Berita Penajam Terkini

Anggota DPRD PPU Minta Bendung Telake Segera Realisasi, Ini Alasannya

Anggota DPRD PPU Syahrudin M Noor mengatakan bahwa pemerintah pusat seharusnya segera mempercepat pembangunan Bendung Telake

Penulis: Nita Rahayu | Editor: Samir Paturusi
TRIBUNKALTIM.CO/NITA RAHAYU
Bendung Telake salah satu alternatif untuk menyuplai irigasi di lahan pertanian di Kecamatan Babulu PPU. TRIBUNKALTIM.CO/NITA RAHAYU 

TRIBUNKALTIM.CO, PENAJAM - Pemerintah pusat kembali membahas realisasi bendung gerak Telake.

Hal itu sempat disinggung Menteri PUPR Basuki Hadimuljono saat berkunjung ke Kabupaten Penajam Paser Utara (PPU) beberapa waktu lalu.

Meski kemungkinan akan kembali dilanjutkan pembangunannya, tetapi pemerintah pusat belum memberikan sinyal, kapan waktu yang tepat untuk memulai pekerjaan dilapangan.

Menanggapi hal itu, anggota DPRD PPU Syahrudin M Noor mengatakan bahwa pemerintah pusat seharusnya segera mempercepat pembangunannya.

Mengingat, bendung tersebut merupakan harapan satu-satunya para petani untuk memenuhi kebutuhan air baku pertanian, tidak hanya di PPU tetapi juga di Kabupaten Paser.

“Bendung Telake itu adalah solusi jangka panjang untuk mengatasi kelangkaan air baku,” ungkapnya pada Selasa (17/9/2024).

Baca juga: Upaya Mewujudkan Bendung Gerak Telake di Penajam Paser Utara, Atasi Banjir hingga Buat Petani

Baca juga: Penuhi Kebutuhan Air untuk Pertanian di PPU, Menteri PUPR Segera Realisasikan Bendungan Telake

Syahrudin menjelaskan bahwa, saat ini pemerintah Provinsi Kalimantan Timur (Kaltim) tengah membuat solusi jangka pendek untuk membantu para petani khusus di Kecamatan Babulu.

Pemprov Kaltim, membuat  beberapa unit sumur bor di kawasan pertanian meski diakui belum mampu secara maksimal, memenuhi kebutuhan air petani terutama saat musim kemarau.

“Itu adalah program baik, dan disambut baik, paling tidak sawahnya warga bisa diatasi jangka pendeknya, tapi jangka panjangnya tetap bendung Telake,” jelasnya.

Ia berharap bahwa pemerintah pusat segera mempercepat pembahasan rencana pembangunan, agar masyarakat juga bisa menikmati asas manfaatnya.

Sebelumnya petani di Babulu hanya mengandalkan tadah hujan untuk pertanian mereka. Keterbatasan air baku itu membuat petani hanya bisa panen paling tidak dua kali dalam setahun.

“Tentu saja kita sangat berharap agar itu segera terealisasi,” pungkasnya. (*)

 

 

 

 

Sumber: Tribun Kaltim
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved