Berita Kaltara Terkini

Calon Guru Perlu Belajar Cara Mengelola Pendidikan di Daerah 3T, FKIP UBT Siapkan Mata Kuliah Khusus

Universitas Borneo Tarakan perlu memikirkan strategi khusus untuk mempersiapkan calon guru yang akan bertugas di daerah terpencil.

Penulis: Sumarsono | Editor: Mathias Masan Ola
Dokumentasi FKIP UBT
Wakil Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Borneo Tarakan (FKIP UBT), Ridwan membuka kegiatan Seminar dan Workshop Penyelenggaraan pendidikan dasar di wilayah terpencil Kalimantan Utara beberapa waktu lalu. FKIP UBT mempersiapkan penyelenggaraan pendidikan dasar di wilayah terpencil sebagai salah satu mata kuliah baru tahun akademik 2024/2025. 

“Saat ini 6 jurusan di FKIP sedang melakukan kajian untuk memperbaharui kurikulum yang sedang berjalan. Hasil reviu ini akan mulai digunakan pada semester ganjil tahun akademik 2024/2025,” terangnya.

Pengembangan mata kuliah baru yang relevan dengan kebutuhan daerah merupakan bagian dari visi dan misi UBT.

UBT senantiasa berupaya menjadi pusat penyelenggaraan pendidikan tinggi berbasis riset untuk mendukung pembangunan dan pengembangan potensi kawasan perbatasan dan sumber daya laut tropis yang berkelanjutan.

“UBT menempatkan daerah perbatasan yang umumnya berada di daerah terpencil, sebagai salah satu fokus pengembangan,” tambahnya.

Baca juga: Kisah Guru di Pedalaman Papua Barat, Sering Melintasi Hutan dan Jalan Berlumpur

Tantangan Daerah Terpencil

Asis Bin Wahid, Guru SDN 008 Mentarang Hulu, Kabupaten Malinau mengatakan, sekolah menjadi satu-satunya wadah belajar di daerah terpencil.

Selain itu, banyak siswa yang tidak memiliki keterampilan literasi dan numerasi. Sekalipun siswa itu sudah berada di kelas tinggi (kelas 4-6 SD), namun banyak diantara mereka tidak mampu memahami makna yang dibaca.

Akhirnya anak-anak ini tidak bisa menguasai pengetahuan yang diajarkan oleh guru.

Apa yang disampaikan oleh Asis sesuai dengan temuan awal Studi Cepat Peningkatan Kapasitas Guru Daerah Terpencil di Kabupaten Malinau.

Studi yang dilakukan Pemerintah Daerah (Pemkab) Malinau dengan dukungan Program Inovasi untuk Anak Sekolah Indonesia (INOVASI) mengambil sampel 2 SD di Kecamatan Malinau Selatan Hilir pada 2021.

Hasil studi menunjukkan masih ada siswa kelas 4 dan 6 SD yang tidak lulus kompetensi literasi dasar yaitu mengenal kata, suku kata, dan kata.

Baca juga: Gelar Festival Adat Pedalaman Suku Dayak di Kukar, Dispar Kenalkan Budaya untuk Memikat Wisatawan

Secara lebih spesifik, sebanyak 75 persen siswa kelas awal (1-3 SD) dan 18 persen siswa kelas tinggi (4-6 SD) tidak lulus kompetensi literasi dasar. INOVASI adalah program kemitraan pendidikan antara Australia dan Indonesia.

Lebih lanjut Asis mengatakan, menghadapi tantangan pendidikan di daerah terpencil guru harus lebih fleksibel dalam menggunakan kurikulum.

Orientasi pembelajaran tidak boleh hanya untuk menyelesaikan materi kurikulum semata. Tetapi harus benar-benar ditujukan untuk membantu siswa menguasai kompetensi esensial yaitu literasi, numerasi, dan karakter.

Ketiga materi ini merupakan pondasi belajar yang harus dimiliki siswa agar mampu menguasai pengetahuan dan keterampilan di jenjang pendidikan selanjutnya.

Halaman
123
Sumber: Tribun kaltara
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved