Artificial Intelligence AI, Solusi Inovatif atau Ancaman Kesenjangan Pendidikan?
Eksistensi super computer dalam peradaban manusia memiliki jejak panjang. Tiga dekade silam, Deep Blue, pionir artificial intelligence (AI)
Oleh: Affan Surya, Project Management Unit Coordinator Tanoto Foundation
Eksistensi super computer dalam peradaban manusia memiliki jejak panjang. Tiga dekade silam, Deep Blue, pionir artificial intelligence (AI) buatan IBM mengukir sejarah ketika berhasil mengalahkan legenda catur dunia Garry Kasparov dalam salah satu sesi kompetisi catur di New York, Amerika Serikat.
Sejak itu, AI terus berkembang. Tahun 2016 AI kembali unjuk gigi ketika AlphaGo, mesin buatan Google DeepMind, berhasil mengalahkan Lee Sed ol, juara dunia dalam permainan Go.
Selanjutnya, tahun 2023 menjadi pembuka fenomena AI global saat OpenAI meluncurkan asisten cerdas Chat GPT.
Pemanfaatan AI pun merasuk ke berbagai sektor industri. Mulai dari sektor teknologi, finansial, konstruksi, transportasi, pertambangan, hingga kesehatan.
Baca juga: Tanoto Foundation Dukung RPJMD Paser 2025-2029, Fokus Pendidikan dan Pengasuhan Anak Usia Dini
Sektor pendidikan pun tak lepas dari pengaruh keberadaan AI. Bahkan, tokoh pendidikan asal Inggris, Sir Anthony Seldon, membuat prediksi provokatif dengan menyebut bahwa pada tahun 2027 nanti Robot AI bisa menggantikan peran guru sebagai pengajar di skala global.
Pertanyaannya, apakah AI dengan kemampuan supernya bisa menjadi solusi dunia pendidikan?
Atau justru menjadi ancaman?
Inovasi Tingkatkan Skor Literasi Numerasi
Bicara pendidikan di Indonesia, salah satu benchmark yang bisa menjadi gambaran kualitas siswa adalah skor PISA yang di dalamnya terdapat komponen literasi dan numerasi.
Sayangnya, skor siswa Indonesia masih tertinggal dengan hanya 18 persen siswa mencapai kemahiran minimal dalam Matematika (PISA 2022).
Secara empiris, AI dapat menjadi alat ampuh dalam meningkatkan literasi dan numerasi siswa.
Dengan sistem pembelajaran yang dipersonalisasi, AI menyesuaikan materi sesuai kebutuhan individu, mengidentifikasi kelemahan, dan menyediakan solusi yang lebih efektif dibanding metode konvensional.
Di bidang literasi, AI bisa menciptakan pengalaman belajar interaktif melalui aplikasi yang membantu memahami tata bahasa, memperkaya kosakata, serta meningkatkan kemampuan membaca dan menulis.
Baca juga: Tak Bebani Wali Murid, Dewan Pendidikan Kaltim Sarankan Perpisahan Digelar di Sekolah
Umpan balik real-time memungkinkan siswa segera memperbaiki kesalahan dan mempercepat pemahaman.
Di bidang numerasi, AI menyesuaikan tingkat kesulitan soal matematika, membantu siswa belajar tanpa tekanan berlebih.
Simulasi dan visualisasi interaktif membuat konsep kompleks lebih mudah dipahami, sementara game edukasi berbasis AI menambahkan unsur gamifikasi untuk menjadikan belajar lebih menyenangkan dan memotivasi.
Inovasi dalam pembelajaran terbukti berhasil meningkatkan skor PISA siswa.
Salah satu pendekatan inovatif yang menunjukkan hasil signifikan adalah Program Pengembangan, Inovasi untuk Kualitas Pembelajaran (PINTAR) dari Tanoto Foundation.
Evaluasi di Kabupaten Paser, Kalimantan Timur, pada Oktober 2023 menunjukkan bahwa sekolah-sekolah yang menerima intervensi program ini mencatat nilai literasi dan numerasi lebih tinggi hingga 10 poin dibanding sekolah tanpa intervensi.
Kemajuan ini didukung oleh manajemen sekolah yang lebih baik, peningkatan pengajaran, keterlibatan orang tua, dan integrasi teknologi. Siswa SD yang mendapat intervensi naik 9,6 poin dalam membaca dan 5,3 poin dalam menulis.
Baca juga: Transportasi IKN Nusantara, Pengendali Lalu Lintas Berbasis Artificial Intelligence
Temuan ini semakin memperkuat bahwa teknologi, termasuk AI, dapat menjadi faktor pendukung dalam meningkatkan literasi dan numerasi, tetapi keberhasilannya tetap bergantung pada dukungan infrastruktur, kebijakan pendidikan yang tepat, serta pelatihan bagi tenaga pendidik.
Namun, efektivitas AI dalam pendidikan masih bergantung pada infrastruktur yang memadai, kebijakan pendidikan yang tepat, serta pelatihan bagi tenaga pendidik.
Guru Adaptif di Era AI
AI memiliki potensi besar dalam meningkatkan literasi dan numerasi siswa, tetapi peran guru tetap tak tergantikan.
Syaratnya, guru juga harus meng-upgrade pengetahuan dan memperkuat metode pengajaran dengan mengadopsi teknologi, termasuk AI. Karena itu, guru harus adaptif terhadap perkembangan teknologi.
Dengan integrasi yang bijak, AI dapat membantu personalisasi pembelajaran, memberikan umpan balik lebih cepat, dan mendukung penyampaian materi yang lebih adaptif.
Namun, keterampilan dasar seperti membaca, menulis, dan berhitung tetap harus diajarkan langsung oleh guru untuk memastikan fondasi yang kuat.
Selain itu, guru berperan dalam mengembangkan keterampilan sosial dan emosional siswa, seperti kerja sama, berpikir kritis, dan kreativitas, hal-hal yang tidak bisa sepenuhnya digantikan oleh teknologi.
Tantangan AI di Daerah Terpencil
Meningkatkan penggunaan AI di daerah terpencil membutuhkan strategi yang holistik dan berkelanjutan.
Salah satu langkah utama adalah memperkuat infrastruktur teknologi, seperti menyediakan akses internet yang andal di sekolah dan pusat komunitas.
Tanpa koneksi yang stabil, pemanfaatan AI dalam pendidikan akan sulit diimplementasikan.
Selain itu, distribusi perangkat seperti laptop atau tablet yang mendukung teknologi AI menjadi faktor penting agar siswa dan guru dapat mengakses materi pembelajaran dengan optimal.
Pemerintah, sektor swasta, dan organisasi nirlaba perlu berkolaborasi dalam menyediakan sarana dan prasarana ini melalui program donasi atau subsidi perangkat untuk daerah dengan akses terbatas.
Selain infrastruktur, kesiapan sumber daya manusia juga menjadi kunci utama dalam adopsi AI di daerah terpencil.
Guru dan tenaga pendidik harus dibekali dengan pelatihan yang relevan agar mereka dapat memanfaatkan AI secara efektif dalam proses pembelajaran.
Baca juga: 60 Guru SD di Kecamatan Sepaku PPU, Lokasi IKN Nusantara Dilatih Gunakan Artificial Intelligence
Namun, tantangan besar tetap ada. Tanpa strategi yang tepat, penerapan AI di daerah terpencil berisiko memperlebar kesenjangan digital, alih-alih menjembataninya.
Ada juga potensi ketergantungan pada teknologi yang bisa mengurangi peran interaksi manusia dalam pendidikan, yang sejatinya tetap krusial.
Perkembangan teknologi tidak perlu ditakuti. Dengan strategi yang tepat, AI dapat mendukung kualitas pendidikan tanpa menggantikan peran guru.
Melalui kolaborasi semua pihak; pemerintah, pendidik, orang tua, dan sekolah serta pendampingan dan pengawasan rutin, tantangan yang muncul dapat segera diatasi. (*)
Tanoto Foundation Dukung RPJMD Paser 2025-2029, Fokus Pendidikan dan Pengasuhan Anak Usia Dini |
![]() |
---|
60 Guru SD di Kecamatan Sepaku PPU, Lokasi IKN Nusantara Dilatih Gunakan Artificial Intelligence |
![]() |
---|
Artificial Intelligence Pada Marketing |
![]() |
---|
Transportasi IKN Nusantara, Pengendali Lalu Lintas Berbasis Artificial Intelligence |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.