Bendera One Piece

Bendera One Piece Disorot, Wapres Gibran Pernah Pakai Pin Bajak Laut Topi Jerami, Penjelasan Eks TKN

Bendera One Piece disorot. Wapres Gibran pernah pakai pin bergambar Bajak Laut Topi Jerami ini. Kata Eks TKN Prabowo-Gibran

Editor: Amalia Husnul A
KOMPAS.com/ADHYASTA DIRGANTARA
GIBRAN PAKAI ONE PIECE - Gibran Rakabuming Raka saat masih menjadi cawapres nomor urut 2 tiba di rumah Prabowo Subianto, Jalan Kertanegara, Jakarta Selatan, Minggu (21/1/2024) lalu. Terlihat logo bajak laut One Piece di kemeja yang dikenakan Gibran. Bendera One Piece disorot. Wapres Gibran pernah pakai pin bergambar Bajak Laut Topi Jerami ini. Kata Eks TKN Prabowo-Gibran. (KOMPAS.com/ADHYASTA DIRGANTARA) 

TRIBUNKALTIM.CO - Jelang HUT ke-80 RI pengibaran bendera One Piece yang bergambar Bajak Laut Topi Jerami ramai jadi sorotan. 

Sebelum marak pengibaran bendera One Piece sekarang ini, Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka sudah pernah mengenakan pin bergambar Bajak Laut Topi Jerami ini.

Pin One Piece ini dipakai Gibran pada masa kampanye Pemilihan Presiden (Pilpres) 2024 lalu

Lambang One Piece itu dia gunakan dalam bentuk pin saat mendatangi rumah Presiden Prabowo Subianto yang saat itu masih menjadi calon presiden (capres), di Jalan Kertanegara 4, Jakarta Selatan pada 21 Januari 2024. 

Baca juga: Gibran Pernah Pakai Pin One Piece, Kini Bendera Bajak Laut Topi Jerami Disorot, Pakar: Bukan Melawan

Saat itu, Gibran menggunakan kemeja berwarna biru langit dan pin berlambang One Piece yang identik dengan Jolly Roger dan Topi Jerami di dada sebelah kirinya.

Terkait pin One Piece yang dipakai Gibran, Mantan Anggota Dewan Pakar Tim Kampanye Nasional (TKN) Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka, Drajad Wibowo ikut angkat bicara.  

Drajad menilai, fenomena kemunculan bendera One Piece tersebut tidak pantas dilakukan pada momen sakral bulan kemerdekaan seperti sekarang ini.

Menurut Drajad, pengibaran bendera One Piece yang terjadi belakangan ini sama sekali berbeda konteks dan maknanya dengan saat Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka mengenakan pin bergambar karakter anime tersebut dalam masa kampanye Pilpres 2024.

"Jelas beda jauh momentum dan timingnya. Wapres Mas Gibran memakai pin Mugiwara dari anime One Piece dalam masa Pilpres," kata Drajad kepada Tribunnews.com, Senin (4/8/2025).

Dia menjelaskan, penggunaan pin One Piece saat itu dilakukan dalam rangka mendekatkan diri kepada pemilih muda, terutama mereka yang merupakan penggemar budaya populer Jepang.

"Kita tahu banyak pemilih muda penggemar anime dan manga. Istilahnya Wibu. Setahu saya, Mas Gibran memang menggemari One Piece.

Jadi, pemakaian pin itu sebagai pesan Mas Gibran merangkul para pemilih muda," ujar Drajad.

Namun, kata Drajad, pengibaran bendera One Piece saat ini harus dilihat dalam konteks berbeda.  

Dia menekankan bahwa bulan Agustus adalah waktu yang sangat penting untuk menumbuhkan semangat nasionalisme termasuk melalui pengibaran bendera Merah Putih.

"Pengibaran itu juga sangat penting sebagai bagian menanamkan nasionalisme dan kecintaan Merah Putih kepada anak dan cucu kita," ucap Drajad.

Drajad menyebut, menjadikan bendera bajak laut One Piece sebagai pengganti simbol negara dalam peringatan kemerdekaan adalah menodai kesakralan bulan Agustus.

"Menjadikan One Piece sebagai bendera dalam bulan kemerdekaan kita jelas menodai kesakralan tersebut. Beda jauh maknanya dengan saat Mas Gibran memakainya," tegasnya.

Sebagai perbandingan, Drajad menggambarkan situasi tersebut dengan tindakan yang tidak tepat tempat dan waktu.

"Biar jelas, mari saya beri contoh bola. Kita bebas main bola. Tetapi kalau main bola di tengah orang yang sedang khusyu beribadah, jelas salah.

Wajar jika orang berpikir, ini karena main yang kebablasan atau memang sengaja mengganggu orang beribadah?" ujarnya.

Ramai Jelang HUT ke-80 RI 

Pengibaran bendera One Piece yang disandingkan dengan Sang Saka Merah Putih tengah jadi perbincangan jelang HUT ke-80 RI.

Logo One Piece merupakan simbol yang digunakan di kapal milik Monkey D Luffy, kapten dari kru Bajak Laut Topi Jerami (Straw Hat Pirates).

Dibalik desainnya yang sederhana, terdapat makna dan filosofi yang kuat dari dunia One Piece, kisah fiksi ciptaan Eiichiro Oda.

Logo tersebut menampilkan gambar tengkorak putih dengan senyum lebar yang memperlihatkan deretan gigi, mengenakan topi jerami di atas dua tulang bersilang. 

Desain itu merupakan bentuk adaptasi dari simbol klasik Jolly Roger, ikon khas bajak laut di lautan.

Topi jerami dalam logo tersebut merujuk pada nama julukan sang kapten, Luffy.

Topi itu sendiri merupakan peninggalan dari sosok Shanks, bajak laut legendaris berjuluk Rambut Merah. 

Dalam semesta One Piece, topi itu melambangkan impian, kebebasan, dan warisan semangat petualangan.

Banyak penggemar dan penafsir cerita melihat bendera Topi Jerami sebagai lambang perlawanan terhadap tirani.

Khususnya bendera Bajak Laut Topi Jerami milik Monkey D. Luffy, tengkorak dengan topi jerami bukan hanya sekadar tanda bajak laut.

Respons Pemerintah dan DPR

Namun, lambang One Piece seperti yang dulu pernah dipakai di dada kiri Gibran tersebut kini ditafsirkan berbeda oleh pemerintah. 

Wakil Ketua DPR-RI, Sufmi Dasco Ahmad mengatakan, pemasangan bendera One Piece ini adalah upaya memecah belah bangsa karena dikibarkan jelang HUT ke-80 RI.

"Kita juga mendeteksi dan juga dapat masukan dari lembaga-lembaga pengamanan intelijen, memang ada upaya-upaya namanya untuk memecah belah persatuan dan kesatuan bangsa," kata Dasco.

Sementara itu Menteri Koordinator Bidang Politik dan Keamanan (Menko Polkam) Budi Gunawan menegaskan bahwa pemerintah akan mengambil langkah tegas jika didapati ada upaya kesengajaan dalam menyebarkan narasi pengibaran bendera bajak laut dari manga One Piece jelang Hari Ulang Tahun (HUT) Ke-80 RI. 

Apalagi, menurut dia, ada konsekuensi hukum bagi mereka yang mengibarkan bendera merah putih di bawah lambang apapun, sebagaimana termaktub dalam Undang-Undang (UU) Nomor 24 Tahun 2009 tentang Bendera, Bahasa, dan Lambang Negara, serta Lagu Kebangsaan.

 Oleh karena itu, Budi Gunawan berharap masyarakat bisa menghargai dan menghormati jasa para pahlawan dengan tidak merendahkan bendera merah putih yang telah menjadi simbol dan identitas negara.

Pakar Komunikasi: Bentuk Aktivisme Sosial

Pakar Komunikasi dari Program Studi Ilmu Komunikasi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) Fajar Junaedi, menilai bahwa pengibaran bendera Anime One Piece di bawah Bendera Merah Putih, merupakan bentuk aktivisme sosial.

Fajarjun, sapaan akrabnya, mengatakan bahwa hal ini bisa dimaknai sebagai simbol identitas kelompok, yang dalam konteks apa yang terjadi di Indonesia saat ini merupakan aktivisme sosial yang melakukan resistensi, yakni tindakan perlawanan atau penolakan dari masyarakat terhadap suatu perubahan, kebijakan, yang dianggap merugikan atau tidak adil.

Dia pun mengatakan, merujuk pada sosiolog Alberto Melucci, gerakan sosial memerlukan adanya simbol yang menyatukan orang. 

Bendera berfungsi sebagai penanda identitas yang memberi individu kesempatan untuk merasa menjadi bagian aktivisme digital.

“Ini terlihat dengan warganet yang menggunakan bendera One Piece di status media sosial, profil media sosial, membagikan di media sosial, dan bahkan mendiskusikannya di media sosial."

"Setelahnya, media massa menjadikannya berita, lengkap dengan komentar para pejabat yang acapkali justru malah kontraproduktif bagi pemerintah karena ketidak pahaman,” ungkap Fajarjun, Senin (4/8/2025), dilansir muhammadiyah.or.id.

Fajarjun juga menjelaskan bahwa dalam hal politik, representasi karakter dan ideologi dalam One Piece menunjukkan pemaknaan semiotika di secondary signification, di mana karakter dirancang secara semiotik untuk mewakili nilai-nilai dan konflik sosial yang lebih luas.

“Saya merujuk penelitian dari Thomas  Zoth (2011) yang berjudul The politics of One Piece: Political critique in Oda’s Water Seven.

Zoth menyebutkan bahwa alur Water Seven menggunakan karakter untuk mengeksplorasi relasi antara individu dan negara, khususnya dalam hal keamanan nasional."

"Narasi tersebut menyiratkan bahwa mengorbankan hak individu demi peningkatan keamanan yang dirasakan tidak dapat diterima, dan memberikan perhatian pada sikap kritis terhadap isu-isu politik,” tuturnya.

Jika Negara Represif Justru akan Jadi Simbol Perlawanan

Sosiolog dari Universitas Sebelas Maret (UNS), Drajat Tri Kartono, mengomentari maraknya pengibaran bendera serial anime asal Jepang, One Piece, jelang HUT ke-80 RI.

Jolly Roger atau bendera berwarna hitam dengan gambar tengkorak bertopi jerami yang ada dalam cerita One Piece itu dikibarkan di kendaraan, rumah, bahkan di sepanjang jalan.

Menurut Drajat, fenomena ini menyangkut tentang reproduksi suatu budaya populer.

Pengibaran bendera One Piece, sambungnya, adalah ekspresi masyarakat dalam mengikuti budaya populer dan mencoba membangun komunitas dan identitas dari hal tersebut.

Oleh karena itu, ia menilai pengibaran bendera One Piece tidak terkait dengan simbol perlawanan terhadap negara.

"Sebenarnya ini tidak terkait dengan satu simbol perlawanan terhadap negara, sebagai suatu bentuk simbol penciptaan identitas tandingan secara nasional karena dari asal usulnya, bentuknya, dan pengibarnya juga sejauh ini tak ada maksud ke sana," ucap Drajat saat dihubungi Tribunnews.com, Senin (4/8/2025).

Menurut Drajat, negara tak perlu cemas dengan fenomena ini.

Pasalnya, jika kecemasan itu sampai berakibat pada keluarnya tindakan negara yang menyetarakan pengibaran bendera One Piece sebagai suatu perlawanan, maka fenomena ini justru akan menjadi simbol perlawanan.

Ia menuturkan bahwa pengibaran bendera One Piece hanyalah upaya untuk membangun identitas.

Terlebih, setelah sorotan terkait hal ini berkurang, maka fenomena pengibaran bendera One Piece pelan-pelan akan hilang.

"Tapi kalau kemudian negara sangat perhatian akan munculnya kekhawatiran negara sampai melakukan tindakan-tindakan represif dan tuduhan-tuduhan yang mengarah kepada pembangkangan sipil bisa jadi (pengibaran bendera One Piece) berkembang ke arah simbol perlawanan," jelas Drajat Tri Kartono.

Drajat menyatakan bahwa mengibarkan bendera One Piece tak ada bedanya dengan mengibarkan bendera-bendera lain, misalnya bendera klub sepak bola.

"Tapi itu tidak dengan serta merta mengganti kesadaran nasionalisme dan tidak serta merta mengambil alih simbol-simbol negara yang selama ini sudah kokoh dan kuat," ujarnya.

Ia pun menekankan supaya negara tak bertindak represif terkait pengibaran bendera bajak laut topi jerami ini.

"Kalau terlalu khawatir dan negara bersifat represif justru nanti ke depannya akan menjadi simbol perlawanan," tegas Drajat.

Baca juga: Pakar Hukum Jelaskan Alasan Pengibaran Bendera One Piece Legal, Kebebasan Berekspresi Dilindungi UU

(*)

Ikuti berita populer lainnya di saluran berikut: Channel WA, Facebook, X (Twitter), YouTube, Threads, Telegram

Artikel ini telah tayang di Tribunnews.com dengan judul Wapres Gibran Pernah Gunakan Pin One Piece, Ini Penjelasan Eks TKN Prabowo dan Pakar Komunikasi UMY Nilai Pengibaran Bendera One Piece Sebagai Bentuk Resistensi dari Masyarakat dan Bendera One Piece Marak, Sosiolog: Jika Negara Represif Justru Akan Jadi Simbol Perlawanan.

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved