Diduga Geng Anarko, Masuk dalam Demo Mahasiswa Tolak UU Cipta Kerja di Berbagai Daerah yang Ricuh
Aksi unjuk rasa yang berujung ricuh di berbagai daerah, dianalisis pihak berwajib ada ditungangi kelompok Anarko.
TRIBUNKALTIM.CO, JAKARTA - Diduga ada kelompok Anarko, masuk dalam aktivitas Demo Mahasiswa yang menolak disahkannya UU Cipta Kerja.
Aksi unjuk rasa yang berujung ricuh di berbagai daerah, diduga ada ditunggangi kelompok Anarko.
Massa misterius muncul di antara pengunjuk rasa yang memprotes UU Cipta Kerja di sejumlah wilayah di Indonesia.
Massa misterius tersebut biasa berpakaian hitam menyusup di antara pengunjuk rasa dan memicu kerusuhan.
Baca Juga: Jadwal Penerapan Sanksi Tidak Pakai Masker di Samarinda, Pelanggar akan Disidang Yustisi
Baca Juga: Masih Zona Orange Covid-19, Jam Malam di Balikpapan Masih Berlaku
Baca Juga: Cara Bikin Tubuh Tetap Bugar Selama WFH Kala Pandemi Corona ala Lembaga Anti Doping Indonesia
Berdasarkan data yang dihimpun Tribunnews.com, kelompok massa misterius tersebut muncul dalam aksi demonstrasi tolak UU Cipta Kerja di sejumlah wilayah mulai dari Jakarta, Jawa Barat, Sumatera Selatan, dan Bali.
Keadaan Jawa Barat
Di wilayah Jawa Barat, kelompok berpakaian hitam tersebut muncul dalam demonstrasi UU Cipta Kerja di Sukabumi, Garut, dan Bandung.
Di Sukabumi, sejumlah pemuda yang mengunakan pakaian serba hitam diamakan ke Mapolres Sukabumi Kota.
Kapolres Sukabumi Kota, AKBP Sumarni mengatakan, beberapa orang tersebut diduga menjadi provokator dalam aksi kerusuhan yang terjadi di Jalan RE Martadinata.
"Kami sudah mengamankan beberapa provokator yang mendomplengi aksi unjuk rasa mahasiswa," kata Kapolres Sukabumi Kota, AKBP Sumarni pada wartawan di sekitar Lapang Merdeka, Rabu (7/10/2020).
Pihaknya mengaku, belum bisa memastikan masa aksi tersebut berasal dari kelompok mana. Namun, Sumarni memastikan kelompok tersebut tidak memiliki izin untuk melakukan aksi unjuk rasa bersama mahasiswa.
"Hingga saat ini sejumlah orang yang diamankan tersebut masih dalam penyelidikan petugas," katanya.
Tidak hanya di Sukabumi, kelompok berpakaian hitam pun muncul dalam demo buruh dan mahasiswa di depan Gedung DPRD Garut, Kamis (8/10/2020).
Demo tersebut berlangsung ricuh. Aksi saling dorong terjadi antara mahasiswa dan petugas yang berjaga di gerbang DPRD Garut. Massa pun sempat melempari petugas dengan botol air mineral dan barang lainnya.
Massa berbaju hitam yang diduga anarko pun terlihat di kerumunan massa. Bahkan sempat terjadi aksi dorong antara mahasiswa dan massa berpakaian hitam.
Keberadaan kelompok berpakaian hitam-hitam pun dilaporkan muncul saat aksi demonstrasi di Gedung DPRD Jabar, Selasa (6/10/2020).
Massa tersebut bukan mahasiswa dan bukan pula buruh. "Perusuh ini bukan massa buruh atau dari massa mahasiswa," ujar Kapolrestabes Bandung Kombes Pol Ulung Sampurna Jaya di Jalan Dipenogoro, Selasa malam.
Menurut pantauan Tribun Jabar, sekitar pukul 17.00 tidak ada massa buruh yang berunjuk rasa menolak UU Cipta Kerja di Gedung Sate yang lokasinya berdekatan dengan Gedung DPRD Jabar.
Sekitar pukul 17.00 hingga kerusuhan pecah pukul 18.00 dan kembali k?ondusif pukul 19.00 WIB.
Massa yang terlibat kerusuhan tidak diketahui dari kelompok mana. Mereka mengenakan pakaian hitam-hitam.
"Kami tidak menyampaikan itu Anarko, karena sekarang masih didalami. Sejauh ini sudah ada 10 orang yang diamankan,"ucap dia.
Polisi sempat melepaskan gas air mata ke arah massa setelah sebelumnya massa melempari polisi dengan batu dan berbagai benda.
Mobil Covid Hunter milik Polrestabes Bandung dirusak massa perusuh yang berpakaian hitam-hitam saat unjuk rasa terkait UU Cipta Kerja di Jalan Dipenogoro, Kota Bandung,? Selasa (6/10/2020) malam.
Perusakan mobil Covid Hunter itu terjadi di pertigaan Jalan Dipenogoro-Jalan Trunojoyo.
Situasi Palembang
Dilansir dari Tribunsumsel.com, tujuh pemuda diamankan pihak kepolisian.
Pemuda yang tidak jelas asal usulnya tersebut tiba-tiba datang dengan membawa bendera warna hijau begambar mata.
Dengan mengenakan baju hitam, para pemuda ini diduga akan menjadi penyusup dalam aksi yang akan digelar mahasiswa di Simpang Lima DPRD Sumsel, Rabu (7/10/2020). Para pemuda yang mencurigakan ini langsung diamankan pihak kepolisian.
Kondisi Denpasar
Massa berpakaian hitam pun muncul dalam unjuk rasa di depan Gedung DPRD Bali, Kamis (8/10/2020).
Unjuk rasa tersebut berakhir ricuh. Awalnya, massa berkumpul di depan Kampus Universitas Udayana di Jalan Sudirman. Mereka kemudian berjalan kaki menuju gedung DPRD Bali dan tiba sekitar pukul 15.00 WITA.
Namun, setelah tiba massa aksi berbaju hitam melempari petugas kepolisian yang berjaga. Polisi membalasnya dengan tembakan gas air mata.
Pantauan Kompas.com, hingga pukul 16.15 WITA, massa masih bertahan di depan gedung DPRD Bali. Adapun lemparan batu mulai mereda.
Sementara sebagian massa lain bertahan di depan gedung Universitas Udayana. Mereka berorasi secara gantian menuntut agar Undang-undang Cipta Kerja dibatalkan.
"Tuntutan teman-teman aksi hari ini ingin pemerintah dan DPR RI untuk mencabut UU Cipta Kerja karena dinilai sangat merugikan masyarakat Indonesia," kata juru bicara aliansi Bali Tidak Diam, Abror Torik Tanjilla di kampus Universitas Udayana, Kamis.
Ia menyebut massa akan terus melakukan aksi hingga pemerintah mengabulkan tuntutan mereka. Adapun hingga Kamis sore petugas kepolisian masih berjaga di dalam gedung DPRD Bali.
Keadaan Malang
Massa berpakaian serba hitam pun muncul dalam aksi unjuk rasa menolak UU Omnibus Law Cipta di Kota Malang, Jawa Timur, Kamis (8/10/2020).
Kelompok tak dikenal tersebut langsung berbuat anarkis dengan melempar batu, bom molotov, dan membakar kendaraan. Kapolresta Malang Kota, Kombes Pol Leonardus Simarmata mengatakan bahwa selama ini wilayah Kota Malang selalu aman dan kondusif.
"Selama ini Kota Malang selalu aman, tidak pernah ada kejadian yang seperti ini. Tapi tadi kami lihat, begitu massa yang anarkis itu mulai beraksi, teman-teman mahasiswa dan buruh langsung mundur ke belakang," ujarnya kepada TribunJatim.com, Kamis (8/10/2020).
Ia menjelaskan bahwa pihaknya akan mendalami, dari kelompok mana massa yang anarkis tersebut. "Karena kelompok tersebut bukan mahasiswa dan bukan buruh. Dan anggota kelompok massa yang anarkis ini, memakai pakaian serba hitam dan usia anggota kelompok itu masih di bawah umur," jelasnya.
Dirinya juga menerangkan terhitung mulai pukul 17.15 WIB, semua aksi unjuk rasa tersebut dipastikan telah selesai. "Kami pun juga telah melakukan negosiasi dengan baik (dengan para demonstran). Dan kami imbau kepada mereka untuk membubarkan diri," tambahnya.
Mantan Wakapolrestabes Surabaya ini juga mengungkapkan bahwa pihaknya telah mengamankan beberapa demonstran.
"Ada sekitar 80 orang yang kami amankan. Saat ini kami akan melakukan pemeriksaan. Kami cek, apa perananannya pada saat demo tersebut. Bila memang tak terkait dengan pengrusakan dan pembakaran, maka akan kami kembalikan (dipulangkan)," katanya.
Dirinya juga menambahkan bahwa mobil milik kepolisian juga ikut menjadi sasaran amuk massa, dalam aksi unjuk rasa tersebut.
"Kendaraan dinas yang dirusak oleh massa antara lain mobil milik Satpol PP Kota Malang, satu bus dari Polres Batu, dan dua truk milik Polres Blitar. Selain itu dua sepeda motor dinas milik Polresta Malang Kota, dibakar oleh massa pengunjuk rasa," ujarnya.
Kondisi Jakarta
Halte Transjakarta di Bundaran HI, Jakarta Pusat dibakar massa penolak UU Cipta Kerja, Kamis (8/10/2020).
Pantauan Tribunnews.com di lokasi, saat aksi pembakaran dan perusakan Halte Transjakarta Bundaran HI oleh massa demonstran, sejumlah pasukan TNI dan Polri yang bertugas turut menyaksikan.
Seakan tak berdaya, petugas TNI-Polri hanya dapat menyaksikan dan berjaga di kawasan Bundaran HI. Mereka tak melakukan apa-apa, hanya menyaksikan seraya mengimbau warga yang bukan massa demonstran agar tidak mendekat dan berhati-hati.
Seorang anggota kepolisian yang sempat berbincang dengan Tribunnews.com menceritakan, aksi pembakaran Halte Transjakarta Bundaran HI oleh massa demonstran terjadi sekira pukul 17:00 WIB.
Hingga pukul 18:02 WIB, massa pengunjuk rasa menolak UU Cipta Kerja masih bertahan di kawasan Bundaran HI.
Seorang pelajar SMA bertopi dan mengenakan jaket terlihat memanjat traffic light yang berada tepat di depan Halte Transjakarta Bundaran HI.
Ia terlihat mengenakan celana abu-abu, lalu mengibarkan bendera merah putih, yang kemudian diikuti nyanyian lagu nasional Padamu Negeri oleh massa aksi lainnya.
Saat berita ini diturunkan, sebuah mobil komando memasuki kawasan Bundaran HI. Sang orator dan para massa yang mengikuti iring-iringan mobil komando itu mengenakan pakaian serba hitam.
"Ikut demo, masa cuma ngerokok di pinggiran," ucap sang orator.
Gerakan Kelompok Anarko
Kepala Bidang Humas Polda Metro Jaya Kombes Yusri Yunus mengatakan, kerusuhan yang terjadi pada aksi demo penolakan pengesahan omnibus law Undang-Undang Cipta Kerja pada Kamis (8/10/2020) bukan dilakukan buruh ataupun mahasiswa.
Menurut Yusri, kerusuhan diduga dilakukan oleh orang-orang yang tergabung dalam kelompok Anarko. Mereka menyusup di antara para buruh dan mahasiswa untuk membuat kerusuhan saat aksi demo berlangsung.
Saat ini, lanjut Yusri, polisi telah mengamankan 1.000 orang yang diduga terlibat dalam aksi kerusuhan yang sempat terjadi di Simpang Harmoni hingga kawasan Patung Kuda Arjuna Wiwaha, Jakarta Pusat.
"Memang kita lakukan satu kegiatan pengamanan sejak sore tadi, sekitar kurang lebih 1000 orang yang kita amankan, Anarko yang mencoba melakukan kerusuhan. Tidak ada sama sekali buruh dan mahasiswa," kata Yusri dalam siaran Kompas TV, Kamis (8/10/2020).
Yusri menyampaikan, massa yang diduga tergabung dalam kelompok Anarko tersebut merupakan pengangguran yang datang ke Jakarta untuk membuat kerusuhan.
"Mereka memang pengangguran yang datang dari beberapa daerah, baik menggunakan kereta api dan truk-truk. Saat kita ini kita lakukan pemeriksan, mereka pengangguran semuanya," ujar Yusri.
Sebagai informasi, tahun lalu, kelompok Anarko pernah ditangkap di Jawa Barat dalam peringatan Hari Buruh Internasional atau May Day.
Saat melakukan aksinya, mereka berbaju serba hitam. Kelompok ini juga terendus di beberapa kota termasuk di Yogyakarta.
Rektor Imbau Demo Mahasiswa tak Anarkis
Universitas Balikpapan ( Uniba ) secara resmi telah mengirimkan surat kepada Presiden Republik Indonesia agar Presiden Jokowi dapat menerbitkan Perppu Cipta Kerja mengingat Undang-undang Cipta Kerja yang disahkah DPR pada tanggal 5 Oktober 2020.
UU ini mendapat penolakan yang cukup serius dari berbagai elemen masyarakat khususnya buruh dan mahasiswa.
Baca Juga: Kota Tarakan jadi Pilot Project Penukaran Minyak Jelantah dengan Emas, Hitungan Minimal Rp 10.000
Baca Juga: Dorong Pertumbuhan Investasi, PLN Kaltimra Beber Sistem Kelistrikan Kalimantan Surplus Hingga 600 MW
Begitu ujar Rektor Universitas Balikpapan, Rendy Susiswo Ismail kepada TribunKaltim.co pada Kamis (8/10/2020).
Surat dilayangkan, sebagai upaya untuk menekan jumlah penyebaran Corona atau covid-19. Alih-alih melakukan konsolidasi tatap muka.
"Mengingat saat Indonesia juga sedang menghadapi penyebaran wabah Corona atau covid 19, kerumunan massa yang menolak Undang-undang Cipta Kerja tersebut dikhawatirkan menjadi cluster baru penyebaran covid-19," katanya.
Selain itu, lanjutnya, memang terdapat beberapa hal, baik secara formil maupun materiil didalam UU tersebut yang harus dibenahi terlebih dahulu.
Pembahasan Undang-undang yang cukup krusial dan menyentuh hajat hidup orang banyak harus benar-benar dilakukan dengan baik dan sesuai kaidah pembentukan peraturan perundang-undangan.
Khususnya partisipasi masyarakat yang akan terdampak atas berlakunya Undang-undang tersebut harus dilibatkan secara optimal.
"Tentu kita semua sepakat dengan rencana pemerintah yang mengoptimalkan perputaran perekonomian dalam negeri melalui investasi, tetapi juga penting harus diperhatikan berkaitan dengan kelangsungan kelestarian lingkungan hidup, kesejahteraan pekerja dan aspek lainnya," urainya.
Rendy juga menyinggung persoalan aksi yang terjadi di berbagai daerah. Termasuk banyak dilakukan mahasiswa Uniba.
"Diharapkan peserta unjuk rasa dapat benar-benar menjalankan protokol kesehatan untuk menghindari penyebaran Covid-19 dan menjauhi hal-hal yang mengarah pada anarkisme baik oleh peserta unjuk rasa maupun aparat kepolisian yang berjaga," imbaunya.
(Tribunjabar.co.id/ tribunsumsel.com/ tribunbali.com/ suryamalang/ kompas.com).