Pilpres 2024

Pakar IT Unair Bongkar Kejanggalan Sirekap, Paslon 02 Harusnya Dapat 48 Persen dan Pilpres 2 Putaran

Paka IT Unair bongkar kejanggalan Sirekap, paslon 02 harusnya dapat 48 persen dan Pilpres 2024 2 putaran.

|
Editor: Rafan Arif Dwinanto
KPU.go.id
Mengenal aplikasi Sirekap dalam Pemilu 2024. Pakar IT Unair bongkar kejanggalan Sirekap, paslon 02 harusnya dapat 48 persen dan Pilpres 2024 2 putaran. 

Pertimbangannya, secara kaidah ilmiah seharusnya ada korelasi antara jumlah suara Pileg dan Pilpres, karena pencoblosan dilakukan orang atau pemilih yang sama dan di lokasi yang sama.

Baca juga: Adian Napitupulu Beber Sikap Megawati Soal Hak Angket, Ungkit Keberanian Mega Lawan Rezim Orde Baru

Baca juga: Hasil Resmi Rekapitulasi KPU, Jadi Pemenang Pilpres 2024, Gibran Ajak Anies-Ganjar Gabung Kalau Mau

Ternyata, hasil analisa menunjukkan perbedaan yang cukup mencolok, yakni hasil suara untuk pileg dan pilpres berbeda antara 50 persen bahkan 70 persen di sejumlah Tempat Pemungutan Suara (TPS).

Hal ini menimbulkan pertanyaan besar karena perbedaan yang signifikan.

Sehingga, Soegianto berkesimpulan data dari Sirekap tidak bisa dinyatakan valid untuk direkapitulasi dan menghasilkan persentase suara untuk partai politik maupun pasangan calon (paslon) presiden dan wakil presiden.

"Saya tidak menghitung suara sah dan suara tidak sah, sebab bagi saya, itu sudah lewat, karena memang ada ratusan ribu TPS yang datanya tidak nyambung. Padahal seharusnya semua datanya valid, ternyata tidak valid, jadi ya wis enggak usah dianalisa karena tidak valid," ujar Soegianto.

Soegianto lantas melanjutkan kajian atas data Sirekap, dengan membuat metode untuk mendefenisikan data yang dianggap valid.

Ada tiga metode yang digunakan.

Pertama, menghitung semua data Sirekap dengan dianggap valid, kecuali yang jumlah pemilihnya di atas DPT yang sebanyak 300 orang.

"Berdasarkan metode pertama, jumlah yang memilih Pilpres itu 124 juta dari 795.000 TPS," kata Soegianto.

Kedua, menganalisa semua data Sirekap berdasarkan suara nil dan yang di atas 300 pemilih dan ternyata banyak TPS yang hasilnya nil.

Ketiga, menganalisa data suara berdasarkan gambar formulir C1 yang diupload.

"Setelah menggabungkan metode kedua dan ketiga, saya menemukan bahwa suara tidak sah itu ada 49 juta di seluruh Indonesia," ungkap Soegianto.

Bahkan, setelah dikolaborasi antara yang mencoblos partai dan paslon atau untuk pileg dan pilpres, semua data bergeser di mana terjadi penambahan suara untuk paslon 2 sebesar 20 persen, sedangkan untuk paslon 1 berkurang dan paslon 3, sebesar 15 persen.

Baca juga: Akhirnya Anies Akui Tak Dapat Ajakan Masuk ke Pemerintahan Usai Pilpres 2024, Konsekuensi Perubahan

"Akhirnya saya mencoba untuk menghitung kalau begitu kelompok orang yang memilih di pilpres dan orang yang memilih di pileg dikelompokkan, maka muncul angka untuk paslon 2 itu 48 persen," tutur Soegianto.

Dia menuturkan, data Sirekap yang menunjukkan paslon 2 mendapat 58 persen suara kemungkinan disebabkan penambahan dari suara tidak sah atau nil.

Halaman 2 dari 4
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved