Berita Kutim Terkini
Program 5 Rumah 1 Jumantik Solusi Cegah DBD di Desa Sangatta Utara Kutai Timur
Tingginya kasus DBD di Desa Sangatta Utara disebabkan oleh populasi nyamuk tinggi dan perlindungan diri dari nyamuk rendah
Penulis: Nurila Firdaus | Editor: Samir Paturusi
TRIBUNKALTIM.CO,SANGATTA- Kasus demam berdarah dengue (DBD) di Desa Sangatta Utara, Kabupaten Kutai Timur cukup tinggi sehingga Puskesmas Sangatta Utara bentuk progran Gerakan 5 rumah 1 jumantik (G5R1J).
Tingginya kasus DBD di Desa Sangatta Utara disebabkan oleh populasi nyamuk tinggi dan perlindungan diri dari nyamuk rendah.
Di mana masih banyak ditemukan tempat-tempat genangan air hujan yang bersih di sampah-sampah botol atau gelas atau kaleng hingga ban bekas.
Terkadang, tempat penampungan air di depan rumah yang jarang digunakan juga menjadi sasaran nyamuk DBD berkembang biak.
Oleh sebab itu, Puskesmas Sangatta Utara bentuk G5R1J menggandeng sekolah dasar (SD) kelas 3 sampai 5.
Baca juga: DBD Kembali Makan Korban, 2 Balita di Pulau Sebatik Nunukan Meninggal, Ini Penjelasan Dinkes Kaltara
Baca juga: Dua Warga Sebatik Meninggal Karena DBD, Dinkes Nunukan Minta Intensifkan Penyemprotan
"Kami bentuk progran G5R1J, yang kita pakai anak-anak kelas 3, 4 dan 5 SD, di mana setiap satu anak kita ajarkan memeriksa jentik di rumahnya dan 4 rumah di sekitarnya," ungkap Pengelola Program DBD Puskesmas Sangatta Utara, Musdzalifah, Senin (5/6/2023).
Hal itu dilakukan karena nyamuk DBD disinyalir bisa terbang hingga jarak 100 meter, sehingga walaupun rumah sendiri sudah bersih tetapi tetangga jarak kurang dari 100 meter ada nyamuk maka rumah sendiri berpotensi terkena gigitan nyamuk.
Dengan demikian, program pencegahan DBD tidak bisa dilakukan sendiri oleh pihak Puskesmas maupun warga, namun harus ada sinergi antara pihak kesehatan dan warga sekitar.
Pihak Puskesmas Sangatta Utara memilih anak-anak SD menjadi juru pemantau jentik (jumantik) karena anak-anak dinilai lebih aktif ketimbang orang tua.
"Selain itu misalnya ada kasus kami periksa jentik dalam radius 100 sampai 200 meter, kemudian kita lakukan epidemiologi, apabila disitu ada 2 kasus DBD atau lebih maka kita lakukan fogging," bebernya.
Baca juga: Waspada DBD Meningkat di Kukar, Tiga Bulan Terakhir 147 Kasus
Sebelum fogging dilaksanakan, sesuai SOP dilakukan 3M+ untuk membasmi sarang nyamuknya dan menghilangkan jentiknya, barulah setelah itu dilakukan fogging.
"Karena fogging hanya mematikan nyamuk dewasa, kalau fogging saja tanpa 3M+ percuma karena masih ada jentiknya, sedangkan jentik menjadi nyamuk nggak sampai butuh waktu 2 hari," pungkasnya. (*)
| Produksi Sampah di Sangatta Capai 220 Ton Per Hari, Pemkab Kutim Bakal Bangun TPA Baru |
|
|---|
| Pemkab Kutim Siapkan 5 Ha Lahan untuk Sekolah Rakyat, Target Serap 15 Ribu Calon Siswa |
|
|---|
| Prediksi Cuaca di Kutai Timur, Potensi Hujan Lebat Mulai 11 sampai 20 November 2025 |
|
|---|
| Hasil Seleksi Administrasi JPT Pratama Pemkab Kutim, 6 Jabatan Siap Diisi |
|
|---|
| 5 Fakta Penemuan Jenazah Buruh di Mess SMKN 2 Sangatta Utara, Dugaan Riwayat Asma hingga Divisum |
|
|---|
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/kaltim/foto/bank/originals/Puskesmas-Sangatta-Utara-bentuk-Gerakan-5-rumah-1-jumantik.jpg)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.