Hasil Studi: Kekebalan Terhadap Virus Corona Bisa Bertahan Lebih Lama, Bahkan Bertahun-tahun
Kekebalan tubuh terhadap virus corona menurut beberapa studi sebelumnya mengungkap kekebalan menghadapi virus corona hanya bertahan beberapa bulan saj
TRIBUNKALTIM.CO - Kekebalan tubuh terhadap virus corona menurut beberapa studi yang dilakukan sebelumnya mengungkap kekebalan menghadapi virus corona hanya bertahan beberapa bulan saja.
Karena sejumlah penelitian tersebut selama ini hanya berfokus pada antibodi, atau komponen protein dari sistem kekebalan.
Namun, studi baru menemukan bahwa kekebalan terhadap virus corona bisa bertahan lebih dari dari 6 bulan.
Bahkan mungkin diperkirakan hingga bertahun-tahun, saat semua komponen memori kekebalan tubuh juga turut dipertimbangkan.
Studi tersebut telah dipublikasikan secara daring pada Senin lalu di biorxiv.org, dan menambah lagi penelitian tentang kekebalan tubuh terhadap virus SARS-CoV-2.
Baca juga: Klaster Keluarga Jadi Dominasi, Satgas Balikpapan Sulit Penuhi Target Tracing
Baca juga: Pemkab Paser tak Bisa Lagi Bangun Rumah Layak Huni Bagi Warga Kurang Mampu, Ini Alasannya
Kendati demikian, studi tersebut belum ditinjau oleh sejawat dan belum diterbitkan dalam jurnal ilmiah.
Seperti dikutip dari CNN, Kamis (19/11/2020), penelitian ini membawa informasi baru untuk memahami bagaimana kekebalan virus corona dapat bertahan lebih lama.
Dalam studi ini, analisis menunjukkan beberapa kompartemen memori kekebalan lainnya.
Riset dilakukan terhadap 185 orang dewasa, usia 19 hingga 81 tahun, di Amerika Serikat yang telah pulih dari Covid-19, penyakit yang diakibatkan infeksi virus corona baru.
Sebagian besar peserta tersebut, mengalami sakit ringan akibat penyakit baru ini.
Baca juga: Agar Tidak Cepat Busuk, Lembek dan Bertunas, Berikut Tips Menyimpan Bawang Merah yang Benar
Baca juga: BLT Guru Honorer, Rp 1,8 Juta Langsung Masuk Rekening, info.gtk.kemdikbud.go.id, Gunakan Akun PTK
Komponen Memori Kekebalan
Para peneliti yang berasal dari La Jolla Institute for Immunology, University of California, San Diego, dan Icahn School of Medicine di Mount Sinai, menganalisis sampel darah peserta yang dikumpulkan dari berbagai titik setelah timbulnya gejala.
Ada beberapa sampel yang dikumpulkan lebih dari enam bulan kemudian.
Para peneliti memeriksa komponen memori imun atau kekebalan pada sampel darah yang dikumpulkan tersebut.
Berdasarkan analisis komponen memori kekebalan tersebut, mereka menemukan bahwa antibodi 'bertahan lama' dengan hanya sedikit penurunan yang muncul pada enam sampai delapan bulan.
Akan tetapi, mereka mencatat bahwa tingkat respons kekebalan virus corona pada antibodi orang dewasa berada pada kisaran 200 kali lipat.

Selain itu, peneliti juga menemukan bahwa sel B memori terdeteksi pada hampir semua kasus Covid-19 yang tampaknya seiring waktu memori sel tersebut terus mengalami peningkatan.
"Memori sel B untuk beberapa infeksi lain telah diamati dan ternyata berumur panjang, termasuk 60+ tahun setelah vaksinasi cacar, atau 90+ tahun setelah infeksi influenza," tulis peneliti dalam makalah tersebut.
Peneliti mengidentifikasi dua jenis sel T dan menurut data mereka menunjukkan bahwa memori sel T mungkin mencapai tingkatan yang lebih stabil.
Atau fase pembusukan cenderung lebih lambat, bahkan lebih lambat dari 6 bulan pertama pascainfeksi.
Kendati demikian, studi ini masih memiliki keterbatasan, termasuk diperlukannya lebih banyak penelitian untuk menentukan apakah temuan serupa juga akan muncul di antara kelompok kasus yang lebih besar di lebih banyak titik waktu.
"Secara keseluruhan, ini adalah studi yang sangat penting yang mengkonfirmasi keberadaan memori kekebalan terhadap virus corona, tetapi dengan variasi dari orang ke orang," kata Lawrence Young, profesor onkologi molekuler di University of Warwick.
Baca juga: NEWS VIDEO Polisi Ringkus Tersangka Penggelapan, Ada Enam Motor Ojol Hasil Aksinya di Samarinda
Baca juga: Berau Dijatah 137.464 Vaksin Covid-19 Atau 60% dari Total Penduduk, 3 Profesi Ini Diutamakan Dapat
Dalam sebuah pernyataan yang didistribusikan oleh Science Media Center yang berbasis di Inggris, Young mengungkapkan variasi tersebut mungkin disebabkan oleh beberapa orang yang memiliki tingkat infeksi asimtomatik yang sangat rendah.
"Mungkin diharapkan bahwa orang yang sebelumnya terinfeksi dengan respons kekebalan yang rendah akan rentan terhadap infeksi ulang SARS-CoV-2," imbuh Young yang tidak terlibat dalam studi tersebut.
Namun, Young menggarisbawahi bahwa ada informasi penting dalam studi tersebut, yakni respons kekebalan virus corona tersebut bisa bertahan lebih lama dari yang diperkirakan sebelumnya.
"Ini memungkinkan kami terus berharap bahwa vaksin yang efektif akan mampu mendorong sistem kekebalan perlindungan yang berkelanjutan," jelas Young.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Kekebalan Virus Corona Bisa Bertahan Lebih Lama",