Horizzon

Oleh-oleh dari Kuala Lumpur

Kredibilitas, independensi dan kaidah jurnalistik haruslah tetap menjadi pijakan utama dari sebuah media.

|
Penulis: Ibnu Taufik Jr | Editor: Fransina Luhukay
Tribun Kaltim
Ibnu Taufik Juwariyanto, Pemimpin Redaksi Tribun Kaltim. 

Ibnu Taufik Juwariyanto
Pemimpin Redaksi Tribun Kaltim

AGAK terkejut sebenarnya ketika mendengar pemaparan materi tentang proses perubahan newsroom Tempo yang disampaikan oleh Budi Setyarso, pentolan di Redaksi Tempo yang belakangan justru diminta menakhodai salah satu divisi bisnis di Tempo.

Di penghujung materinya, Budi Setyarso memaparkan salah satu narasi dasar dalam bermedia yang sebenarnya sudah kita pahami bersama. Narasi itu adalah tentang membedakan konten redaksi dengan konten berbayar.

“Kewajiban kita adalah memberitahu kepada publik bahwa konten berbayar itu berbeda dengan konten redaksi. Publik berhak tahu bahwa yang ia baca kreasi redaksi atau konten berbayar,” kata Budi.

Narasi ini tentu menarik untuk diperbincangkan. Sebab untuk media-media yang masih mengedepankan integritas dibanding mencari revenue, pemahaman tersebut akan selalu menjadi dasar berpijak.

Bersamaan dengan rasa penasaran tersebut, akhirnya saya berusaha untuk mengambil sendiri kesimpulan kenapa seorang Budi Setyarso tetap menutup materinya dengan sesuatu yang sangat elementer.

Pertama, saya menduga Budi Setyarso ingin mengingatkan kawan-kawan pegiat media yang barangkali sudah lupa pada value dasar bermedia, sehingga Budi Setyarso ingin mengingatkan kembali soal yang paling elementer ini.

Kedua, meski sudah menjadi habit dan diyakini, maka narasi ini juga mesti menjadi pemahaman berkelanjutan sehingga menuliskan narasi tersebut juga bermaksud untuk memelihara nilai yang juga harus diwariskan ke generasi-generasi yang akan datang.

Budi Setyarso dua kali menjadi pembicara dalam Workshop Jurnalistik yang digagas oleh RGE yang menggandeng Tempo Institut. Dua puluh pemimpin redaksi dari berbagai media di Indonesia dikumpulkan dalam workshop yang dihelat di Kuala Lumpur selama lima hari ini.

Workshop yang dihelat untuk yang kedua kalinya ini --sebelumnya digelar di Banyuwangi-- memberikan banyak insight yang cukup menarik.

Mengambil tema Perubahan, Tempo Institut yang dipercaya penuh menyusun kurikulum serta menyajikannya secara apik membuat workshop tersebut memiliki banyak value, utamanya menjawab tantangan media ke depan.

Dalam workshop tersebut Tempo menghadirkan beberapa praktisi yang memang bergerak di bidangnya untuk hadir dan sharing pengalaman, mulai dari pegiat media sosial hingga pakar inteligensi buatan.

Namun apapun itu, ada satu value yang harus tetap diingat untuk mengiringi perubahan media sesuai dengan tuntutan peradaban. Kredibilitas, independensi dan kaidah jurnalistik haruslah tetap menjadi pijakan utama dari sebuah media. Pesan tersebut begitu kuat, nancap di otak saya sebagai salah satu peserta di workshop tersebut. (*)

Sumber: Tribun Kaltim
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

Mengapa Rakyat Mudah Marah?

 

Lonjakan PBB dan Judul Clickbait

 
© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved