Berita Nasional Terkini
Hanya Lewat TikTok Lalu Daftar Jadi TKW ke Malaysia, Endang Terpaksa Gadai BPKP untuk Biaya Pulang
Pekerja Migran Indonesia (PMI) di Malaysia ini bersyukur bika kembali ke Indonesia dan berkumpul kembali bersama keluarganya
Gak tahu bagaimana caranya Ibu Tuti bisa hubungi majikan saya kedua kalinya, meyakinkan saya sudah ada di KJRI, akhirnya majikan saya kasih paspor dan baju saya itupun pakai grab,” ujarnya.
Kemungkinan sang majikan akhirnya mau mengembalikan paspor dan pakaiannya karena takut dilaporkan. Karena KJRI menyampaikan ke dirinya, selain ia ada juga orang lain nasibnya sama.
“Ada enam orang, berangkat beda-beda hari.Kalau resmi, pengalaman saya diberangkatkan Malaysia Singapura langsung sekalian,” ujarnya.
Ia melanjutkan, selain dirinya masih ada rekannya juga ingin pulang dengan nasib sama.
“Dia takut juga, kemarin disita ijazah dan KK-nya. Karena dia punya polisi dari Mabes Polri, awalnya gak digubris sponsor saya mungkin dikira orang biasa.
Tapi disampaikan kalau tidak dikirim ijazahnya maka dilapor ke Dinas Tenaga Kerja,” ujarnya.
Ia melanjutkan, ia juga sudah menyampaikan kepada Ibu Tuti pihak KJRI selain dirinya ada yang bernasib sama.Bahkan ada yang bekerja empat tahun tidak dibayar majikan.
“Ada dua tahun, empat tahun tidak digaji. Ujung-ujungnya mau minta pulang dikasih denda. Ini sekarang kawan-kawan saya ada di selter KJRI, menunggu gaji mereka diberikan majikannya masing-masing.
Ada yang orangtua, kerja tiga minggu pindah-pindah. Akhirnay berani lari dan ke KJRI, kerja setengah mati, uang diambil sponsor. Kasihan TKW kita di Malaysia ini. Alhamdulillah sudah diurus semua KJRI sekarang tinggal tunggu gajinya diupayakan,” ujarnya.
Baca juga: Terima Uang Dari Calon Pekerja Migran Indonesia, 1 ASN BP2MI Dipecat
Ia melanjutkan, saat di Malaysia, ia sangat kecewa dengan sponsor yang membawanya. Ia mengungkapkan, nasib pekerja imigran Indonesia di kebun kelapa sawit sangat menggenaskan. Jika tertangkap, semua hartanya bisa dirampas.
“Kalau bisa perhatiannya pemerintah, masalah TKW dan TKI Indoenesia diperhatikan, kerja setengah mati, tidak dibayar,” ujarnya.
Ia mengakui bukan pertama kali menjadi TKW Indonesia. Di Singapura sebelumnya ia melalui jalur resmi. Dari Tarakan ke Jakarta, ada PT bernama Armina Mitra Karya dan diberikan pelatihan atau istilahnya sekolah lagi bagaimana mengurus anak kecil.
“ Mengurus orangtua, membersihkan rumah. Saya kemarin ke Singapura saja terkahir ini Malaysia,” ujarnya.
Ia melanjutkan, menjadi TKW karena kondisi ekonomi. Suami sudah tidak bekerja, sempat buat usaha jual baju dan makanan tapi karena Covid-19 pendapatan jadi berkurang karena sepi pembeli.
“Saya niatnya kemarin mau cari uang anak saya mau ikut tes TNI-POlri tahun depan, butuh biaya sana-sininya. Karena uang minus, saya memberanikan kerja keuar negeri,” bebernya.
Sebenarnya, dibandingkan di Singapura dan Malaysia, TKW memiliki perlindungan dan bisa melaporkan jika ada kekerasan dari majikan di Singapura. Bisa melaporkan ke LO yang ada di Singapura.
“Ada juga majikan misal tidak suka, dikembalikan ke agen. Agen nanti carikan lagi kita majikan lain tanpa diancam. Jadi dia bawa kita ke agen baik-baik, itu pengalaman saya.
Kalau kemarin saya minta ganti karena tidak biasa tangani autis. Kedua, orangtuanya di sana laporan ke majikan saya suka main handphone padahal saya browsing cara menangani anak autis,” ujarnya.
Ia membeberkan, selama ini hanya merasa ditipu oleh sponsor. Karena saat itu diperintahkan cepat-cepat berangkat dari Tarakan.
“Saya merasa ditipu saja. Tarakan-Surabaya bayar sendiri, paspor bayar sendiri. Sampai di Surabaya saya ditampung sambil cari majikan. Katanya majikan sudah ada jaga orangtua, sampai saya tidak punya uang nekat mau kerja. Sampai di sana sponsor saya bilang majikan saya masih di London. Sekalinya kumpul paspor, masih lama majikan saya. Disuruh cari majikan lain,” ungkapnya.
Bahkan sepengetahuannya, banyak TKW yang lari karena berkaitan dengan kepemilikan visa tidak sesuai dengan tujuannya.
"Kalau dicap visa pelancong pasti kaget, padahal niatnya kerja. Dikasih 28 hari kalau tidak salah, lebih dari 28 hari kita berurusan sama polisi,” ujarnya.
Ia menambahkan untuk menjadi TKW resmi, semua perusahaan sponsor menguruskan calon TKW. Kemudian ia dulu dari Jawa dibawa ke Jakarta dan dibuatkan paspor dan check up medical.
“Difasilitasi di PT, setelah ada majikan, di situ dipotong tiap bulan,” ujarnya.
Ia melanjutkan, dari pihak KJRI sebenarnya bisa membantu memulangkan dirinya sampai ke Tarakan tanpa harus mengeluarkan biaya sendiri. Namun, harus menunggu keberangkatan bersama puluhan PMI lainnya yang bernasib sama. Sehingga ia berinisiatif menggadai BPKP kendaraannya dan dengan biaya sendiri Rp 4,6 juta ia dari Tanjung Pinang ke Batam biaya sendiri.
“Kemarin saya kan tanggal 8 Oktober 2022 dua malam di Balikpapan. Saya dari Tanjung Pinang ke Batam itu naik veri Rp 500 ribu, Batam semalam menginap hotel Rp 700 ribu sama taksi. Tiket dari Batam ke Balikpapan Rp 1.860.000. Sampai di Balikpapan nginap Rp 200 ribu sambil cari tiket ke Tarakan. Jadi sisa Rp 200 ribu dipaskan sampai ke Tarakan,” pungkasnya. (*)
Join Grup Telegram Tribun Kaltim untuk mendapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari. Caranya klik link https://t.me/tribunkaltimcoupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel
Artikel ini telah tayang di TribunKaltara.com dengan judul Cerita Endang Sunarsih, Perjuangan Pulang ke Tanah Air, Merasa Ditipu hingga Paspor Ditahan Majikan, https://kaltara.tribunnews.com/2022/10/12/cerita-endang-sunarsih-perjuangan-pulang-ke-tanah-air-merasa-ditipu-hingga-paspor-ditahan-majikan?page=all.