Bocah Tenggelam di Balikpapan Utara
Pengakuan Ibu Korban Tenggelam di Km 8 Balikpapan soal Firasat Mama Tolong Aku Tenggelam
Di tengah duka yang mendalam, Nia mengaku teringat satu perubahan kecil dari anaknya beberapa hari terakhir
Penulis: Dwi Ardianto | Editor: Budi Susilo
Menurutnya, tak ada tanda-tanda aneh atau perubahan tingkah laku anaknya sebelum kejadian. Hari itu berlangsung seperti biasa.
Ada satu hal yang hingga kini membuat Nia terus teringat. Sebuah firasat kuat yang muncul ketika ia sedang mengantar pesanan dagangan jengkol ke kawasan Sepinggan.
“Pas lewat danau, airnya tenang. Tapi saya tiba-tiba kebayang anak saya ada di dalam air, kayak minta tolong, ‘Mama, tolong aku, aku tenggelam’,” tutur Nia sambil menahan tangis.
Ia mengaku merinding, namun mencoba mengabaikan firasat itu.
Ia tak pernah membayangkan bahwa bayangan yang muncul di pikirannya akan menjadi kenyataan pahit.
Setelah pencarian, Rifai menjadi korban terakhir yang ditemukan. Menurut informasi dari keluarga, posisi tubuhnya berada di bagian paling bawah.
“Hancur rasanya. Anak saya yang ditemukan terakhir,” kata Nia lirih.
Rifai adalah anak pertama dari dua bersaudara. Adiknya yang berusia 6 tahun belum sepenuhnya memahami bahwa kakaknya telah pergi untuk selamanya.
Baca juga: Sorotan Hukum Tragedi 6 Anak Balikpapan Utara Tenggelam, Bagi Pihak yang Lalai Berpotensi Pidana
Nia menggambarkan, putranya sebagai sosok yang ceria, humoris, dan dekat dengan keluarga.
“Dia itu orangnya periang, gampang bercanda, enggak pilih-pilih makanan, pintar, ramah sama teman-temannya,” kenangnya.
Terkait lokasi tenggelamnya para korban, Nia menilai area kubangan Jalan PDAM Kilometer 8 bukan tempat yang aman untuk anak-anak.
“Enggak aman. Enggak ada tanda rambu-rambu larangan. Enggak ada sama sekali,” tegasnya.
Ia mengatakan, area itu sudah ada sejak sebelum pembangunan kawasan sekitar, namun kini kembali terbuka tanpa pengamanan.
Meski hatinya remuk, Nia mencoba tetap tegar dan berharap tak ada lagi anak-anak yang menjadi korban.
“Semoga ke depan ada perhatian. Jangan saling menyalahkan. Semua anak jadi korban. Kita cuma bisa sabar, mau bagaimana lagi,” ucapnya.
Saat mendapat kabar anaknya hilang, hal pertama yang ia lakukan hanyalah berdoa.
“Saya cuma berharap dia baik-baik saja. Tapi ternyata ini yang terjadi,” ujarnya. (*)
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/kaltim/foto/bank/originals/20251118_Ibu-Korban-Tenggelam-Menangis.jpg)