Berita Internasional Terkini
Resmi, WHO Beri Nama Baru Virus Penyebab Covid-19, Bukan Lagi SARSCoV2, Tujuannya Hilangkan Stigma
Resmi, WHO beri nama baru Virus Corona penyebab Covid-19, bukan lagi SARS-CoV-2, tujuannya hilangkan stigma
Baca Juga: Jadwal Vaksinasi Covid-19 Bagi Masyarakat Umum di Balikpapan Kalimantan Timur
Baca Juga: Soal Penanganan Covid-19, Satgas Kecamatan Tinjau Pertamina RU V Balikpapan
Penyakit endemik adalah penyakit yang selalu ada pada suatu daerah atau kelompok populasi tertentu.
Dia melanjutkan, saat ini dunia sangat berharap adanya herd immunity.
Entah bagaimana banyak yang percaya, jika banyak orang yang kebal terhadap virus maka angka penularan akan menurun.
Heymann yang juga seorang ahli epidemiologi di London School of Hygiene and Tropical Medicine mengatakan, konsep herd immunity disalahpahami.
Baca Juga: Waspada Vaksin Covid-19 Ilegal, Satgas Balikpapan Beri Tips agar Masyarakat tak Terjebak
Baca Juga: Pasca Lebaran, Nunukan Kembali Berstatus Zona Oranye Covid-19, Kasus Corona Tambah 6 Positif
"Tampaknya takdir (virus corona) SARS-CoV-2 penyebab Covid-19 akan menjadi endemik, seperti halnya 4 virus corona lain yang menginfeksi manusia."
"Virus akan terus bermutasi saat berkembang biak di sel manusia," imbuhnya, dikutip dari The Guardian.
"Kita hidup dalam masyarakat global yang semakin kompleks. Ancaman ini akan terus berlanjut. Jika ada satu hal yang perlu kita pelajari dari pandemi ini, dengan semua tragedi dan kehilangan, kita perlu bertindak bersama. Kita perlu melakukan tindakan yang lebih baik setiap hari," tambahnya.
Kepala ilmuwan WHO, Dr Soumya Swaminathan menambahkan, pelaksanaan vaksinasi Covid-19 tidak berarti menghentikan protokol kesehatan seperti jaga jarak, mencuci tangan, memakai masker, dan menghindari kerumunan di masa depan.
Swaminathan mengatakan, peran pertama dari vaksin adalah untuk mencegah penyakit simptomatik, penyakit parah, dan kematian.
Sementara, apakah vaksin juga akan mengurangi jumlah infeksi atau mencegah orang menularkan virus, pertanyaan ini masih harus dikaji.
"Saya tidak percaya kami memiliki bukti bahwa vaksin apapun dapat mencegah seseorang benar-benar terinfeksi dan karena itu masih dapat menularkannya," kata Swaminathan.