Berita Balikpapan Terkini

Kampung Bungas Gunung Sari Ilir Jadi Contoh Pengelolaan Sampah Organik di Balikpapan

Kawasan yang dikenal dengan kebun sayur dan bunga ini berhasil menunjukkan bagaimana pengelolaan sampah organik bisa dijalankan secara mandiri

Penulis: Siti Zubaidah | Editor: Samir Paturusi
TRIBUNKALTIM.CO/SITI ZUBAIDAH
PENGOLAHAN SAMPAH -  Wakil Walikota Balikpapan Bagus Susetyo, Selasa (4/11/2025). Ia memberikan apresiasi kepada Kampung Bungas di Kelurahan Gunung Sari Ilir sebagai percontohan sampah organik di Kota Balikpapan. (TRIBUNKALTIM.CO/SITI ZUBAIDAH) 

TRIBUNKALTIM.COBALIKPAPANKampung Bungas di Kelurahan Gunung Sari Ilir, Kecamatan Balikpapan Tengah, kini menjadi sorotan.

Kawasan yang dikenal dengan kebun sayur dan bunga ini berhasil menunjukkan bagaimana pengelolaan sampah organik bisa dijalankan secara mandiri oleh warga.

Inovasi mereka dalam mengubah limbah rumah tangga menjadi kompos dinilai sebagai contoh nyata pengurangan sampah yang efektif, sekaligus menginspirasi kawasan lain di Balikpapan.

Wakil Walikota Balikpapan, Bagus Susetyo, mengatakan inisiatif warga seperti di Kampung Bungas membuktikan bahwa upaya menjaga lingkungan tidak selalu bergantung pada pemerintah.

“Warga di Gunung Sari Ilir sudah bisa mengolah sisa makanan menjadi kompos. Ini bisa ditiru oleh kelurahan lain karena manfaatnya nyata, baik untuk lingkungan maupun ekonomi keluarga,” ujar Bagus saat menghadiri Awarding RT, CGH & Eco Office 2025 di BSCC Dome Balikpapan, Selasa (4/11/2025).

Baca juga: Raperda Pancasila Digodok, Bagus Susetyo Dorong Pendidikan Pancasila dengan Pendekatan Partisipatif

Ia menilai, gerakan masyarakat seperti ini sejalan dengan target pemerintah kota untuk menekan volume sampah yang masuk ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Manggar.

Saat ini, produksi sampah Balikpapan masih berkisar antara 30 hingga 50 persen dari total timbulan harian yang belum terkelola dengan baik.

Menurutnya, inovasi berbasis komunitas menjadi langkah strategis untuk memperpanjang umur TPA dan mengurangi ketergantungan terhadap sistem pengangkutan sampah konvensional.

“Semakin banyak sampah yang diolah di sumbernya, semakin kecil beban kota. Pemerintah mendorong agar setiap RT dan kelurahan memiliki sistem pengelolaan sendiri,” jelasnya.

Melalui Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Balikpapan, pemerintah juga memberikan pendampingan teknis serta edukasi bagi kelompok masyarakat yang ingin mengelola sampah mandiri.

Bagus menambahkan, hasil olahan sampah organik seperti kompos memiliki nilai ekonomi dan dapat dimanfaatkan untuk pertanian perkotaan serta penghijauan lingkungan.

“Kalau semua kelurahan meniru pola Kampung Bungas, kita bisa menekan volume sampah ke TPA seminimal mungkin,” katanya.

Selain Kampung Bungas, Pemkot juga tengah mengembangkan Program Kampung Ibadah Hijau, yang mengintegrasikan rumah ibadah dengan sistem pengelolaan lingkungan berkelanjutan.

Baca juga: Wawali Bagus Susetyo Minta OPD Disiplin Duduk di Kursi Depan saat Rapat Paripurna DPRD Balikpapan

Program ini bahkan diusulkan ke Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan sebagai bagian dari Program Kampung Iklim (Proklim) tingkat nasional.

“Prinsipnya sederhana  sampah organik dijadikan pupuk, plastik dijual, sisanya diolah. Dengan begitu lingkungan tetap bersih, ekonomi warga pun ikut tumbuh,” pungkasnya. (*)

 

 

 

Sumber: Tribun Kaltim
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved