Berita Balikpapan Terkini
Harga Sembako di Balikpapan, Selama Pandemi Covid-19, Permintaan Tahu Tempe Turun 10 Persen
Hal tersebut terjadi, seiring dengan turunnya daya beli masyarakat terhadap bahan makanan di Kota Balikpapan pada Jumat (8/1/2021).
Penulis: Heriani AM | Editor: Budi Susilo
TRIBUNKALTIM.CO, BALIKPAPAN - Permintaan tahu dan tempe selama pandemi di Balikpapan turut mengalami penurunan.
Hal tersebut terjadi, seiring dengan turunnya daya beli masyarakat terhadap bahan makanan di Kota Balikpapan pada Jumat (8/1/2021).
Pihak UMKM tahu tempe berpengaruh di anak sekolah, karena sejak libur tentu berkurang.
"Di warung-warung hingga perusahaan juga begitu," ujar Wakil Ketua Koperasi Produsen Tahu Tempe Indonesia (Primkopti) Balikpapan Ahmad Arifin, saat dijumpai di Sentra Industri Tahu Tempe Somber.
Baca juga: Tingkat Hunian Hotel di Balikpapan Masih Bergerak Stagnan
Baca juga: Rahmad Masud Berniat Kembangkan Pelabuhan Somber jadi Wisata Bahari di Balikpapan
Baca juga: Wawali Balikpapan Rahmad Masud Berniat Kembangkan Wisata Bahari, Pelabuhan Somber Jadi Multifungsi
Ia menyebut selama pandemi, terjadi penurunan sekira 10 sampai 20 persen.
Saat ini, para UMKM di Sentra Industri Kecil Somber memproduksi tahu tempe sekitar 350 kilogram.
Jumlah itu berkurang dari sebelum adanya pandemi Corona atau covid-19.
"Sebelumnya bisa 400 sampai 500 kilogram per hari. Sekarang mentok Rp 400 kilogram," tukasnya.
Baca juga: Ruang ICU di Balikpapan Penuh, Rumah Sakit Diminta Selektif Tampung Pasien dari Luar Daerah
Baca juga: Hadapi Pandemi Covid-19, Pemkot Balikpapan Kaji PSBB, Wilayah Penularan Tinggi Bakal Local Lockdown
Baca juga: Ruang Isolasi Covid-19 di Balikpapan Nyaris Penuh, Rumah Sakit Diminta Tambah Kapasitas 30 Persen
"Makanya di tahun ini, UMKM khususnya tahu tempe dengan covid-19 ditambah kenaikan harga kedelai. Membuat kami memutar ide. Produksi sudah menurun, harga kedelai juga naik," sambungnya.
Melalui keputusan yang pihaknya ambil, yakni menaikan harga pasaran untuk menutupi biaya operasional per 3 Januari 2021 lalu.
Tempe tidak mengalami perubahan harga, namun ukurannya diperkecil. Berbeda dengan tahu yang memang memiliki cetakan khusus, sehingga kenaikan harga tak terelakkan.
Baca juga: Simak Keseruan 10 Days Challenge 2020 Periode 4 Saat Pandemi Covid-19, Kalimantan Timur Terlibat
Baca juga: Gubernur Isran Noor dalam Rapat Paripurna DPRD Kaltim: Covid-19 Itu Nyata Jangan Dianggap Enteng
Baca juga: Bangkitkan UMKM, Pegadaian Gandeng IWAPI, Siapkan Pembiayaan dan Tabungan Emas Seluruh Indonesia
Per ember tahu, yang berisi 200 potong dikenakan harga Rp 80 ribu dimana sebelumnya Rp 70 ribu. Begitu pun yang dijual per kemasan, harga pasarnya dinaikkan Rp 1000.
Menghadapi 2021, pihaknya optimis pengrajin tahu tempe mampu bertahan. Meskipun permintaan belum bergerak naik. Apalagi belum diketahui dampak kenaikan harga kedelai ini nantinya.
"Kami berharap harga kedelai kembali normal. Dan pandemi segera berlalu, permintaan kembali naik," tutupnya.
Produsen Tempe Kurangi Komposisi
Berita sebelumnya. Kenaikan harga kedelai juga memberikan dampak kepada pelaku usaha pembuat tahu dan tempe di daerah. Salah satunya di Kota Samarinda, Kalimantan Timur (Kaltim).
Diungkapkan oleh Kasimin (73) pemilik usaha pabrik tahu yang terletak di Jalan Lumba - Lumba, RT 10, Kelurahan Selili, Kecamatan Samarinda Ilir, Kota Samarinda.
Ia menyebutkan bahwa perkarungnya kenaikan harga kedelai hingga saat ini sudah mencapai Rp. 140 ribu, dengan berat 50 kilogram perkarung.
Dari yang mulanya perkarung hanya Rp. 360 ribu, hingga kini kenaikan harganya mencapai Rp 500 ribu.
Baca juga: Beginilah Prosedur Orang yang Pernah Terpapar Corona dalam Program Vaksinasi Covid-19
Baca juga: Pandemi Covid-19, Pelaku Usaha Tempe dan Tahu di Berau Alami Penurunan Produksi
Baca juga: Harga Sembako di Bontang, Kenaikan Pasokan Impor Kedelai Belum Berimbas, Tempe dan Tahu Masih Normal
Kenaikan harga tersebut tidak intans atau secara langsung, tetapi kenaikannya secara bertahap yang terhitung sekitar mulai Bulan November 2020.
"Kenaikan harga kedelai itu mulai sekitar bulan 11 tahun 2020. Dan itu terus - menerus hingga akhirnya sampai saat ini," ucapnya saat diwawancarai awak media Tribunkaltim.co di tempatnya, Selasa (5/1/2021) petang.
Dirinya biasa sekali membeli kedelai, 15 karung dengan total harga Rp. 3,6 juta, dalam satu minggu.
Setelah adanya kenaikan ia tetap mengambil dengan jumlah sekian namun harganya sekarang naik menjadi Rp. 7 juta.
Belum lagi ditambah dengan kenaikan harga bahan pokok lainnya seperti, kayu yang menjadi bahan bakar, minyak, plastik dan lainnnya.
Baca juga: Operasi Lilin 2020, Polres Penajam Paser Utara Bagi Sembako untuk Warga Terdampak Covid-19
Baca juga: CATAT! 38,8 Juta Warga akan Terima Bansos Mulai Besok 4 Januari 2021, PKH, BST dan Program Sembako
Baca juga: Harga Sembako di Kutai Timur, Jelang Natal 2020, Komoditi Cabai Kutim Merangkak Naik
"15 karung itu habis satu minggu, itu aja sudah saya kurangi karena bahan mahal segalanya naik semua," ujarnya.
Mensiasati hal tersebut, ada pengurangan jumlah potongan tahu dan ada yang dinaikan harganya, seperti untuk yang mentah ia yang mulanya menjual Rp. 10 ribu per 40 potong, kini ia menjual hanya 30 potong saja.
Sedangkan yang sudah digoreng, biasanya menjual 100 potong dengan harga Rp. 30 ribu, dinaikan menjadi Rp. 35 ribu.
Kendati demikian, diceritakannya ada saja yang bertanya terhadap kenaikan harga tersebut.
"Tapi saya sampaikan, kalau mau ya segini, kalau tidak mau ya sampean coba cari di lain saja. Tapi sama saja semua yang lain juga naik," katanya.
Baca juga: Natal 2020 di Kukar, Polres Bersama Pokdar Kamtibmas Bagi-bagi Sembako di Gereja
Baca juga: Tiba di Gudang Samarinda, Vaksin Covid-19 Dijaga Personel Gabungan Selama 24 Jam Penuh
Baca juga: NEWS VIDEO 25.520 Vaksin Covid-19 untuk Kaltim Belum Bisa Digunakan, Tunggu Izin dari BPOM Keluar
Ia membeberkan pendapatan bersihnya ketika berhasil terjual, dalam seminggunya biasanya Rp. 500 ribu. Tetapi setelah adanya kenaikan seperti sekarang ini, ia mengaku dalam seminggu hanya Rp. 100 lebih.
"Kalau sekarang sudah tidak seperti 500 itu, paling lebihnya buat makan aja ya kira - kira Rp. 100 ribu lebih," imbuhnya.
Sementara itu, diungkapkan oleh Anwar Sanusi pengusaha pabrik tempe, bahwa ia mengurangi jumlah produksi.
Yang mulanya dalam sehari 50 Kilogram, kini seletah adanya kenaikan harga kedelai ia hanya memproduksi 30 sampai 40 Kilogram saja.
Dengan harga Rp. 15 ribu per 1 kotak berukuran cukup besar.
Dan juga mengurangi ukurannya, semisal dalam dua kilogram dikurangi hanya beberapa ons.
"Tetap membuat tempe, 30 sampai 40 kilogram, gak sampai 50 kilogram," ujarnya saat diwawancarai di tempat jualanya, yang terletak di Gang Buntu, Kelurahan Selili, Kecamatan Samarinda Ilir, Samarinda, Selasa (5/1/2021) malam.
Hal tersebut, diambil mensiasati kenaikan harga kedelai yang melambung dibandingkan sebelumnya.
Ditambah pandemi Covid-19 atau virus corona, beban yang dipikul oleh lelaki yang memiliki dua anak tersebut, kini semakin terasa.
Pasalnya berdasarkan pengakuannya, pelanggan atau orang biasa membeli tempe di tempatnya mengalami penurunan, sehingga pendapatan pun berkurang.
Namun ia enggan menyampaikan penghasilan tersebut secara detail kepada awak media.
"Pendapatan merosot jauh, sejak wabah Corona," pungkasnya.
(Tribunkaltim.co/Heriani)