Berita Samarinda Terkini

Diskominfo Beberkan Teknis AI Samarinda, dari RKA Otomatis hingga Mesin Sendiri

Dinas Komunikasi dan Informatika (Diskominfo) Samarinda terus memperkuat fondasi digital menuju penerapan kecerdasan buatan (Artificial Intelligence)

TRIBUNKALTIM.CO/SINTYA ALFATIKA SARI
SISTEM ARTIFICIAL INTELLIGENCE -  Sistem Artificial Intelligence (AI) yang dikembangkan Pemerintah Kota Samarinda, dirancang untuk membaca dan menganalisis data pemerintahan secara otomatis tanpa input manual. Teknologi ini memungkinkan wali kota dan perangkat daerah mengakses informasi anggaran, program, dan kinerja OPD secara cepat dan presisi melalui agen AI berbasis dokumen lokal. (TRIBUNKALTIM.CO/SINTYA ALFATIKA SARI) 

Dalam hal pembiayaan, Suparmin menyebut bahwa pengembangan tahap awal relatif murah untuk ukuran sebuah sistem AI pemerintahan. Total investasi sejauh ini hanya sekitar Rp2 miliar, termasuk biaya tenaga ahli dan infrastruktur GPU (graphic processing unit).

“Saat ini anggarannya sekitar Rp600 juta untuk pengembangan aplikasi, di luar biaya tenaga ahli. Kami punya 20-an tenaga ahli lokal yang kompeten, gaji mereka antara Rp5–8 juta per bulan, dan mereka semua membangun sistem ini dari nol. Untuk GPU sendiri, per unitnya Rp60–70 juta, dan kita butuh 5–7 unit. Jadi memang untuk pemrosesan nanti, itu yang mahal,” urainya.

Meski begitu, Suparmin menegaskan bahwa ketika sistem ini siap di tahun 2028, penggunaan AI oleh masyarakat akan digratiskan. Ia juga menyinggung bahwa AI publik ke depan akan dibagi menjadi mesin-mesin sektoral, seperti kesehatan.samarinda.ai, layanan.samarinda.ai, atau peraturan.samarinda.ai, yang akan memberikan layanan kontekstual sesuai kebutuhan warga.

“Sekarang memang masih pakai agen luar, dan itu berbayar. Misalnya sekali tanya di ChatGPT bisa 0,01 dolar, tapi kalau DeepSeek hanya 0,0001 dolar per iterasi. Tapi nanti ketika pakai Samarinda AI, itu tidak berbayar bagi masyarakat,” tegasnya.

Namun, Suparmin tidak menutup mata terhadap potensi risiko AI. Menurutnya, sisi negatif terbesar adalah potensi penyalahgunaan untuk produksi hoaks, terutama lewat konten anonim berbasis voice over AI, serta kemungkinan pengurangan tenaga kerja di sektor pemerintahan akibat otomatisasi.

“Musuh utama kita di era ini adalah hoaks yang disebar melalui AI, terutama di media sosial seperti TikTok dan Facebook. AI bisa dimanfaatkan untuk menyebar konten menyesatkan yang tampak sahih. Selain itu, AI juga berpotensi menggeser banyak peran manusia, seperti customer service yang nantinya bisa digantikan sepenuhnya oleh mesin. Kalau SDM kita tidak siap, bisa kalah bersaing dan kehilangan pekerjaan,” ungkapnya.

Baca juga: Diskominfo Samarinda Evaluasi Aplikasi Tanda Tangan Elektronik Universal

Meski demikian, Suparmin optimistis bahwa dampak positif AI jauh lebih besar. Ia bahkan mencontohkan pemanfaatan AI di dunia medis, seperti dalam analisis rontgen gigi oleh dokter yang kini bisa dilakukan dalam hitungan detik, lengkap dengan rencana tindakan medis otomatis.

“Perencanaan kini tidak lagi dari kertas kosong. Semua sudah ada templatenya. AI tidak hanya membaca, tapi juga memahami konteks. Bahkan AI bisa mengenali siapa yang sedang bertanya, karena datanya disimpan sebagai vector memory. Semakin sering digunakan, semakin cerdas dan personal asistensinya,” pungkasnya. (*)

 

 

Sumber: Tribun Kaltim
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved