Breaking News

Wisata Religi Masjid Tertua di Paser, Berusia 172 Tahun dan Selalu Dipadati Pengunjung Pasca Lebaran

Masjid Jami Nurul Ibadah atau biasa disebut sebagai Masjid Tua Keraton merupakan masjid tertua di Kabupaten Paser.

Penulis: Syaifullah Ibrahim | Editor: Diah Anggraeni
Tribunkaltim.co/Syaifullah Ibrahim
Masjid Jami Nurul Ibadah atau biasa disebut sebagai Masjid Tua Keraton yang merupakan masjid tertua di Kabupaten Paser. Saat ini masjid di Kecamatan Pasir Belengkong ini berusia 172 tahun. 

TRIBUNKALTIM.CO - Masjid Jami Nurul Ibadah di Kecamatan Pasir Belengkong yang merupakan masjid tertua di Kabupaten Paser masih berdiri kokoh dan digunakan masyarakat untuk aktivitas ibadah hingga kini.

Masjid tersebut dibangun sejak tahun 1851 Masehi oleh Sultan Aji Tenggara.

Berusia 172 tahun, Masjid Jami Nurul Ibadah merupakan peninggalan Kerajaan Sadurengas yang tidak hanya dimanfaatkan untuk kegiatan keagamaan, melainkan juga dijadikan sebagai wisata religi.

Baca juga: Pansus II DPRD Paser Bahas Masalah Raperda Penyelenggara Olahraga ke Dispora Kaktim

Juru Kunci Masjid Nurul Ibadah, Baharuddin mengatakan saat memasuki bulan Ramadan akan banyak didatangi pengunjung.

"Banyak pengunjung yang datang dari dalam maupun luar daerah Paser, mereka sekaligus ziarah ke makam raja-raja di awal bulan puasa," kata Baharuddin, Senin (27/3/2023).

Setelah ke makam raja-raja, kata Baharuddin biasanya para peziarah akan berkunjung ke Masjid Tua Keraton sekaligus di Museum Saduranges.

"Pengunjung akan membludak setelah 2 hari pasca lebaran Idul Fitri, itu sudah pasti pengunjung bakal berdatangan dari luar daerah baik itu dari Samarinda, Balikpapan hingga luar provinsi," urainya.

Masjid Nurul Ibadah atau juga disebut sebagai Masjid Tua Keraton memiliki lokasi strategis, berdampingan dengan Museum Sadurengas.

Tepat pada bagian tengah masjid, terdapat 12 anak tangga yang mengelilingi tiang menembus plafon yang dulunya digunakan sebagai tempat mengumandangkan azan.

Namun seiring berjalannya waktu, plafon masjid tersebut tak lagi digunakan karena masuknya teknologi modern.

"Kisaran tahun 1965, orang masih naik di atas plafon masjid untuk mengumandangkan Adzan, kalau sekarang tidak lagi karena sudah ada microphone," tambah Baharuddin.

Baca juga: Jadwal Buka Puasa dan Imsakiyah Paser di Bulan Puasa Ramadhan 2023, Lengkap Bacaan Niat Puasa

Tentunya hal itu cukup menarik, muazinmengumandangkan azan yang mana saat itu dunia modern belum terjamah.

Walaupun berbagai kali mengalami perbaikan lantaran kondisi bangunan masjid sudah lapuk, namun keaslian dari bentuk awalnya tetap dipertahankan.

"Seingat saya, pernah dilakukan renovasi tiga kali tapi tidak merubah bentuk (arsitektur) aslinya, bagian demi bagian diperhatikan dengan struktur bangunan menggunakan kayu jati," sebutnya.

Masjid tersebut telah tiga kali dilakukan perombakan untuk bagian dalamnya sekira tahun 1970-an.

Mimbar tepat berada di bagian tengah masjid, sebelum dipindahkan lebih ke depan pada 2010 serta 2012 lalu.

Kali itu, Masjid Tua Keraton hanya memanfaatkan lampu pelita tanpa semprong, sebelum berkembang menggunakan lampu penerangan teknologi saat ini, yang diperkirakan masuk pada tahun 1969 silam.

Depan areal masjid juga terpasang plang bertuliskan cagar budaya dan dilindungi oleh Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2010.

"Untuk perawatan Masjid Jami Nurul Ibadah, bisa dilakukan, jika Museum Sadurengas dilakukan pemeliharaan," tambah Baharuddin.

Konon katanya, selain tempat ibadah, Masjid Tua Keraton juga kerap digunakan berkumpul (musyawarah), membahas berbagai persoalan masyarakat.

Baca juga: Banjir di Paser Berangsur Surut, Warga Bersihkan Rumah Ibadah

Bukti sejarah pun masih terpampang jelas di Masjid Jami Nurul Ibadah, ornamen-ornamen khas kerajaan yang berhiaskan kaligrafi masih bertahan.

"Masih ada hiasan-hiasan dinding peninggalan zaman dulu, apalagi mimbar khotbahnya yang ukirannya khas Paser," sebutnya.

Untuk mempermudah jamaah maupun masyarakat dari luar daerah Pasir Belengkong yang hendak melakukan wisata religi, terdapat jam digital yang dilengkapi dengan tulisan berdirinya rumah ibadah tersebut.

"Biasanya ada masyarakat yang ke sini bertanya tahun berapa berdirinya, jadi kami tinggal menunjuk ke arah jam digital di atas mimbar," urai Baharuddin.

Berbagai kegiatan keagamaan juga aktif dilakukan saat bulan Ramadan, seperti salat 5 waktu, tadarus, buka puasa bersama, ceramah, tarawih dan aktivitas ibadah lainnya.

Bahkan, selepas salat Magrib tabuhan bedug yang terbuat dari kulit akan terus terdengar hingga masuknya waktu salat Isya yang kemudian dilanjutkan dengan tarawih.

"Saat shalat Idul Fitri ada sekitaran seribu jemaah yang memenuhi masjid ini baik di dalam maupun luar masjid, bahkan kami sampai sewa tenda karena tidak cukup menampung jamaah," sebutnya.

Tak hanya sampai di situ, perkembangan syiar Islam masih begitu kental dirasakan, dibuktikan dengan keberadaan Masjid Jami Nurul Ibadah sebagai bukti sejarah peradaban Islam di Kabupaten Paser.

Baca juga: Taman Siring Kandilo Paser Jadi Perbincangan Masyarakat, Pertanyakan Soal Lokasi Parkir 

Pembangunan masjid pada zaman kekuasaan Sultan Ibrahim Khaliluddin, yang masih terjaga sampai sekarang dan diperuntukkan sebagaimana mestinya.

Pada areal masjid Jami Nurul Ibadah, juga terdapat jam matahari.

Terdapat 1 batang besi yang menancap di tengah lempengan batu marmer.

"Tancapan besi itu terdapat 6 ruas, dari situ penentuan waktu dilihat dari bayangan besi tembaga di atas marmer," tutup Baharuddin.

Sekedar diketahui, saat ini Pemerintah Kabupaten Paser terus melakukan pengembangan di sektor pariwisata dalam rangka mewujudkan Paser yang Maju, Adil dan Sejahtera (MAS).

Sumber: Tribun Kaltim
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved