Breaking News

Berita Balikpapan Terkini

DP3AKB Balikpapan Terapkan Dapur Sehat untuk Atasi Permasalahan Stunting di Balikpapan

Kasus kekurangan gizi kronis atau stunting di Kota Balikpapan, Kalimantan Timur masih perlu perhatian dari berbagai pihak.

Penulis: Ary Nindita Intan R S | Editor: Mathias Masan Ola
TRIBUNKALTIM.CO/DWI ARDIANTO
Dinas Pemberdayaan Perempuan Perlindungan Anak dan Keluarga Berencana (DP3AKB) Kota Balikpapan, Alwiati menyatakan Balikpapan mengalami peningkatan jumlah kasus stunting dari 17,17 persen menjadi 19 persen.TRIBUNKALTIM.CO/DWI ARDIANTO 

TRIBUNKALTIM.CO, BALIKPAPAN - Kasus kekurangan gizi kronis atau stunting di Kota Balikpapan, Kalimantan Timur masih perlu perhatian dari berbagai pihak.

Terkait itu, upaya penurunan stunting terus didorong oleh Pemerintah Kota (Pemkot) melalui Dinas Pemberdayaan Perempuan Perlindungan Anak Kota Balikpapan atau DP3AKB, Kalimantan Timur.

Kepala DP3AKB Kota Balikpapan, Alwiati menyampaikan angka stunting di Kota Balikpapan tercatat dari 17 persen menjadi 19,6 persen.

Baca juga: DP3AKB Balikpapan Lakukan Sosialisasi hingga ke Posyandu Sebagai Upaya Pencegahan Stunting

Atau berdasarkan grafik per Semester I dari Januari-Juni tahun 2022, tercatat 1.483 kasus stunting. Kemudian pada Januari-Juni tahun 2023 tercatat 1.541 kasus stunting di Kota Balikpapan, Kalimantan Timur.

Adanya faktor penurun dan menanjaknya grafik tersebut adalah di pola asuh, faktor ekonomi dan kondisi sosial.

Berdasarkan peninjauan DP3AKB di lapangan, banyak ditemukan anak yang tidak bisa memakan telur.

"Banyak kita temukan anak itu, rata-rata mereka tidak bisa memakan telur. Karena kan stunting ini faktor kekurangan gizi, sehingga mudah terkena alergi," ungkap Alwi, Jumat (14/7/2023).

Sehingga untuk menyesuaikan temuan dalam penanganan stunting tersebut, DP3AKB tengah membuat percontohan di Kelurahan Baru tengah Kota Balikpapan, yakni Dapur Sehat Atasi Stunting (Dashat).

Baca juga: Kepala DP3AKB Balikpapan Sebut Pola Asuh yang Salah Jadi Alasan Terjadinya Kasus Eksploitasi Anak

"Jadi makanannya dimasak oleh kader tim pendamping, kemudian diantar ke rumah masing-masing untuk diberi makan kepada anak yang terkena stunting," urai Alwi.

"Karena setiap anak juga proteinnya berbeda-beda, sehingga ada yang diberi telur, ikan, tempe, tahu dan lain-lain," imbuhnya.

Dashat ini merupakan salah satu program yang dicanangkan oleh Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) sebagai salah satu bentuk upaya penurunan stunting.

"Kalau dulu Pemberi Makanan Tambahan (PMT) yang artinya hanya memberi makanan tambahan, sementara stunting itu harus benar-benar diperhatikan pola makannya," papar Alwi.

Adapun dari pihak perusahaan swasta yang sudah mengikuti pola segmentasi dalam penanganan stuntung, adalah dari perusahaan Apical, PT Kutai Refinery Nusantara (PT KRN) yang berlokasi di Kelurahan Karingau, Balikpapan Barat.

Baca juga: Komitmen Turunkan Stunting, DP3AKB Balikpapan Launching Program Satu Hari Satu Telur

Sementara itu, langkah bijak yang tengah dilakukan oleh Pemkot untuk mencegah munculnya kasus stunting yang baru.

Diantaranya dengan mengentaskan kasus stunting yang sudah ada, kemudian mengedukasi para calon pengantin yang akan menikah, memperhatikan kesehatan ibu hamil dan pada saat nifas, hingga anjuran memakai program Keluarga Berencana (KB).

"Jangan sampai ibu hamil mengalami kekurangan energi kronis yang berpotensi melahirkan anak stunting," tutur Alwi.

"Kemudian masa nifas, pasca persalinan harus meningkatkan asi. Supaya fokus memberi asi kepada anaknya, diimbau untuk program KB supaya anak mendapat ASI eksklusif," pungkasnya. (*)

Sumber: Tribun Kaltim
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved