Berita Nasional Terkini

Pesan Khusus Mahfud MD ke Purbaya Setelah Prabowo Siap Bayar Utang Whoosh

Mantan Menko Polhukam, Mahfud MD,  memberi pesan khusus untuk Menteri Keuangan, Purbaya Yudhi Sadewa, Sabtu (15/11/2025).

KOMPAS.com/Krisda Tiofani
KERETA CEPAT WHOOSH - Kereta cepat Jakarta-Bandung Whoosh di Stasiun Halim, Jakarta Timur. Mahfud MD apresiasi langkah pemerintah bayar utang Whoosh, namun ingatkan KPK tetap usut dugaan korupsi proyek tersebut, Sabtu (15/11/2025). (KOMPAS.com/Krisda Tiofani) 
Ringkasan Berita:
  • Presiden Prabowo menegaskan pemerintah akan mencicil utang proyek Whoosh sekitar Rp1,2 triliun per tahun
  • Mahfud MD mendukung pembayaran utang, tetapi menekankan penyelidikan dugaan korupsi harus tetap berjalan
  • Mahfud meminta Menkeu Purbaya fokus membersihkan Ditjen Pajak dan Bea Cukai dari praktik korupsi

TRIBUNKALTIM.CO -  Mantan Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan (Menko Polhukam), Mahfud MD,  memberi pesan khusus untuk Menteri Keuangan, Purbaya Yudhi Sadewa.

Pesan khusus ini masih terkait dengan utang proyek kereta cepat Whoosh yang sudah diumumkan Presiden Prabowo Subianto jadi tanggung jawab pemerintah.

Mahfud MD menyampaikan apresiasi atas sikap pemerintah dalam menyikapi utang proyek kereta cepat Jakarta–Bandung atau Whoosh.

Baca juga: Purbaya Ngaku Mending Tidak Bayar Utang Proyek Whoosh, tapi Harus Ikut Arahan Presiden Prabowo

Sebelumnya, Presiden Prabowo Subianto menegaskan bahwa pemerintah akan bertanggung jawab penuh atas kewajiban pembayaran utang proyek tersebut dengan skema cicilan sekitar Rp1,2 triliun per tahun.

Menurut Prabowo, proyek Whoosh tidak semestinya hanya dilihat dari sisi untung-rugi finansial, melainkan dari manfaat sosial dan ekonomi yang lebih luas, seperti mengurangi kemacetan, menekan polusi, dan mempercepat mobilitas masyarakat.

Mahfud: Bayar Utang Tidak Menghapus Dugaan Korupsi

Meski mendukung langkah pemerintah membayar utang, Mahfud mengingatkan bahwa kewajiban tersebut tidak boleh menghapus atau menghentikan penyelidikan atas dugaan korupsi dalam proyek Whoosh.

Ia menilai langkah Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) yang tetap bergerak mengusut kasus ini sebagai hal positif.

“Pemerintah, dengan skema apa pun, memang harus membayar biaya proyek Whoosh dengan Cina. Sebab kontrak yang dibuat secara sah berlaku sebagai UU, tetapi dugaan korupsinya harus tetap diselidiki. Memenuhi kewajiban bayar bukan berarti menghapus korupsinya. Bagus juga, KPK ternyata tetap bergerak,” tulis Mahfud dalam unggahannya di Twitter (X), Sabtu (15/11/2025).

Baca juga: Tangani Utang Kereta Cepat Whoosh, Danantara dan Pemerintah Berbagi Peran

Dorongan untuk Menkeu Purbaya

Mahfud juga menyampaikan pesan khusus kepada Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa.

Ia meminta agar Purbaya fokus membersihkan praktik korupsi di lingkungan Direktorat Jenderal Pajak dan Bea Cukai, yang menurutnya masih menyimpan banyak “tikus-tikus” birokrasi.

“Untuk Pak Menkeu Purbaya, karena urusan Whoosh sudah diambil alih oleh Presiden dan dugaan korupsinya tetap harus dilanjutkan oleh KPK, maka sebagai Menkeu dia harus lanjutkan membersihkan Ditjen Pajak dan Bea Cukai dari korupsi dan semua tikus yang bersembunyi di sana,” tegas Mahfud.

Baca juga: Purbaya Minta Diajak Negosiasi Utang Whoosh ke China, Skema Pembayaran Pakai APBN Belum Final

Proyek Whoosh

Diketahui, Proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung yang resmi beroperasi sejak 2 Oktober 2023 mengalami pembengkakan biaya (cost overrun).

Tak tanggung-tanggung, jumlah pembengkakan biayanya mencapai 1,2 miliar dollar AS atau sekitar Rp 19,54 triliun.

Untuk menutup pembengkakan biaya tersebut, proyek ini memperoleh pinjaman dari China Development Bank (CDB) senilai 230,99 juta dollar AS dan 1,54 miliar renminbi, dengan total setara Rp 6,98 triliun.

PT Kereta Cepat Indonesia China (KCIC), pengelola kereta cepat Whoosh, merupakan perusahaan patungan antara konsorsium Indonesia PT Pilar Sinergi BUMN Indonesia (PSBI) dengan kepemilikan saham 60 persen, dan konsorsium China Beijing Yawan HSR Co. Ltd yang memegang 40 persen saham.

Adapun komposisi pemegang saham PSBI terdiri dari:

  • PT Kereta Api Indonesia (Persero): 51,37 persen
  • PT Wijaya Karya (Persero) Tbk: 39,12 persen
  • PT Jasa Marga (Persero) Tbk: 8,30 persen
  • PT Perkebunan Nusantara I: 1,21 persen

Namun, ternyata proyek ini memberikan tekanan besar terhadap kinerja keuangan PT KAI (Persero).

Utang proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung yang ditanggung melalui konsorsium KCIC mencapai Rp 116 triliun atau sekitar 7,2 miliar dollar AS. 

Jumlah tersebut sudah termasuk pembengkakan biaya dan menjadi beban berat bagi PT KAI dan KCIC, yang masih mencatatkan kerugian pada semester I-2025.

Sebagai Menkeu, Purbaya awalnya mengatakan tak ingin ikut campur dengan masalah proyek ini, termasuk soal tagihan utang di dalamnya.

Namun, belakangan Prabowo mengatakan Pemerintah Indonesia siap membayar kewajiban utang proyek Whoosh yang mencapai sekitar Rp 1,2 triliun per tahun.

Baca juga: Soal Skema Pembayaran Utang Proyek Kereta Cepat Whoosh Pakai APBN, Airlangga: Masih Dibahas

“Pokoknya enggak ada masalah karena itu kita bayar mungkin Rp 1,2 triliun per tahun. Tetapi manfaatnya, mengurangi macet, mengurangi polusi, mempercepat perjalanan, ini semua harus dihitung,” kata Prabowo usai meninjau Stasiun Manggarai dan meresmikan beroperasinya Stasiun Tanah Abang Baru, Jakarta, Selasa (4/11/2025).

Prabowo menegaskan tanggung jawab penuh atas proyek tersebut kini berada di tangan dirinya sebagai Presiden Republik Indonesia.

“Sudahlah, saya sudah katakan presiden Republik Indonesia yang ambil alih tanggung jawab. Jadi tidak usah ribut. Kita mampu dan kita kuat,” tegasnya.

Mendengar perintah itu, Purbaya pun siap menjalankannya meski pun dari hitung-hitungannya lebih baik tak ikut bayar.

"Kalau saya mending nggak bayar. Cuma gini, itu kan ada kebijakan pimpinan di atas presiden."

"Mereka yang nanggung. Cuma saya belum mendapatkan atau kita belum sampai kesimpulan titik terakhir seperti apa," ujar Purbaya saat Media Briefing di Kantor Kemenkeu, Jumat (14/11/2025).

Menkeu Purbaya menegaskan bahwa pemerintah akan cenderung mengambil porsi pendanaan pada sektor infrastruktur.

Sementara pengadaan rolling stock atau sarana operasional akan ditanggung oleh pihak Danantara.

Meski begitu, Purbaya mencoba mencarikan skema pembagian peran dengan Danantara tidak akan merugikan negara.

Pihaknya pun ingin terlibat pembahasan dengan pihak Cina.

"Makanya saya bilang kalau nanti mereka diskusi dengan sana, saya ikut."

"Saya mau lihat. Jangan sampai saya rugi amat, tapi kita lihat yang terbaik buat negara ini. Jadi ini prosesnya masih berjalan," ungkapnya. (*)

Artikel ini telah tayang di Tribunnews.com dengan judul Mahfud MD soal Utang Whoosh: Kontrak Dibayar, Korupsinya Tetap Dibongkar!

Sumber: Tribunnews
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved