Berita Nasional Terkini
Respons Menko Airlangga Hartanto Soal Nilai Rupiah yang Anjlok: Rupiah Naik Turun, Biasa Saja
Inilah respons Menteri Koordinator (Menko) Perekonomian Airlangga Hartanto terkait nilai rupiah yang anjlok ke level terendah sejak 1998.
Direktur Eksekutif Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Eko Listiyanto mengatakan, dalam jangka pendek, pelemahan rupiah akan berdampak pada stabilitas ekonomi Indonesia.
Pasalnya, ketidakstabilan nilai tukar dapat menambah ketidakpastian dalam ekonomi, yang berdampak pada iklim investasi dan kegiatan ekonomi secara lebih luas.
Baca juga: Soal IHSG Anjlok, Prabowo: Harga Saham Boleh Naik Turun, Asalkan Pangan Aman Negara Aman
"Kalau rupiahnya gonjang-ganjing, ini akan berimplikasi kepada kondisi makroekonomi kita," ujarnya dalam diskusi publik Indef, Selasa (26/3/2025).
Ia melanjutkan, fluktuasi nilai tukar rupiah dapat berpengaruh pada ekspektasi pasar terhadap kondisi ekonomi, termasuk saat momen-momen penting seperti Lebaran.
Seperti diketahui, aktivitas mudik Lebaran tahun ini diprediksi akan lebih rendah dibandingkan tahun lalu.
Jumlah pemudik diperkirakan berkurang menjadi 146,48 juta pemudik, sehingga potensi perputaran uang selama Lebaran diperkirakan turun 12,3 persen menjadi Rp 137,97 triliun.
"Para pelaku di pasar uang juga melihat bagaimana Lebaran dan diproyeksikan ini juga lebih rendah dari tahun lalu yang mudik. Itu juga berimplikasi pada konfigurasi dari rupiah," ungkap Eko.
Pelemahan nilai tukar rupiah juga bakal berdampak langsung pada pembayaran bunga utang, khususnya yang berbasis valuta asing (global bonds).
Ketika rupiah melemah, biaya pembayaran utang dalam mata uang asing akan meningkat, karena negara harus mengeluarkan lebih banyak rupiah untuk memenuhi kewajiban utang dalam mata uang asing.
Belum lagi dampak pada beban subsidi energi yang akan meningkat, terutama untuk bahan bakar minyak (BBM) yang banyak diimpor.
Biaya impor BBM akan semakin mahal dalam mata uang rupiah yang lebih lemah.
Eko menambahkan, pelemahan rupiah dapat meningkatkan biaya produksi di Indonesia yang kemudian dapat mendorong kenaikan harga produk di pasar domestik.
Baca juga: Sri Mulyani Bantah Isu Resign di tengah Jebloknya IHSG: Saya Tidak Mundur!
Indonesia memiliki ketergantungan yang cukup tinggi terhadap impor bahan baku dan komponen.
Sehingga ketika nilai tukar rupiah melemah, biaya untuk impor barang dan bahan baku juga meningkat.
"Pada prinsipnya, kalau rupiah melemah, memang risikonya banyak, manfaatnya sedikit, ya, bahkan mungkin tidak ada. Kadang pejabat bilang itu (pelemahan rupiah) bisa mendorong ekspor, jangan percaya. Kecuali memang kita sangat kuat di ekspor," pungkasnya. (*)
Mahasiswa Demo Imbas Brimob Lindas Ojol, Ini Tuntutan, Titik Lokasi, dan Live Situasi Terkini |
![]() |
---|
Rusdi Masse Gantikan Ahmad Sahroni jadi Wakil Ketua Komisi III DPR, Ini Penjelasan Nasdem |
![]() |
---|
Prabowo Perintahkan Usut Tuntas Ojol Tewas Dilindas Rantis, Minta Masyarakat Percaya Pemerintah |
![]() |
---|
Respons Puan Maharani soal Ojol Tewas Dilindas Rantis Brimob saat Demo Ricuh di DPR |
![]() |
---|
3 Fakta Terkini Sosok F dan Motif yang Mengemuka di Kasus Penculikan dan Pembunuhan Kacab Bank BUMN |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.