Bocah Tenggelam di Balikpapan Utara
Doa Terakhir Ibu untuk Rifai Korban Tenggelam, Impian Sunat Pupus di Kubangan Maut Km 8 Balikpapan
Aroma kesedihan begitu pekat, terangkum dalam tangisan pilu orangtua yang kehilangan buah hati mereka.
Penulis: Budi Susilo | Editor: Budi Susilo
Ringkasan Berita:
- Ibu kandung korban berbagi kisah haru tentang putra semata wayangnya, Rifai, tenggelam di kubangan air;
- Nia hanya mampu memanjatkan doa, berharap anaknya dan kelima temannya dapat beristirahat dengan damai;
- Agus menyoroti ketiadaan rambu-rambu atau papan larangan di kawasan kubangan air.
TRIBUNKALTIM.CO, BALIKPAPAN – Dinding kamar jenazah Rumah Sakit Kanujoso Djatiwibowo, Kota Balikpapan, Provinsi Kalimantan Timur menjadi saksi bisu duka mendalam yang menyelimuti keluarga korban tragedi tenggelamnya enam bocah di kubangan air Km8, Graha Indah, Kecamatan Balikpapan Utara, Senin (17/11/2025) petang.
Aroma kesedihan begitu pekat, terangkum dalam tangisan pilu orangtua yang kehilangan buah hati mereka.
Di sudut pelataran mortuary, Nia Karunia Putri (24), ibunda dari salah satu korban, Muhammad Rifai Alamsyah (9), tampak duduk di lantai, air matanya tak terbendung.
Sesekali ia berdiri gelisah, ditenangkan oleh sang suami, Agus, yang terus mendekapnya sambil membisikkan kata-kata sabar.
Baca juga: Kronologi 6 Anak Balikpapan Utara Tenggelam, Ketua RT Sebut Bukan Waduk dan Minim Pengamanan
Kepada TribunKaltim.co, Nia berbagi kisah haru tentang putra semata wayangnya, Rifai, yang baru saja pulang sekolah sebelum insiden nahas itu terjadi sore hari.
"Saya sempat merasa heran, saat mau berangkat sekolah, tidak ada tanda-tanda sedih, dia riang saja," kenang Nia.
Rifai, murid SD Negeri 09 Balikpapan Utara, adalah anak kesayangan dan satu-satunya putra Nia.
Ia bercerita bagaimana Rifai selalu dituruti permintaannya. Permintaan terakhir Rifai adalah sebuah smartphone untuk sarana komunikasi dan menggali informasi.
Baca juga: Sorotan Hukum Tragedi 6 Anak Balikpapan Utara Tenggelam, Bagi Pihak yang Lalai Berpotensi Pidana
“Kemarin minta handphone, saya kasih handphone. Saya belikan. Minta apa saja selalu dituruti, anak kesayangan. Kan jadi anak laki, satu-satunya. Minta handphone buat belajar,” tutur Nia yang berkulit warna sawo matang.
Tak hanya itu, Rifai juga sempat berujar ingin disunat menjelang kenaikan kelas 4.
"Dia pernah mau minta sunat, untuk kelas 4 ini nanti," beber Nia.
Sayangnya, rencana indah itu harus dibatalkan oleh takdir yang menjemputnya lebih dulu.
Melalui tangisnya, Nia hanya mampu memanjatkan doa, berharap anaknya dan kelima temannya dapat beristirahat dengan damai.
"Saya berharap anak saya bersama teman-temannya masuk surga, sudah tidak sakit lagi, hidup bahagia di sana, akhirat," tutup Nia.
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/kaltim/foto/bank/originals/20251118_Ibu-Korban-Sedih-yang-Mendalam.jpg)