Horizzon

Merdeka dan Lomba Makan Kerupuk

Lomba  makan kerupuk sukses membuat kita lupa bahwa saat kita tak lagi ditindas penjajah, namun secara ekonomi barangkali kita belum merdeka.

|
Penulis: Ibnu Taufik Jr | Editor: Fransina Luhukay
Tribun Kaltim
Ibnu Taufik Juwariyanto, Pemimpin Redaksi Tribun Kaltim. 

Intinya, lomba-lomba memperingati hari kemerdekaan cukup untuk membius kita seolah memang sudah merdeka. Lomba-lomba tersebut mampu membuat kita sejenak lupa bahwa alam kemerdekaan yang saat ini kita nikmati barangkali sudah berbeda dengan dari cita-cita para pejuang kemerdekaan.

Lomba makan kerupuk yang digelar panitia Agustusan juga sukses membuat kita lupa bahwa saat kita tak lagi ditindas penjajah, namun secara ekonomi barangkali kita belum merdeka.

Kita lupa jika di keseharian kita, kita sangat tergantung dengan produk-produk asing yang secara kualitas maupun harga tak mampu ditandingi oleh produk dalam negeri.

Kerupuk yang disimbolkan sebagai makanan murah saat bertahan di masa penjajahan juga mampu membuat kita lupa sejenak bahwa banyak kasus-kasus krusial yang tak terungkap hingga saat ini, mulai dari Udin, KM 35 dan banyak kasus lain yang menguap begitu saja.

Kerupuk juga sedikit membuat kita mampu melupakan bagaimana kita dipertontonkan tingkah polah aparat penegak hukum kita, mulai dari Teddy Minahasa, Ferdy Sambo, hingga menguapnya Harun Masiku yang makin lama tak ubahnya seperti kerupuk kena angin, mengecil dan kusut kasusnya.

Lomba makan kerupuk juga sejenak membuat kita tak harus berdebat panjang soal kepantasan, kewajaran dan kekhawatiran dari sejumlah pakar ekonomi yang terus mengkritik utang pemerintah sebesar Rp7 ribu triliun. Saat makan kerupuk kita bisa menjadi tak peduli apakah utang itu masih wajar (versi pemerintah) atau sudah mengkhawatirkan (versi pengamat).

Dan yang pasti, saat kita sedang lomba makan kerupuk, kita boleh sedikit lupa bahwa akibat diberlakukannya UU Cipta Kerja, maka saat pensiun atau kita dipecat, maka hak pesangon dan segala yang melekat bersamaan dengan itu, jumlahnya hanya sekira separuh jika dibandingkan saat UU Cipta Kerja diberlakukan.

Kemerdekaan adalah cita-cita yang harus terus diperjuangkan. Untuk itu kita berkewajiban untuk terus mengawal kemerdekaan itu sesuai dengan cita-cita saat kemerdekaan diproklamirkan. Kemerdekaan itu harus terus diperjuangkan, bukan terlena dengan lomba makan kerupuk atau pasang bendera di depan rumah dan seolah kita menjadi yang paling patriotik. (*)

Sumber: Tribun Kaltim
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved