Berita Samarinda Terkini

Komunitas Ojol di Samarinda Catat Ada 657 Motor Rusak Pasca Isi BBM di SPBU di Kota Tepian

519 motor di antaranya sudah diperbaiki secara mandiri, tersisa 138 motor masih tak jelas tanpa perbaikan di bengkel

Penulis: Mohammad Fairoussaniy | Editor: Nur Pratama
TribunKaltim.co/Mohammad Fairoussaniy
MOTOR RUSAK - Ketua Umum Bubuhan Driver Gojek Samarinda (Budgos), Ivan Jaya saat ikut dalam rapat di Gedung E DPRD Kaltim, Rabu 9 April 2025, mengungkap data yang dihimpun pihaknya ada sebanyak 657 motor rusak diduga karena pengisian BBM di sejumlah SPBU. (TribunKaltim.co/Mohammad Fairoussaniy) 

TRIBUNKALTIM.CO, SAMARINDA – Catatan komunitas ojek online gojek di Kota Samarinda setidaknya ratusan motor rusak pasca mengisi bahan bakar minyak (BBM) di sejumlah SPBU.

Ketua Umum Bubuhan Driver Gojek Samarinda (Budgos), Ivan Jaya mengungkap dari data yang dihimpun pihaknya, sebanyak 657 motor rusak diduga karena pengisian BBM.

519 motor di antaranya sudah diperbaiki secara mandiri, tersisa 138 motor masih tak jelas tanpa perbaikan di bengkel

Baca juga: SMK SPP Negeri Samarinda Panen Melon Hidroponik, Bukti Keberhasilan Pembelajaran Berbasis Praktik

Alasan belum diperbaiki tentunya faktor ekonomi, dan ini juga sempat diungkapkannya saat hadir dalam rapat bersama DPRD, Pertamina Patra Niaga Kalimantan dan para pihak terkait.

“Namanya ojek online ini pemasukannya hari-hari. Bagaimana lagi mau mengganti fuel pump-nya dan spare part kendaraan? Harganya juga cukup lumayan menguras kantong. Jadi ada yang belum diperbaiki, ada dipaksa untuk jalan, ngojek. Dan ada yang didiamkan saja (di bengkel) sambil menunggu biaya,” jelasnya, Kamis (10/4/2025).

Ivan menegaskan bahwa rata–rata Driver Gojek di Kota Samarinda ini memiliki perekonomian di bawah rata-rata. 

Menurut para driver yang terkena dampak pasca mengisi BBM jenis Pertalite ataupun Pertamax, biaya yang dikeluarkan dalam sekali perbaikan fuel pump mulai dari Rp250 ribu sampai Rp 750 ribu bahkan ada yang hingga Rp1 juta, tergantung perbaikan dan kerusakan serta merek kendaraan.

“Bervariasi, ada yang Rp250 ribu, Rp400 ribu, Rp500 ribu dan Rp750 ribu, tergantung jenis motor, merek motor dan tingkat kerusakannya. Pendapatan harian teman–teman juga tidak cukup untuk menutupi biaya perbaikan kendaraan yang mendadak, dan di luar dugaan,” ungkapnya.

“Mungkin buat para pejabat, uang Rp250 ribu kecil, tapi bagi kami itu besar. Ngojek aja hanya dapat uang Rp100 ribu dalam sehari sudah bersyukur, kami bisa makan. Ternyata ada masalah seperti sekarang, kendaraan untuk kami bekerja tersendat–sendat, kita harus memikirkan biaya perbaikan kendaraan lagi,” sambung Ivan menyuarakan apa yang jadi keluh kesah teman–teman ojolnya.

Ia juga menyinggung soal layanan pengaduan melalui hotline Pertamina Call Center 135 maupun offline di masing-masing SPBU yang sudah cukup bagus. 

Meski sampai saat ini tak ada tindak lanjutnya karena tampak sangat sibuk sekali di media massa, semua pihak saling klarifikasi.

“Padahal yang kita mau, apa tanggung jawabnya? Karena kita dengar bahwa permasalahan seperti itu, kalau ada lapor ke 135 hotline-nya,” tukasnya.

Bahkan Budgos Samarinda sudah mengumpulkan bukti-bukti bahwa BBM yang dijual di SPBU bermasalah, serta berkoordinasi soal informasi kendaraan yang mengalami masalah.

Driver Gojek Samarinda membuat platform aduan ojek online berupa layanan WhatsApp dan ini murni investigasi pihaknya.

Sehingga teman–teman ojol di Samarinda, lanjut Ivan, bisa mengetahui mana BBM yang bermasalah serta dimana motor–motor yang alami kemogokan bahkan lokasi mengisi di SPBU.

Halaman
12
Sumber: Tribun Kaltim
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved