Berita Samarinda Terkini
Hamidah, Pengrajin Tenun Ulop Doyo, Jejak Budaya yang Menenun Masa Depan dari Serat Daun Kalimantan
Kisah Hamidah (61), pengrajin ulap doyo asal Tenggarong, Kutai Kartanegara yang bukan sekadar penenun, ia adalah penjaga tradisi
Penulis: Raynaldi Paskalis | Editor: Amelia Mutia Rachmah
Tantangan ini tidak hanya menyulitkan pemasaran, tetapi juga mencemari persepsi masyarakat tentang kualitas asli produk lokal.
Dari Daun Menjadi Benang Tenun
Edukasi terhadap masyarakat tentang proses dan bahan menjadi sangat penting untuk melindungi keberlangsungan tenun tradisional ini.
Hamidah pun menunjukkan bahan baku utama yang digunakan untuk membuat tenunan tersebut. Ia mengangkat selembar daun kering berwarna coklat muda sambil memberi penjelasan.
"Dari serat daun doyo dari tumbuhan itu," katanya sambil menunjuk.
Daun doyo berasal dari tanaman liar yang banyak tumbuh di hutan Kalimantan. Daun ini memiliki serat yang kuat dan lentur, sehingga cocok dijadikan benang tenun.
Baca juga: BREAKING NEWS: Menteri Fadli Zon Kunjungi Samarinda, Siap Resmikan Balai Pelestarian Kebudayaan
Proses pembuatannya memakan waktu panjang mulai dari pemetikan daun, perendaman, pengeringan, hingga dipintal menjadi benang.
Penggunaan bahan alami ini membuat tenun ulap doyo menjadi produk yang ramah lingkungan dan memiliki nilai budaya tinggi.
Tenun ulap doyo juga memiliki ikatan erat dengan identitas etnik.
"Kalau yang ini kan dari suku Dayak Benuaq. Cuman kalau sekarang ini mulai dari Bupati sampai Gubernur kan memang sudah merangkul untuk provinsi. Khususnya pada umumnya untuk Kalimantan Timur."ucapnya
Meskipun berasal dari komunitas suku tertentu, kain tenun ini kini telah diangkat menjadi simbol budaya provinsi. Upaya pemerintah daerah dalam melestarikan dan mempromosikan tenun ini patut diapresiasi.
Baca juga: Uhing, Perajin Topi Manik Dayak Kayan di Mahulu Kaltim yang Setia Lestarikan Budaya Leluhur
Hal tersebut membuka jalan bagi tenun ulap doyo untuk menembus pasar yang lebih luas tanpa kehilangan identitas asalnya. Hamidah juga memaparkan lamanya proses pembuatan satu helai kain ulap doyo.
"Kalau proses kita dari motik daun sampai kita bikin serat kurang lebih satu bulan setengah. Sampai siap dipakai."tambahnya
Proses panjang ini menunjukkan betapa kompleksnya pembuatan satu lembar kain. Mulai dari mengambil daun doyo, mengolahnya menjadi benang, mewarnai dengan pewarna alami, hingga merancang motif dan menenun semuanya dilakukan dengan tangan. Namun, jika benang sudah tersedia, proses menenun bisa lebih cepat.
"Tinggal menenun itu siap satu minggu," tambahnya.
Penumpang dan Pengelola Bus Anggap Terminal Bayangan Samarinda Mudahkan Akses, Harga Tiket Sama |
![]() |
---|
Sistem Tilang ETLE di Samarinda Belum Berfungsi, Ribuan Pengendara Masih Melanggar Lalulintas |
![]() |
---|
Alasan Penumpang Pilih Terminal Bayangan Samarinda: Langsung Berangkat, Lebih Cepat |
![]() |
---|
PUPR Samarinda Hanya Fokus Bangun Insinerator dan Pengelolaan Diserahkan ke DLH |
![]() |
---|
Terminal Bayangan Samarinda tak Langgar Lalulintas Malah Mudahkan Akses Penumpang |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.