Berita Samarinda Terkini
Diskominfo Beberkan Teknis AI Samarinda, dari RKA Otomatis hingga Mesin Sendiri
Dinas Komunikasi dan Informatika (Diskominfo) Samarinda terus memperkuat fondasi digital menuju penerapan kecerdasan buatan (Artificial Intelligence)
Penulis: Sintya Alfatika Sari | Editor: Samir Paturusi
TRIBUNKALTIM.CO,SAMARINDA - Dinas Komunikasi dan Informatika (Diskominfo) Samarinda terus memperkuat fondasi digital menuju penerapan kecerdasan buatan (Artificial Intelligence/AI) dalam tata kelola pemerintahan.
Pemkot Samarinda telah menggandeng Ainun Najib yang merupakan seorang ahli teknologi dan perancang sistem digital pemerintahan terkenal di Singapura, untuk mempersiapkan infrastruktur AI sebagai pondasi tata kelola pemerintahan dan pembangunan dalam Paparan Progres Transformasi Digital Kota Samarinda dan Workshop Artificial Intelligence (AI) beberapa waktu lalu (16/6),
Sekretaris Diskominfo Samarinda, Suparmin, menjelaskan secara teknis bagaimana sistem AI yang tengah dikembangkan akan mengubah total cara birokrasi memproses, menganalisis, dan mengambil keputusan berbasis data, tanpa lagi mengandalkan input manual dari sumber daya manusia.
“RKA (Rencana Kerja Anggaran) itu pasti semua sudah punya, karena sistemnya narik langsung dari SIPD (Sistem Informasi Pemerintahan Daerah). Jadi tidak perlu lagi minta data atau laporan terpisah. Semua website, aplikasi-aplikasi, itu tinggal ‘narik kabel’ langsung,” jelasnya (21/6).
Baca juga: Diskominfo Samarinda Jadi Kantor Bebas Air Minum Kemasan Plastik, Pegawai Wajib Bawa Tumbler
Namun saat ini yang belum terintegrasi adalah dokumen seperti Kerangka Acuan Kerja (KAK). Tetapi ke depannya, seluruh dokumen yang ada akan dimasukkan, sehingga Wali Kota Samarinda Andi Harun bisa langsung menuliskan pertanyaan.
“Pak wali tinggal mengetik pertanyaan misalnya berapa panjang jalan yang dibangun tahun 2025, dan AI langsung menjawab berdasarkan data KAK yang sudah dicrawling,” terang Suparmin.
Menurut Suparmin, paradigma pengolahan data dalam sistem AI yang sedang dikembangkan jauh berbeda dengan sistem informasi konvensional. Jika sebelumnya data harus diinput secara manual melalui form atau tabel, maka AI bekerja secara otomatis dengan membaca dokumen mentah, seperti file Word atau PDF, melalui apa yang ia sebut sebagai “agen AI”.
“Agen AI akan membaca, memproses, dan menghubungkan data tersebut dari satu titik ke titik berikutnya. Tidak ada lagi proses input. Jumlah admin input data? Sudah tidak diperlukan. Ke depan tidak ada lagi yang namanya data processing manual,” tegasnya.
Lebih jauh, Suparmin menyebut sistem AI Samarinda akan berbasis large language model (LLM) seperti ChatGPT, Gemini, DeepSeek, maupun Claude.
Untuk tahap awal, Diskominfo menggunakan agen Claude dari Amazon Web Services yang dinilai paling sesuai dengan konteks pemerintahan daerah. Namun, target ambisius ke depan adalah membangun agen AI lokal milik sendiri.
“Target kita 2028 sudah punya mesin sendiri. Untuk sementara kita masih menggunakan model yang sudah jadi. Tapi dua tahun ke depan akan jadi masa evaluasi dan pengembangan konsep paling tepat untuk AI Samarinda.
Tahun 2028 mesin sendiri sudah jadi, dan ini kita rancang sebagai workflow dengan colokan langsung dari semua data, termasuk untuk dipakai langsung oleh Pak Wali,” jelasnya.
Ia menambahkan, mulai Agustus 2025, Wali Kota Samarinda akan mulai menggunakan sistem ini secara penuh dalam proses penyusunan Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD) 2026. Wali kota nantinya hanya perlu menanyakan melalui antarmuka AI, misalnya: berapa anggaran Dinas Kominfo untuk transformasi digital.
Kemudian sistem akan memberikan jawaban secara otomatis, termasuk analisis efisiensi dan saran perbaikan jika ditemukan indikasi pemborosan.
“Kalau seandainya anggaran boros, mesin akan menyampaikan berapa persen yang bisa diefisiensi dan bagaimana langkahnya. Ini arahnya akan mirip seperti Department of Government Efficiency milik Elon Musk di Amerika. Tapi tentu kita sesuaikan dengan kearifan lokal kita,” imbuhnya.
Dalam hal pembiayaan, Suparmin menyebut bahwa pengembangan tahap awal relatif murah untuk ukuran sebuah sistem AI pemerintahan. Total investasi sejauh ini hanya sekitar Rp2 miliar, termasuk biaya tenaga ahli dan infrastruktur GPU (graphic processing unit).
“Saat ini anggarannya sekitar Rp600 juta untuk pengembangan aplikasi, di luar biaya tenaga ahli. Kami punya 20-an tenaga ahli lokal yang kompeten, gaji mereka antara Rp5–8 juta per bulan, dan mereka semua membangun sistem ini dari nol. Untuk GPU sendiri, per unitnya Rp60–70 juta, dan kita butuh 5–7 unit. Jadi memang untuk pemrosesan nanti, itu yang mahal,” urainya.
Meski begitu, Suparmin menegaskan bahwa ketika sistem ini siap di tahun 2028, penggunaan AI oleh masyarakat akan digratiskan. Ia juga menyinggung bahwa AI publik ke depan akan dibagi menjadi mesin-mesin sektoral, seperti kesehatan.samarinda.ai, layanan.samarinda.ai, atau peraturan.samarinda.ai, yang akan memberikan layanan kontekstual sesuai kebutuhan warga.
“Sekarang memang masih pakai agen luar, dan itu berbayar. Misalnya sekali tanya di ChatGPT bisa 0,01 dolar, tapi kalau DeepSeek hanya 0,0001 dolar per iterasi. Tapi nanti ketika pakai Samarinda AI, itu tidak berbayar bagi masyarakat,” tegasnya.
Namun, Suparmin tidak menutup mata terhadap potensi risiko AI. Menurutnya, sisi negatif terbesar adalah potensi penyalahgunaan untuk produksi hoaks, terutama lewat konten anonim berbasis voice over AI, serta kemungkinan pengurangan tenaga kerja di sektor pemerintahan akibat otomatisasi.
“Musuh utama kita di era ini adalah hoaks yang disebar melalui AI, terutama di media sosial seperti TikTok dan Facebook. AI bisa dimanfaatkan untuk menyebar konten menyesatkan yang tampak sahih. Selain itu, AI juga berpotensi menggeser banyak peran manusia, seperti customer service yang nantinya bisa digantikan sepenuhnya oleh mesin. Kalau SDM kita tidak siap, bisa kalah bersaing dan kehilangan pekerjaan,” ungkapnya.
Baca juga: Diskominfo Samarinda Evaluasi Aplikasi Tanda Tangan Elektronik Universal
Meski demikian, Suparmin optimistis bahwa dampak positif AI jauh lebih besar. Ia bahkan mencontohkan pemanfaatan AI di dunia medis, seperti dalam analisis rontgen gigi oleh dokter yang kini bisa dilakukan dalam hitungan detik, lengkap dengan rencana tindakan medis otomatis.
“Perencanaan kini tidak lagi dari kertas kosong. Semua sudah ada templatenya. AI tidak hanya membaca, tapi juga memahami konteks. Bahkan AI bisa mengenali siapa yang sedang bertanya, karena datanya disimpan sebagai vector memory. Semakin sering digunakan, semakin cerdas dan personal asistensinya,” pungkasnya. (*)
Polresta Samarinda Gagalkan Sabu 2,7 Kg, Kurir Lintas Kota Asal Balikpapan Ditangkap |
![]() |
---|
Tim Elang Polsek Samarinda Kota Tangkap Pelaku Curi Motor Nmax di Sambutan |
![]() |
---|
Sekolah Rakyat di Samarinda Siapkan Tahap Awal Pembelajaran, MPLS Dimulai 15 Agustus 2025 |
![]() |
---|
Persiapan Asrama Terlambat, Jadwal Masuk Sekolah Rakyat Samarinda Diundur ke Pertengahan Agustus |
![]() |
---|
Wilayah Pesisir Balikpapan, Paser dan PPU Waspada Terjadi Fenomena Hari Tanpa Hujan |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.