Jejak Islam di Bumi Etam

Jejak Islam di Bumi Etam 2 - Adu Kesaktian Berujung Syahadat

Agama Islam pertama kali masuk ke kerajaan Kutai diyakini melalui daerah yang kini disebut Desa Kutai Lama, Kecamatan Anggana, Kutai Kartanegara.

|
TRIBUNKALTIM.CO/DWI ARDIANTO
Makam Tunggang Parangan di Desa Kutai Lama, Kecamatan Anggana, Kabupaten Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur saat dikunjungi kru Tribun Kaltim awal Maret 2024. Tunggang Parangan disebut sebagai sosok yang pertama kali menyebarkan Islam di Kerajaan Kutai Kartanegara dan berperan besar meninggalkan Jejak Islam di Bumi Etam. TRIBUNKALTIM.CO/DWI ARDIANTO 

Dalam bukunya, Samsir menjelaskan versi Oemar Dahlan menyebutkan bahwa Islam diterima di Kutai pada tahun 1607 masa pemerintahan Raja Mahkota (1545-1610).

Sedang menurut Kementerian Penerangan menyebutkan bahwa Islam masuk ke Kutai tahun 1525-1600.

Versi lain seperti Eiseinberger 1565-1605, dan Rabithah Alawiyah 1724.

Namun semua sepakat Islam masuk ke Kutai Kartanegara di masa pemerintahan Raja Mahkota.

Baca juga: Jelang Ramadhan, Masjid Tua Keraton di Kabupaten Paser Bakal Dipadati Pengunjung Wisata Religi

Konon, Raja Mahkota penguasa Kerajaan Kutai Kartanegara dikisahkan mempunyai kesaktian luar biasa.

Karena kesaktiannya, di sepanjang pantai Tanjung Mangkalihat hingga daerah Kutai Lama mendapat ketentraman hidup para penduduknya.

Tunggang Parangan yang seorang mubaligh membawa seruan, mengajak raja, keluarga, dan rakyatnya untuk memeluk agama Islam.

Tetapi dengan syarat sebelum Raja Mahkota dapat menerima dengan baik, penuh keikhlasan agama Islam, ada adu kesaktian antara keduanya.

Syarat dapat diterima oleh Tunggang Parangan, yakni adu kesaktian.

"Hal ini dilakukan untuk memenuhi permintaan Raja Mahkota, namun disepakati bahwa apabila Raja Mahkota kalah, beliau akan mengucapkan dua kalimat syahadat (masuk Islam). Tetapi apabila Tuan Tunggang Parangan yang kalah, bersedia untuk mengabdi kepada kerajaan," tutur Samsir. 

Adu kesaktian, konon berlangsung selama empat babak yang semuanya dimenangkan Tunggang Parangan.

Berarti Raja Mahkota harus menepati janjinya untuk mengucap dua kalimat syahadat di bawah bimbingan Tunggang Parangan.

Baca juga: Dermaga Wisata Samarinda Seberang akan Hidupkan Masjid Tua Shiratal Mustaqiem

Sementara, sejarawan lokal asal Kaltim, Muhamad Sarip juga menjelaskan terkait awal masuknya Islam di Kutai Lama dalam bukunya Kerajaan Martapura dalam Literasi Sejarah Kutai 400-1635.

Dalam Bab V "Kemunduran Dinasti Mulawarman", dijelaskan juga bahwa pada tahun 1575, seorang mubaligh atau juru dakwah Islam datang di Tepian Batu, Kutai Lama.

Rakyat Kutai Kartanegara menyambutnya dengan sikap terbuka dan tanpa penolakan.

Halaman
1234
Sumber: Tribun Kaltim
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved