Ibu Kota Negara

Kisah Warga Terdampak Normalisasi Sungai, Kami: Setuju IKN Nusantara, tapi Jangan Gusur Masyarakat

Kisah warga terdampak normalisasi Sungai Sepaku di kawasan IKN Nusantara. Kami setuju, tapi jangan sampai menggusur masyarakat.

|
Editor: Amalia Husnul A
KOMPAS.com/ZAKARIAS DEMON DATON
Proyek normalisasi Sungai Sepaku untuk pengendalian banjir di wilayah IKN senilai Rp 242 miliar akan dikerjakan tahun ini. Panjang sungai kurang lebih 8 kilometer mencakup tiga wilayah yakni Kelurahan Sepaku, Desa Bukit Raya dan Desa Suka Raja di Kabupaten Penajam Paser Utara, Kaltim, Jumat (23/2/2023). Kisah warga terdampak normalisasi Sungai Sepaku di kawasan IKN Nusantara. Kami setuju, tapi jangan sampai menggusur masyarakat 

TRIBUNKALTIM.CO - Pembangunan IKN Nusantara di Kabupaten Penajam Paser Utara mencatatkan sejumlah kisah, termasuk di antaranya warga yang terdampak

Salah satunya adalah proyek normalisasi Sungai Sepaku agar wilayah di IKN Nusantara tidak banjir, yang membuat sejumlah warga harus kehilangan tempat tinggal.

Sejumlah warga yang terdampak normalisasi Sungai Sepaku mengeluhkan keberadaannya yang harus tersingkr dari tanah leluhurnya, 

Untuk proyek normalisasi Sungai Sepaku, Pemerintah harus membebaskan sejumlah lahan milik warga. 

Pemerintah menegaskan, bagi warga yang terdampak normalisasi sungai Sepaku, tidak direlokasi melainkan mendapat ganti rugi.

Warga terdampak normalisasi Sungai Sepaku pun mengeluhkan bakal tersingkir dari kampungnya. 

Salah satunya adalah Pandi, warga desa RT 3, Kelurahan Sepaku, Kecamatan Sepaku, Kabupaten Penajam Paser Utara, Kaltim

Kepada Kompas.com, Jumat (23/2/2023), Pandi menuturkan keluhannya di rumahnya. 

Rumah Pandi berjarak kurang lebih satu kilometer dengan titik nol Ibu Kota Negara (IKN) Nusantara.

Ketika ditemui kompas.com, Pandi sedang duduk di teras rumahnya yang  saat Kompas.com menemuinya pada Jumat (23/2/2023) malam.

Baca juga: Proyek Normalisasi Sungai Sepaku IKN Nusantara, tak Ada Relokasi Warga Terdampak, Hanya Ganti Rugi

Suasana sepi menyelimuti pemukiman Hanya terdengar suara jangkrik dan binatang lain sepanjang malam.

“Beginilah suasana hidup di kampung, saya dari kecil hidup di kampung. Ini peninggalan nenek moyang kami, suku asli Balik.

Sepi, terdengar suara jangkrik, bikin suasana hati tenang,” kata Pandi sambil meneguk sisa kopinya seperti dikutip TribunKaltim.co dari kompas.com. 

Pemukiman tempat tinggal Pandi rencananya akan dinormalisasi untuk program pengendalian banjir di wilayah IKN.

Boleh Jauh sebelum menjadi wilayah administrasi Kelurahan Sepaku, kampungnya dihuni nenek moyang suku Balik setelah migrasi dari Balikpapan.

Halaman 1 dari 4
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved