Berita Bontang Terkini

Walikota Bontang Tunggu Kajian untuk Penetapan Status KLB Demam Berdarah, 2 Warga Meninggal

Walikota Bontang, Neni Moerniaeni tunggu kajian untuk penetapan status KLB Demam Berdarah Dengue setelah 2 warga meninggal dunia karena DBD

Penulis: Muhammad Ridwan | Editor: Amalia Husnul A
Grafis dengan AI Copilot
KASUS DBD BONTANG - Ilustrasi Demam Berdarah Dengue (DBD) dengan menggunakan kecerdasan buatan atau artificial intelligent Copilot. Walikota Bontang, Neni Moerniaeni tunggu kajian untuk penetapan status KLB Demam Berdarah Dengue. Wacana KLB demam berdarah ini mengemuka setelah 2 warga di Bontang meninggal dunia karena DBD. (Grafis dengan AI Copilot) 

TRIBUNKALTIM.CO, BONTANG Walikota Bontang, Neni Moerniaeni menunggu hasil kajian epidemiologi untuk menetapkan status Kejadian Luar Biasa atau KLB Demam Berdarah Dengue (DBD).

Wacana KLB Demam Berdarah Dengue mengemuka setelah dua warga di Kota Bontang, Provinsi Kalimantan Timur (Kaltim) meninggal dunia selama September 2025.

Dilansir TribunKaltim.co dari laman resmi Kementerian Kesehatan (Kemenkes) www.kemenkes.go.id, status KLB ditetapkan pada suatu wilayah bila jumlah kasus DBD yang terjadi di wilayah tersebut dua kali lipat lebih banyak dari kasus DBD yang terjadi di bulan yang sama pada tahun sebelumnya.

Meski masih menunggu hasil kajian epidemiologi untuk penetapan status KLB demam berdarah, Neni Moerniaeni meminta peningkatan kasus DBD harus ditangani cepat agar tidak semakin meluas. 

Baca juga: Kasus DBD di Bontang Terus Meningkat, Warga Diminta Perketat Pencegahan

Misalnya dengan fogging di wilayah dengan kasus tinggi harus segera dilakukan. 

Langkah ini, menurut Walikota Bontang , penting untuk memutus rantai penularan nyamuk Aedes aegypti yang menjadi vektor utama DBD.

“Kami instruksikan agar Dinkes bergerak cepat, terutama di titik klaster penularan,” katanya.

Sementara itu, Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Bontang, Bahtiar Mabe telah menggelar rapat khusus menyikapi kasus demam berdarah yang menyebabkan kematian.

Kasus Demam Berdarah Dengue ini menjadi perhatian serius lantaran kematian dua warga karena DBD ini dalam rentang waktu yang mepet atau singkat.

Menurut Bahtiar Mabe, kematian akibat DB ini menjadi peringatan.

Terlebih cuaca belakangan ini seringkali berubah.

Jumlah kasus DBD di Bontang 

Menurut Bahtiar Mabe, dari Januari hingga September, total sudah 152 kasus DBD terjadi di Bontang, dengan jumlah notifikasi dengue mencapai 332. 

Kasus kematian akibat DBD di tahun ini pun menjadi yang pertama setelah 2024 lalu tercatat 1 korban jiwa dari 558 kasus.

"Ini menjadi perhatian khusus kami, karena tahun lalu hanya terjadi 1 kasus kematian," kata Mabe saat dihubungi, Senin (15/9/2025).

Sementara itu Dinkes mencatat ada 9 kasus DBD baru pada September ini.

Sejumlah kasus DBD ditemukan di beberapa wilayah yakni:

  • 4 kasus di Kelurahan Tanjung Laut Indah,
  • 3 kasus Berbas Tengah,
  • 1 kasus di Loktuan 1,
  • 1 kasus Tanjung Laut 1.

Selain itu, satu kasus Dengue Shock Syndrome (DSS) juga terdeteksi di Loktuan.

Apa Itu DSS

Dikutip TribunKaltim.co dari kompas.com, Dengue Shock Syndrome (DSS) adalah komplikasi infeksi demam berdarah dengue (DBD) yang memiliki tingkat kematian yang tinggi.

DSS juga dikenal dengan istilah dengue hemorrhagic fever (DHF).

Munculnya komplikasi ini bisa tiba-tiba dan sangat progresif.

Penyebab dengue shock syndrome

Penyebab dengue shock syndrome sama dengan demam berdarah dan demam berdarah dengue (DBD).

Penyakit ini disebabkan dengan virus dengue yang ditularkan oleh nyamuk Aedes aegypti.

Proses terjadinya dengue shock syndrome

Demam pada DBD umumnya terjadi selama 2 sampai 7 hari dan menurun setelahnya.

Namun, hati-hati, justru komplikasi biasanya terjadi pada fase ini. 

Komplikasi paling banyak terjadi pada hari ke 3 dan 4 sejak hari pertama sakit.

Jika tidak segera ditangani, maka komplikasi ini akan mengakibatkan syok yang berisiko kematian.

Temuan utama yang menunjukkan progresif DBD menuju DSS adalah trombositopenia yang diikuti dengan meningkatnya hematokrit.

Trombositopenia adalah menurunnya trombosit hingga di bawah 100.000 per milimeter kubik. 

Kondisi tersebut akan memicu kebocoran plasma yang mengakibatkan syok hipovolemik yang berujung DSS.

Di Indonesia, walaupun angka kematian akibat DBD menurun, namun kematian akibat DBD yang disertai syok masih tinggi.

Gejala dengue shock syndrome

Berikut adalah gejala DSS menurut World Health Organization (WHO):

  • Demam atau riwayat demam 2 sampai 7 hari terakhir.
  • Tanda-tanda perdarahan yang ditandai dengan tes tourniquet positif, titik-titik kemerahan di kulit (petechiae, ecchymoses, atau purpura), atau perdarahan dari mukosa, saluran pencernaan, atau lokasi suntikan.
  • Denyut nadi cepat dan lemah Hipotensi
  • Keringat dingin dan mudah lelah
  • Selain itu, perlu diketahui bahwa pasien yang berisiko tinggi terkena DSS adalah bayi dan orang tua.
  • Infeksi yang menyerang wanita juga ditemukan lebih parah daripada pria.

Penanganan dengue shock syndrome

Pasien dengan DSS bisa memburuk dengan cepat.

Oleh karena itu, pasien mungkin perlu dibawa ke intesive care unit (ICU).

Saat ini, penanganan DSS yang sudah terbukti efektif hanya mengembalikan cairan tubuh secara intensif.

Rekomendasi cairan dimasukkan melalui intravena sebanyak 10-20 mililiter per kilogram berat badan.

Kasus berat mungkin membutuhkan dua jalur intravena sekaligus.

Terdapat beberapa pilihan penanganan tambahan untuk mengatasi syok pada dengue, seperti transfusi trombosit penggunaan kortikosteroid, dan penggunaan imunoglobulin.

Sayangnya, belum ada bukti ilmiah yang bisa membuktikan keefektifan tindakan tambahan ini.

Baca juga: 5 Daerah dengan Jumlah Kasus Penyakit DBD Tertinggi di Kalimantan Timur

(TribunKaltim.co/Muhammad Ridwan)

Ikuti berita populer lainnya di saluran berikut: Channel WA, Facebook, X (Twitter), YouTube, Threads, Telegram

Sumber: Tribun Kaltim
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved