Dinamika Partai Golkar

Airlangga Mundur, Jika Gibran atau Jokowi jadi Ketua Umum Golkar, Pengamat: Demokrasi Diacak-acak

Setelah Airlangga mundur, jika Jokowi dan Gibran jadi Ketua Umum Golkar, pengamat sebut demokrasinya diacak-acak.

Editor: Amalia Husnul A
Kolase Tribun-Timur.com
AIRLANGGA MUNDUR - Poster Gibran Rakabuming Raka sebagai calon Ketum DPP Partai Golkar pengganti Airlangga Hartarto yang ramai beredar. Setelah Airlangga mundur, jika Jokowi dan Gibran jadi Ketua Umum Golkar, pengamat sebut demokrasinya diacak-acak. 

TRIBUNKALTIM.CO - Setelah Airlangga Hartarto mundur sebagai Ketua Umum Golkar sejumlah rumor berkembang, salah satunya terkait sosok penggantinya.

Di grup-grup WhatsApp ramai beredar poster Gibran Rakabuming Raka didukung maju sebagai kandidat Ketum Partai Golkar di grup obrolan WhatsApp.

Pengamat politik Universitas Al Azhar Indonesia, Ujang Komarudin menilai bahwa Wakil Presiden RI terpilih periode 2024-2029 Gibran Rakabuming Raka tidak memenuhi syarat jadi kandidat Ketua Umum Partai Golkar

Sebagaimana diketahui, Airlangga Hartarto secara tiba-tiba mengumumkan pengunduran dirinya dari jabatan Ketua Umum (Ketum) Golkar melalui keterangan video pada Minggu (11/8/2024).

Baca juga: Airlangga Mundur, Golkar Kaltim: tak Ada Perubahan Rekomendasi Calon Kepala Daerah di Pilkada 2024

Baca juga: 7 Syarat yang Harus Dipenuhi Jokowi untuk Ambil Alih Kursi Ketum Golkar yang Ditinggalkan Airlangga

Baca juga: Sosok Potensial Gantikan Airlangga sebagai Ketua Umum Golkar: Bahlil, Gibran, hingga Jokowi

Kemudian, tersebar poster Gibran didukung maju sebagai kandidat Ketum Partai Golkar di grup obrolan WhatsApp.

“Soal Gibran, ya itu tidak memenuhi syarat kalau dalam aturan (anggaran dasar dan anggaran rumah tangga, AD/ART) Partai Golkar,” kata Ujang kepada Kompas.com, Senin (12/8/2024). 

Bahkan, Ujang menyebut bahwa Golkar dirusak jika benar Gibran diusung menjadi kandidat ketum karena ada aturan yang dilanggar.

“Kalau ingin diterabas aturannya, itu yang membuat bangsa ini termasuk Golkar menjadi rusak.

Karena kita tahu partai itu pilar demokrasi.

Demokrasinya diacak-acak ya jadi begitu,” ujarnya.

Pendapat senada dinyatakan Ujang apabila Presiden Joko Widodo (Jokowi) maju menjadi Ketum Golkar.

Sebab, tidak sesuai dengan ketentuan dalam partai berlambang pohon beringin tersebut.

KETUM GOLKAR MUNDUR - Ketua Umum Partai Golkar, Airlangga Hartarto secara tiba-tiba mengumumkan pengunduran diri dari jabatannya, pada Sabtu (11/8/2024) malam. DPD Partai Golkar Kaltim belum mau bersuara terkait kabar mengejutkan dari DPP partai beringin ini. 
AIRLANGGA MUNDUR KETUA UMUM GOLKAR - Ketua Umum Partai Golkar, Airlangga Hartarto secara tiba-tiba mengumumkan pengunduran diri dari jabatannya, Minggu (11/8/2024) malam. Setelah Airlangga mundur, jika Jokowi dan Gibran jadi Ketua Umum Golkar, pengamat sebut demokrasinya diacak-acak.   (HO/Golkar Kaltim)

“Jadi Jokowi dan Gibran mungkin telah menanamkan kerusakan gitu ya dalam bangsa ini dan Partai Golkar,” katanya.

Ujang sempat mengingatkan bahwa Golkar punya sejumlah aturan bagi calon ketua umumnya.

Baca juga: Cerita Bahlil Lahadalia di Balik Momen Keakraban dengan Airlangga di IKN Kaltim, Kami kan Biasa Aja

Di antaranya, sudah lima tahun menjadi pengurus dan lima tahun juga aktif di partai.

Selain itu, menurut dia, ada istilah prestasi, dedikasi, loyalitas, dan tidak tercela (pdlt) dalam tradisi Golkar.

Sementara itu, Gibran dan Jokowi diketahui sebelumnya adalah kader Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) dan belum bergabung apalagi menjadi kader Partai Golkar.

Oleh karena itu, Ujang mengatakan, skenario yang paling mungkin adalah menempatkan orang Jokowi yang merupakan kader atau pengurus Golkar sebagai ketua umumnya.

“Menurut hemat saya, yang paling halus mungkin menempatkan orangnya Jokowi jadi Plt (pelaksana tugas) ketum,” ujarnya.

Sebelumnya, Ujang berpandangan bahwa ada upaya menguasai Partai Golkar usai Airlangga secara mengejutkan menyatakan pengunduran diri sebagai Ketua Umum Golkar pada 11 Agustus 2024.

“Kelihatannya ini invisible hands ya, tangan-tangan kekuasaan, ya mengarah kepada siapa lagi yang sedang berkuasa saat ini.

Ingin mendongkel Airlangga, menempatkan orang-orangnya menjadi katakanlah ketua umum maupun pengurus-pengurus yang lain,” katanya.

Baca juga: Beredar Poster Deklarasi Gibran Rakabuming Calon Ketum Golkar Usai Airlangga Hartanto Resmi Mundur

Ujang menilai bahwa ada upaya mendongkel Airlangga dari posisi Ketum Partai Golkar bisa saja dilakukan melalui tekanan seperti mengangkat perkara hukum.

“Saya melihat Ketum Golkar saat ini, Airlangga ditekan habis-habisan, mungkin akan diangkat kasus hukumnya dan lain sebagainya.

Skemanya tadi, mendongkel Airlangga agar nanti ketum, pelaksana tugas (plt)-nya digantikan oleh orang yang manut kepada kekuasaan saat ini,” ujarnya.

“Ini kan sebenarnya sangat jelas, sangat kasat mata ya permainan yang menurut saya, melakukan segala cara, menghalalkan segala cara untuk merebut Golkar dengan kekuasaan,” kata Ujang lagi.

Usai Airlangga mundur, Ujang memprediksi bahwa sejumlah orang yang dekat dengan kekuasaan saat ini bakal ditempatkan dalam posisi penting di Partai Golkar.

Sehingga, partai tersebut bisa dikendalikan.

“Mungkin skenarionya adalah menempatkan orangnya yang memang aktif di Golkar untuk dipegang, dikendalikan oleh presiden,” ujar Ujang.

Airlangga mundur, muncul nama Bahlil

Baca juga: Sikap Golkar Kaltim Usai Airlangga Mundur sebagai Ketua Umum, Pendaftaran Pilkada 2024 Jadi Sorotan

Sebagaimana diberitakan, melalui keterangan video, Airlangga mengumumkan pengunduran diri sebagai Ketua Umum (Ketum) Partai Golkar pada Minggu, 11 Agustus 2024.

Dalam pengumumannya tersebut, Airlangga menyampaikan bahwa surat pengunduran dirinya sudah diajukan secara resmi sejak Sabtu, 10 Agustus 2024 malam.

“Dengan mengucapkan bismillahirrahmanirrahim serta atas petunjuk Yang Maha Besar, maka dengan ini saya menyatakan pengunduran diri sebagai ketua Umum DPP Partai Golkar," ujar Airlangga dalam video yang diterima Kompas.com, Minggu.

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian itu mengaku mundur demi menjaga keutuhan Partai Golkar dan menjamin stabilitas transisi pemerintahan yang akan segera berlangsung.

“Setelah mempertimbangkan dan untuk menjaga keutuhan Partai Golkar dalam rangka memastikan stabilitas transisi pemerintahan yang akan datang terjadi dalam waktu dekat,” katanya.

Kemudian, muncul nama Menteri Investasi Bahlil Lahadalia yang dirumorkan bakal ditempatkan untuk memimpin Partai Golkar.

Namun, Bahlil mengaku bahwa dirinya tidak mengetahui saat ditanyakan soal nasib kepengurusan Partai Golkar usai Airlangga Hartarto mundur dari posisi ketua umum.

Menurut Bahlil, dia tidak mengetahui soal kepengurusan Golkar karena tidak masuk dalam jajaran pengurus Dewan Pimpinan Pusat (DPP) meskipun tercatat sebagai kader partai berlambang pohon beringin tersebut.

"Saya enggak tahu ya, saya betul kader Golkar tapi sekarang kan bukan pengurus DPP, jadi saya tidak tahu apa yang terjadi di sana,” kata Bahlil saat memberikan keterangan pers di Istana Garuda Ibu Kota Negara (IKN), Nusantara, Senin, dikutip dari Antaranews.

Baca juga: Setelah Mundur sebagai Ketua Umum Golkar, Airlangga ke IKN Kaltim, Makan Malam bareng Jokowi

(*)

Ikuti berita populer lainnya di Google News Tribun Kaltim

Ikuti berita populer lainnya di saluran WhatsApp Tribun Kaltim

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved