkot Surabaya siap menanggung biaya pasien itu.
"Dari awal, kami sudah sampaikan, untuk covid-19, kami pemerintah kota siap bayar," ujar Risma.
Satu kali hasil negatif bisa pulang
Sementara itu, Kepala Dinas Kesehatan Kota Surabaya Febria Rachmanita mengatakan, pasien positif covid-19 yang mendapatkan satu kali hasil negatif tes swab bisa dipulangkan.
Menurut Febria, hal itu bisa menjadi solusi memecahkan masalah RSUD Dr Soetomo yang kelebihan kapasitas.
"Tadi disampaikan, mereka (pasien covid-19 di RSUD Dr Soetomo) penuh karena mereka harus menunggu swab dua
kali negatif, yang mana sebenarnya satu kali negatif pun sudah bisa pulang," kata Febria di Balai Kota Surabaya, Senin (29/6/2020).
Pemkot Surabaya, kata dia, siap menanggung biaya perawatan pasien jika tak bisa diklaim ke BPJS Kesehatan.
"Jadi kenapa tidak memulangkan (pasien covid-19) karena BPJS tidak menanggung biaya klaim kalau satu kali negatif.
Jadi kami minta keluarkan saja enggak apa-apa, kalau misalnya takut tidak dibayar oleh BPJS silakan klaim ke Pemkot Surabaya," ujar Febria.
• Di ILC, Ali Ngabalin Dicecar PKS dan Fadli Zon Soal Kemarahan Jokowi, Karni Ilyas Bereaksi Bantu
79 persen warga Surabaya
Direktur RSUD Dr Soetomo Surabaya Joni Wahyuhadi mengatakan, sebagian besar pasien covid-19 yang dirawat di rumah sakit milik Pemprov Jawa Timur itu merupakan warg Surabaya.
Menurutnya, terdapat 1.097 pasien covid-19 di RSUD Soetomo, Surabaya, hingga Senin (29/6/2020).
"79 persen atau sebanyak 865 pasien adalah warga Surabaya, 232 pasien sisanya dari berbagai daerah," kata Joni di Gedung Negara Grahadi, Surabaya, Senin (29/6/2020) malam.
Komentar Doni Monardo Sebelumnya
Ketua Gugus Tugas Percepatan Penanganan covid-19 Doni Monardo menyebut, rekomendasi Organisasi Kesehatan Dunia ( WHO) terkait Virus Corona (covid-19) tidak selalu sesuai dengan kondisi di Indonesia.
Oleh karena itu, setiap rekomendasi perlu dikaji dulu dan tak langsung diikuti mentah-mentah.
• Refly Harun Bongkar Penyebab Kinerja Menteri Jokowi Tak Efektif, Presiden Tak Terapkan Sistem Ini
• Demam 100 Hari, Batuk dan Kelelahan, Waspada Gejala Baru Virus Corona, Simak Penjelasan Dokter
• 15 Vaksin Virus Corona Sudah Uji Klinis, Pengiriman Dimulai Akhir 2020, Negara Uni Eropa Sudah Pesan
• Beredar Video Rhoma Irama Nyanyi di Acara Sunatan, Bupati Geram, Polisi: Bukan Manggung tapi Tamu
"Pemberitahuan dari WHO perlu kita kaji sesuai kondisi di negara kita.
Kalau kita ikuti mentah-mentah, dampaknya kita pasti akan terjadi penularan yang lebih banyak lagi," kata Doni usai rapat terbatas di Istana, Senin (29/6/2020).
Hal ini disampaikan Doni menanggapi adanya imbauan baru WHO bahwa tidak diperlukan tes dua kali untuk menyatakan pasien sembuh dari covid-19.
Menurut Doni, harus dilakukan kajian terlebih dahulu sebelum melaksanakan imbauan WHO tersebut.
Apalagi menurut dia, pernyataan WHO sering berubah-ubah.
Salah satunya soal orang tanpa gejala ( OTG) yang disebut memiliki risiko penularan yang kecil.
"Oleh WHO pernah dimuat mungkin dua minggu yang lalu.
Kita sudah diskusi, apa enggak salah nih WHO.
Ternyata benar diralat lagi sama WHO.
WHO berubah-ubah terus," kata dia. Doni pun menilai akan sangat berbahaya apabila pernyataan WHO itu langsung diikuti mentah-mentah.
Sebab, jumlah OTG di Indonesia sangat besar, mencapai antara 70 persen hingga mendekati 90 persen.
Mereka bisa menjadi pembawa virus bagi kelompok rentan.
"Mereka ( OTG) ini tidak apa-apa.
Tapi menjadi sangat berisiko ketika dia menyentuh orang tua dan orang dengan penyakit komorbid," kata dia.
Doni sekaligus kembali mengingatkan agar kelompok masyarakat itu berhati-hati melakukan kegiatan di luar rumah.
Selain itu, para pimpinan perusahaan atau pejabat negara harus mengetahui kondisi kesehatan karyawan atau jajarannya.
Mereka yang memiliki penyakit penyerta diimbau untuk tidak diberi kesempatan berkerja dari kantor.
• Dengar Akan Ada Reshuffle, Eks Jubir KPK Minta Jokowi Tak Copot Tito Karnavian, Soroti Yasonna Laoly
"Apabila ini dilakukan kita bisa mengurangi risiko masyarakat yang punya komorbid ini bisa selamat," kata Doni Monardo.
(*)
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "RSUD Soetomo Surabaya Penuh, Ini Solusi yang Ditawarkan Risma", https://regional.kompas.com/read/2020/07/01/17020881/rsud-soetomo-surabaya-penuh-ini-solusi-yang-ditawarkan-risma?page=all#page2.