Pemusnahan Barang Bukti BNNP Kaltim

BNNP Ungkap Tren Baru Narkoba Masuk Kaltim, Libatkan Kurir Wanita dan WNA Malaysia

Kepala BNNP Kaltim Brigjen Pol Rudi Hartono mengungkapkan adanya tren baru peredaran narkoba yang masuk ke wilayah Kalimantan Timur.

TRIBUNKALTIM.CO/GREGORIUS AGUNG
TREN MAUKNYA NARKOBA - Kepala Badan Narkotika Nasional Provinsi Kalimantan Timur (BNNP Kaltim) Brigjen Pol Rudi Hartono mengungkapkan adanya tren baru peredaran narkoba yang masuk ke wilayah Kaltim. (TRIBUNKALTIM.CO/GREGORIUS AGUNG) 

TRIBUNKALTIM.CO, SAMARINDA – Kepala Badan Narkotika Nasional Provinsi Kalimantan Timur (BNNP Kaltim) Brigjen Pol Rudi Hartono mengungkapkan adanya tren baru peredaran narkoba yang masuk ke wilayah Kaltim.

Tren tersebut mencakup perubahan modus penyelundupan dan meningkatnya keterlibatan warga negara asing (WNA) serta perempuan sebagai kurir narkotika.

Pernyataan itu disampaikan Rudi usai pengungkapan upaya penyelundupan sabu seberat 5.924 gram di Bandara Sultan Aji Muhammad Sulaiman Sepinggan (SAMS), Balikpapan.

Dalam kasus tersebut, empat WNA Malaysia ditangkap.

Baca juga: 16 Tersangka Narkoba Ditangkap BNNP Kaltim, Barang Bukti Dimusnahkan dengan Dibakar dan Diblender

Pengungkapan pertama dilakukan terhadap Moh Walid dan Muhammad Amirul, yang diamankan di Bandara SAMS Sepinggan pada 11 Juni 2025. 

Keduanya datang dari Bandara Kuala Lumpur dengan membawa sabu seberat 1,94 kilogram, disembunyikan menggunakan modus body strapping di bagian perut.

"Setelah keluar dari pintu kedatangan, keduanya langsung dibekuk," ujar Rudi, Kamis (10/7/2025).

Kasus serupa terulang pada 20 Juni 2025, ketika dua kurir WNA Malaysia lainnya, Mohammad Hafizul dan Mohamad Taslim, mencoba menyelundupkan sabu seberat 3,98 kilogram melalui rute dan modus yang sama.

Baca juga: 4 WNA Asal Malaysia Ditangkap Tim BNNP Kaltim, Kedapatan Bawa 5,924 Gram Sabu

"Jadi ada empat WNA Malaysia yang terlibat. Sekarang fenomenanya banyak kurir warga Malaysia yang masuk ke Indonesia," ungkapnya.

Selain itu, BNNP Kaltim juga mengungkap kasus penyelundupan sabu oleh tiga perempuan asal Aceh: Yuliani, Rosmawardhani, dan Hanifa.

Ketiganya tertangkap pada 12 Mei 2025 setelah kedapatan membawa sabu seberat 500 gram yang disembunyikan di bagian intim tubuh.

Mereka terbang dari Bandara Hang Nadim Batam ke Bandara SAMS Sepinggan.

Baca juga: BREAKING NEWS: BNNP Kaltim Musnahkan 4 Kg Narkotika, 2 WNA Malaysia Terlibat Jaringan Internasional

"Untuk yang perempuan tadi dari Aceh, barang itu mereka diselipkan di bagian intim, setengah-setengah kilo sabu," jelas Rudi.

Ia juga mengungkapkan bahwa tren keterlibatan perempuan dalam jaringan narkoba terus meningkat dan kini mencapai 10 hingga 12 persen.

"Makanya ke depan ini bagaimana ibu-ibu membuat trik tidak akan menjadi kurir. Ini juga fenomena kehidupan, yang banyak masalah pinjol macam-macam, akhirnya tidak mampu bayar, kemudian nekat jadi kurir," bebernya.

Rudi menegaskan perlunya pengawasan ketat jalur penerbangan, termasuk penerbangan internasional yang kini menjadi jalur favorit penyelundupan narkotika.

Baca juga: BNNP Kaltim Berhasil Gagalkan Peredaran Pil Ekstasi di Samarinda, 2 Pemuda Diamankan

“Saya minta tidak hanya orang lokal saja yang diamati, tapi penerbangan internasional juga harus diawasi. Harus dilihat sistemnya (pengawasan). Jadi fenomenanya juga ada melibatkan kurir WNA (Malaysia),” tegasnya.

Sebagai upaya pencegahan, BNNP Kaltim telah menempatkan personel khusus di Bandara SAMS Sepinggan, Balikpapan untuk memperkuat pengawasan bersama Bea Cukai, Polri, dan instansi terkait.

“Sudah ada, kita sudah punya ruangan di sana. Di Bandara Samarinda juga menyusul. Untuk Balikpapan sudah tempatkan personel, nanti juga gabung dengan Bea Cukai, Polri, Polda atau Polres,” katanya.

Dari pengungkapan kasus ini, salah satu tersangka, Mohammad Hafizul, mengaku menjadi kurir karena alasan ekonomi.

Baca juga: BNNP Kaltim Ungkap Peredaran Ganja dari Sumatera, Diduga Bakal Diedarkan saat Tahun Baru 

Ia membutuhkan dana besar untuk operasi jantung, dan tergiur upah sebesar 8.000–10.000 Ringgit Malaysia (sekitar Rp 30–36 juta).

“Ini pertama kali. Diupah untuk operasi jantung,” ungkap Hafizul. (*)

Sumber: Tribun Kaltim
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved