Berita Samarinda Terkini
Pekerja Teras Samarinda Tak Diupah Perusahaan, Rully: Anak Saya sampai Putus Sekolah
Pekerja Teras Samarinda tak diupah perusahaan, salah satu pekerja bernama Rully mengungkapkan bahwa anaknya sampai putus sekolah.
Penulis: Sintya Alfatika Sari | Editor: Diah Anggraeni
TRIBUNKALTIM.CO, SAMARINDA - Pembangunan Teras Samarinda tahap I di Jalan Gajah Mada telah rampung dan kini dimanfaatkan masyarakat sebagai ruang publik.
Namun, di balik keberhasilan pembangunan ini, terselip kisah pilu dari para pekerja yang terlibat dalam proyek tersebut.
Puluhan pekerja Teras Samarinda yang selama berbulan-bulan bekerja keras belum menerima upah dari perusahaan terkait.
Dinas Tenaga Kerja (Disnaker) Samarinda mencatat ada 81 pekerja Teras Samarinda yang belum menerima gaji.
Selain tunggakan upah, para pekerja juga menghadapi masalah serius terkait dengan keikutsertaan dalam program BPJS Ketenagakerjaan.
Sejak awal bekerja, mereka tidak didaftarkan dalam program jaminan sosial tersebut, sehingga tidak memiliki perlindungan kesehatan dan keselamatan kerja yang memadai.
Dampak dari tunggakan ini bahkan meluas hingga kantin yang melayani para pekerja di lokasi proyek.
Penjual makanan di kantin tersebut mengaku mengalami kerugian hingga lebih dari Rp 30 juta, karena banyak pekerja yang berutang makanan.
Baca juga: Pekerja Teras Samarinda yang Belum Terima Upah Sampaikan 4 Tuntutan, Begini Tanggapan Pemkot
Pada Kamis (7/11/2024) hari ini, para pekerja yang didampingi oleh Perhimpunan Mahasiswa Katolik Republik Indonesia (PMKRI) Cabang Samarinda menggelar aksi demo di depan Balai Kota Samarinda.
Mereka menuntut agar Pemerintah Kota (Pemkot) Samarinda turut memfasilitasi dan membantu mencari solusi atas permasalahan yang mereka hadapi.
Salah satu pekerja yang turut dalam aksi tersebut adalah Rully, seorang mantan petugas keamanan di Teras Samarinda.
Dalam audiensi dengan Pemkot samarinda, ia menceritakan dampak besar yang harus ditanggung akibat belum dibayarnya upah mereka.
Rully mengungkapkan bahwa anaknya yang tinggal di Bogor, Jawa Barat, terpaksa putus sekolah karena keterbatasan biaya yang dialaminya.
"Akibat ini belum terbayar, banyak yang dikorbankan. Anak saya putus sekolah, tinggal sendirian di Bogor," ujar Rully dengan nada sedih.
Tidak hanya itu, Rully juga menyebutkan bahwa dampak dari masalah ini bahkan mempengaruhi kehidupan pribadi beberapa pekerja lainnya.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.