IKN INSIGHT

OIKN Rancang Model Pendidikan Kreatif

Kita membutuhkan tenaga profesional yang berpengalaman yang harus masuk ke sekolah-sekolah vokasi, sehingga antara teori dan praktek itu nyambung.

Editor: Fransina Luhukay
HO/Otorita IKN
Kepala Otorita IKN, Bambang Susantono bersama Deputi Bidang Sosial, Budaya, dan Pemberdayaan Masyarakat OIKN, Alimuddin, meninjau tiga SMK di Kabupaten Kudus, Jawa Tengah. 

Drs H. Alimuddin, M.Si
Deputi Bidang Sosbud & Pemberdayaan Masyarakat OIKN

TRIBUNKALTIM.CO - Otorita Ibu Kota Nusantara (IKN) mengunjungi Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) yang bekerja sama dengan Djarum Foundation, untuk terapkan model pendidikan modern dan kreatif di IKN. Kami meninjau tiga SMK di Kabupaten Kudus, Jawa Tengah pada Kamis (18/1/2024) lalu.

Kunjungan ke Kabupaten Kudus karena melihat adanya praktek baik yang dilakukan sekolah binaan Djarum Foundation itu. Ada tiga sekolah, yakni SMK Raden Umar Said (bidang desain visual), SMK PGRI 2 (bidang kuliner), dan SMK NU Banat (di bidang fesyen). Tiga sekolah ini mengembangkan hal-hal kekinian yang menjadi tren. Sekolah ini mengikuti perkembangan kebutuhan zaman, dan seperti inilah yang benar.

Sekolah membuat kurikulum sendiri. Misalnya di SMK NU Banat yang fokus fesyen, saya melihat dan membandingkan antara kurikulum yang dibuat pemerintah dengan kurikulum yang dibuat oleh mereka sendiri. Mungkin intinya sama. Namun konsep yang ditawarkan berbeda dan mudah diterapkan. Dalam proses pembuatan kurikulum juga melibatkan kalangan profesional.

Kalau membuka kurikulum pemerintah yang sedang dipakai saat ini, terlalu banyak tulisannya. Sedangkan kurikulum yang diaplikasikan pihak sekolah, tulisan atau text-nya hanya sedikit dan gambarnya yang banyak disertai penjelasan dan lain-lain. Diharapkan dengan konsep seperti ini anak-anak lebih kreatif dan mengeksplor apa yang ada di benak mereka.

Kami juga mendengarkan penjelasan tentang bagaimana Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) mulai menerapkan computational thinking dari tahapan ke tahapan, mengajak anak bernalar kritis dan lainnya. Ini semua sudah ada dalam program Merdeka Belajar. Namun secara operasional, yang ada di sekolah-sekolah Kabupaten Kudus dapat kita contohi untuk sekolah-sekolah di Nusantara. Tentu treatment-nya juga berbeda.

Misalnya ada foundation yang memberi supporting, kemudian ada marketing yang menjual produk-produk yang dihasilkan siswa. Jadi tidak heran, usai jam sekolah para pelajar masih bergelut dengan tugas-tugas kreasi mereka. Sekolahnya tidak seperti sekolah pada umumnya saat ini.

Konsep kurikulum yang akan kami lakukan tentu harus menyesuaikan dengan kebutuhan. Nah, jangan sampai kita terpaku mengejar dan menyelesaikan kurikulum, sementara kemajuan peserta didik terhadap pendalam materi tidak didapatkan. Jadi lebih baik kurikulum kita sesuaikan dengan kebutuhan yang diharapkan para guru dan siswa. Tidak boleh kaku. Tapi proses pelaksanaan pembelajaran di sekolah harus ada.

Oleh karenanya saat ini kami sedang menyusun Norma, Standar, Prosedur dan Kriteria (NSPK) Pendidikan dan Peta atau roadmap pendidikan di IKN untuk beberapa tahun ke depan. Karena kami anggap cara-cara sedemikian sangat bagus, maka kami ingin cepat menerapkan. Yang paling bisa adalah PAUD. Di sekolah vokasi, kami inginnya cepat, namun kewenangan masih ada di provinsi. Nanti kami akan berkolaborasi dengan Pemerintah Provinsi Kaltim.

Kami akan duduk bersama membahas apakah mungkin bisa mengubah jurusan yang ada atau membentuk jurusan yang baru. Karena untuk apa mempertahankan sebuah jurusan yang di dunia kerja sudah tidak banyak digunakan.

Tenaga pendidikan juga tidak harus guru. Kita membutuhkan tenaga profesional yang berpengalaman yang harus masuk ke sekolah-sekolah vokasi, sehingga antara teori dan praktek itu nyambung. Bukan lagi anak-anak dijejali dengan teori tapi tidak bisa praktek. Kami berharap anak-anak yang mau PKL harus dites oleh perusahaan dan ikut bekerja. Jadi guru bisa dari mana saja bahkan dari luar negeri. Jika ini diterapkan, tentu kami akan meminta pendampingan dari SMK dan mereka bersedia.

Target kami yang ingin dicapai yakni menciptakan sumber daya manusia yang unggul. Jangan lulus sekolah jadi pengangguran. Kan saat ini cukup tinggi angka lulusan SMK yang menganggur. Padahal sudah sekolah khusus tapi tidak bisa menciptakan pekerjaan baru bagi dirinya sendiri. Itu sebabnya generasi muda di IKN kami berikan sekolah yang bagus, yang jurusannya siap kerja sehingga pada 2035 nanti zero kemiskinan di IKN bisa tercapai.(*)

Sumber: Tribun Kaltim
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

Maraknya Fenomena Sound Horeg

 
© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved