Berita Samarinda Terkini

Hamidah, Pengrajin Tenun Ulop Doyo, Jejak Budaya yang Menenun Masa Depan dari Serat Daun Kalimantan

Kisah Hamidah (61), pengrajin ulap doyo asal Tenggarong, Kutai Kartanegara yang bukan sekadar penenun, ia adalah penjaga tradisi

TRIBUNKALTIM.CO/RAYNALDI PASKALIS
TENUN - Pengrajin tenun asal kutai kartanegara, Hamida saat menjadi salah satu unsur kebudayaan KALTIM yang di tampilkan saat kunjungan Mentri Kebudayaan RI. Jumat (30/5/2025)Tenun tradisional Ulap Doyo tampil memukau dalam kunjungan Menteri Kebudayaan Fadli Zon, menegaskan komitmen pelestarian budaya lewat regenerasi pengrajin seperti Hamidah yang terus melestarikan warisan leluhur. (TRIBUNKALTIM.CO/RAYNALDI PASKALIS) 

Kelompok Tenun untuk Lestarikan Budaya

Kelompok tenun yang digelutinya bernama Pokant Takaq yang berbasis di Tenggarong. Dalam kelompok tersebut, para anggota memiliki tugas masing-masing ada yang memetik daun, membuat serat, mewarnai, mengikat motif, hingga menjual kain.

Baca juga: Festival Ketupat 2025 di Samarinda Kaltim, Walikota Andi Harun: Momentum Pengembangan Wisata Budaya

"Kalau saya apa itu bikin nenunnya langsung penjualannya marketingnya."ucapnya

Distribusi kerja yang jelas ini memungkinkan produksi tetap berjalan meskipun tiap tahap memiliki kesulitan masing-masing.

Hamidah sendiri mengambil peran ganda sebagai penenun sekaligus pemasar, membuktikan bahwa pelestarian budaya bisa sejalan dengan semangat kewirausahaan.

Mengenai motif, Hamidah mengaku belum menciptakan motif baru.

"Kalau sementara saya jujur aja, belum ada ciptakan motif."ucapnya

Meskipun demikian, ia tetap mempertahankan motif-motif tradisional yang sudah ada. Konsistensinya ini penting untuk menjaga keaslian nilai budaya yang terkandung dalam setiap helai kain yang ia hasilkan.

Harga kain tenun yang ditawarkan pun bervariasi tergantung bahan dan proses.

"Itu kalau yang pewarna alam kurang lebih 1 juta. Tapi kalau yang biasa 700, 800."tambahnya

Harga ini dianggap wajar mengingat bahan alami dan proses panjang yang dilalui. Beberapa kain yang dipajangnya bahkan dijual seharga Rp750.000 hingga Rp900.000, tergantung ukuran dan pewarna.

Hamidah menekankan bahwa semua warna berasal dari bahan alami bukan pewarna sintetis sehingga memberikan nilai tambah pada produknya.

Meski berasal dari daerah, karya Hamidah telah menembus berbagai wilayah di Indonesia.

"Kalau produk saya itu kebanyakan dipakai orang desainer, mereka mau fashion show kan. Nah, jadi dia mau yang lebih unik gitu kan."

Kain ulap doyo karyanya telah digunakan oleh para desainer di Jakarta, Surabaya, hingga Batam. Bahkan, kain-kain tersebut sering dibawa ke luar negeri lewat jalur ekspor oleh pihak ketiga. (*)

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved