Lebaran Idul Fitri 2021
Pandangan Sosiolog Soal Warga Masih Ada yang Nekat Pulang Kampung meski Dilarang
Inkonsistensi pemerintah dan miskomunikasi antar lembaga terkait yang membuat ini menjadi celah masih banyaknya warga.
TRIBUNKALTIM.CO, JAKARTA – Inkonsistensi pemerintah dan miskomunikasi antar lembaga terkait yang membuat ini menjadi celah masih banyaknya warga yang memutuskan untuk mudik.
Muncul eberapa faktor yang menyebabkan masyarakat tidak bisa lepas dari tradisi mudik di hari raya keagamaan.
Pertama adalah faktor struktural yang berkaitan dengan ketimpangan dalam hubungan desa dan kota di Indonesia
Indonesia setiap tahunnya mengalami fenomena mudik Lebaran Idul Fitri.
Baca Juga: Gubernur Kaltara Zainal Paliwang Ingatkan ASN Kalimantan Utara untuk Tidak Mudik
Baca Juga: Tiga Hari Larangan Mudik Bontang, 14 Kendaraan Plat dari Luar Disuruh Petugas untuk Putar Balik
Tradisi ini dilakukan masyarakat Indonesia pada umumnya di hari raya keagamaan untuk melepas rindu dengan keluarga di kampung halaman.
Namun pada tahun ini, dunia masih dihadapkan dengan situasi pandemi covid-19 yang membuat pemerintah kembali mengeluarkan kebijakan larangan mudik untuk mencegah penyebaran covid-19.
Itu berkaca dari kasus Covid-19 yang terjadi di India saat pemerintahnya melonggarkan pembatasan.
Robertus Robert, Sosiolog dari Universitas Negeri Jakarta (UNJ) mengatakan mudik bisa dilarang namun tidak bisa dihentikan.
Baca Juga: Larangan Mudik Malinau 2021, Satgas Covid-19 Siapkan Alternatif, Tidak Patuh Harus Putar Balik
Menurutnya mudik merupakan suatu peristiwa sosial dan budaya yang tidak bisa diukur dengan ukuran hitam dan putih.
Kalau mudik memang tidak bisa dihentikan, apakah pelarangan mudik salah? Ya sudah pasti juga nggak salah.
Untuk mencegah covid-19 memang pemerintah punya kewajiban untuk melarang mudik supaya tidak terjadi penyebaran penularan.
"Ini juga kebijakan yang benar untuk mengetatkan gerak sosial di masa pandemi,” kata Robert dalam talkshow pada Senin (10/5/2021).