Bocah Tenggelam di Balikpapan Utara
Tangis Laili Ceritakan Kehilangan 3 Anak di Kubangan Maut Balikpapan, 'Banyak Komentar Menyalahkan'
Tangis Laili ceritakan kehilangan 3 anak sekaligus di kubangan maut Balikpapan, 'banyak komentar menyalahkan', Kamis (20/11/2025).
Penulis: Ardiana | Editor: Rita Noor Shobah
Ringkasan Berita:
- Kesaksian ayah tiga anak korban tenggelam di kubangan Km 8, masih tak berani lihat lokasinya
- Cerita Wa Ala nenek yang kehilangan lima cucunya
- Keluarga korban anak tenggelam di kubangan dekat Grand City menyerahkan proses hukum pada polisi
TRIBUNKALTIM.CO, BALIKPAPAN – Laili, ayah 4 orang anak tak pernah menyangka harus kehilangan ketiga anaknya sekaligus di hari yang sama, Senin (17/11/2025).
Tak ada firasat nyata yang ia rasakan.
Maka ketika kehilangan itu datang tiba-tiba, Laili menjadi trauma.
Dengan mata berkaca-kaca mencoba menahan tangis, Laili menceritakan rasa kehilangannya yang menyakitkan.
Kubangan air di Jl PDAM Kilomter 8, Kelurahan Graha Indah, Balikpapan Utara, Kota Balikpapan, Kalimantan Timur, sekilas tampak biasa saja dari kejauhan.
Airnya berwarna hijau dan tenang, tak menunjukkan bahaya apa pun.
Namun di balik tenangnya air itu, tersimpan tragedi yang merenggut nyawa enam anak sekaligus.
Baca juga: 3 Indikasi Kelalaian dalam Tragedi 6 Bocah Tenggelam di Kubangan Dekat Grand City Balikpapan
Bagi Laili, lokasi itu kini menjadi tempat yang tak sanggup lagi ia lihat.
Ia masih trauma melihat kubangan tersebut.
Kenangan pahit kehilangan tiga anaknya di kubangan tersebut terus menghantuinya.
Di kubangan itu, Laili kehilangan tiga anaknya yang menjadi korban tenggelam.
Tiga dari enam korban adalah anak-anak Laili yaitu Alfa Kaltiana Hadi (12), Ica Nawang (11), dan Arafa Lirman Azka Faiez (8).
Tragedi itu juga merenggut nyawa keponakannya, Anaya Zaira Azarah (5).
Siang itu, seperti biasa, pada Senin (17/11/2025) pukul 12.00 Wita Laili mengantar anak sulungnya, Alfa Kaltiana Hadi berangkat ke sekolah di SDN 009 Balikpapan Utara.
Biasanya ia menjemput sang anak, namun saat itu Alfa meminta pulang bersama teman-temannya.
Permintaan sederhana yang tanpa disadari menjadi momen terakhir Laili berinteraksi dengan anaknya.
“Dia masuk jam 12.30, jadi jam 12 saya antar sekalian saya pergi kerja juga. Tapi dia enggak mau dijemput. Katanya nanti pulang sama temannya,” tuturnya pelan di rumah duka, RT 68 Graha Indah, Kamis (20/11/2025).
Sepulang sekolah, Alfa dan kedua adiknya bermain bersama teman-teman.
Awalnya mereka berencana bermain layangan.
Baca juga: POPULER KALTIM: Firasat Ibu Korban Mama Tolong Aku Tenggelam, Kronologi, dan Siapa Pemilik Lahan
Anak bungsu Laili bahkan sempat ikut dan tampak antusias.
Memang, ketiga anak Laili sering bermain layang-layang di lapangan dekat kubangan air tersebut.
Namun rencana berubah.
Kedua kakaknya memutuskan tidak jadi bermain layangan dan justru berenang di kubangan.
Anak bungsu mereka kemudian pulang terlebih dahulu untuk makan siang.
“Adeknya ada bilang, mereka bohongi aku, katanya mau main layangan, tapi sekalinya berenang di air hijau-hijau. Sering kita ingatin karena ada kubangan di situ. Tapi kan, jaga anak umur 13 tahun enggak sama kayak jaga anak umur 3 tahun,” ujar Laili mengulang perkataan anak bungsunya.
Naas, saat si bungsu kembali ke kubangan, ia melihat kakaknya telah mengapung di permukaan air hijau itu.
Panik, ia berlari pulang memberi tahu keluarga.
Warga yang datang ke lokasi mendapati air sudah kembali tenang. Bocah-bocah itu telah tenggelam.
“Dia pulang lagi, makan. Nanti balik lagi. Pas ke sana, ternyata, sudah mengapung. Makanya kembali lah dia ke rumah, melapor ke keluarga. Posisinya mereka sudah tenggelam,” jelas Laili dengan suara bergetar.
Kabar duka itu sampai ke Laili dan istrinya melalui telepon ketika keduanya sedang berada di kebun, dua kilometer dari lokasi.
Mereka langsung bergegas pulang dalam keadaan cemas dan tak menentu.
Sesampainya di rumah, kesedihan seakan tak terbendung.
Baca juga: Usai Insiden 6 Anak Tenggelam, Sinarmas Land Diminta Lakukan Pemagaran Lokasi Kubangan dalam 2 Hari
Dua anaknya, si sulung dan anak ketiga, sudah terbaring di ruang tamu. Anak keduanya belum ditemukan.
“Langsung saya bawa ke rumah sakit, pakai motor. Saya angkat anak saya, saya bawa ke RSKD (Rumah Sakit Kanudjoso Djatiwibowo Balikpapan),” jelasnya.
Sesampainya di rumah sakit, sempat muncul secercah harapan ketika anak ketiganya muntah sekali.
Namun harapan itu sirna dalam hitungan menit.
“Anak ketiga saya sempat muntah sekali. Makanya saya lihat, oh masih ada harapan. Tapi habis muntah itu gak ada muntah lagi. Gak sampai 10 menit. Dua duanya sudah meninggal,” kenangnya pilu.
Tak lama setelah ditemukan, anak kedua mereka juga menyusul kakak-kakaknya.
Kini, Laili mengaku tak sanggup membuka media sosial.
Berita tentang tragedi itu terus bermunculan, lengkap dengan foto-foto anaknya.
Bahkan komentar negatif yang menyalahkannya pun berdatangan.
“Banyak komen begini, begini. Kalau saya banyak uang ya bisa setiap hari memantau. Namanya anak-anak, mainan kita bilang enggak boleh juga mereka mainan di sana,” ucapnya, matanya berkaca-kaca.
Wa Ala Kehilangan 5 Cucunya Sekaligus
Sore di salah satu gang RT 68, Graha Indah, Balikpapan Utara, Kota Balikpapan, Kalimantan Timur, yang biasanya riuh dengan suara tawa anak-anak, kini berubah menjadi sunyi.
Keheningan itu terutama terasa di ujung gang, tempat tinggal seorang nenek bernama Wa Ala.
Di sanalah tawa lima cucunya dulu memenuhi udara setiap hari, sebelum semuanya berubah pada Senin (17/11/2025) petang.
Kelima cucunya, Alfa Kaltiana Hadi (12), Ica Nawang (11), Arafa Lirman Azka Faiez (8), Anaya Zaira Azarah (5), dan Kartika Ardayanti (9), menjadi korban tenggelam di kubangan KM 8 Balikpapan Utara.
Tragedi itu juga merenggut nyawa Muhammad Rifai (9), anak dari tetangganya.
Saat ditemui Tribunkaltim.co di rumahnya, Wa Ala mengenang bahwa sore itu sebenarnya berjalan seperti biasa.
Anak-anak kembali bermain di sekitar rumah sepulang sekolah, seperti rutinitas mereka setiap hari.
Bahkan, salah satu cucu yang paling dekat dengannya, Anaya, sempat meminta makan sebelum kembali bergabung dengan teman-temannya.
Momen sederhana itu kini menjadi kenangan terakhir yang tersisa.
“Mereka sering kumpul, main di sini. Rumah tetangga sepi, rumah saya yang paling ujung itu paling ramai. Cucu saya itu, Anaya, bilang ‘Nek aku mau makan’. Saya kasih nasi, sayur, ikan. Saya ambilin, dia makan sendiri. Abis makan, dia mainan lagi sama teman-temannya,” ujar Wa Ala sembari mengenang, Kamis (20/11/2025).
Menjelang sore, sekitar pukul 17.00 Wita, saat Anaya hendak kembali bermain, Wa Ala sempat mengingatkan agar mereka tidak pergi jauh.
Namun, peringatan itu tak diindahkan. Keenam anak terlihat asik melangkah pergi tanpa menjawab.
“Sempat saya tanya mau kemana? Mau mainan Nek kata mereka. Saya bilang, jangan main jauh-jauh ya. Tapi nda ada jawaban. Saya pikir, sudah asik main,” lanjutnya.
Beberapa jam kemudian, suara tawa anak-anak yang biasanya menyemarakkan rumah itu mendadak berganti menjadi jeritan panik dari para orang tua.
Saat kabar duka menyebar, Wa Ala tersadar bahwa suara tawa itu tak akan pernah terdengar lagi.
“Jadi saya itu kehilangan lima cucu sekaligus,” tutupnya dengan suara lirih.
Ikuti Proses Hukum
Laili mengungkapkan bahwa lokasi kejadian bukan satu-satunya kubangan di wilayah tersebut.
Kubangan-kubangan serupa muncul setahun terakhir setelah kegiatan pematangan lahan.
Sebelumnya, kawasan itu hanyalah kebun berbukit dengan aliran air kecil.
“Sebenarnya juga bukan cuma di situ aja kubangannya. Banyak. Cuma enggak kelihatan dari jalanan. Dulu itu kebun dan berbukit, ada aliran air kecil aja, gak ada kubangan. Setelah pematangan lahan, baru terbentuk kubangan,” ungkapnya.
Meski kehilangan tiga anak dan satu keponakan, Laili memastikan seluruh proses hukum akan ia serahkan sepenuhnya kepada aparat berwenang.
Namun, ia berharap pemilik lahan memasang pagar pada area atas kubangan yang dekat dengan permukiman warga sebagai langkah pencegahan.
“Masalah ini biar urusan hukum. Kalau kayak tuntutan secara pribadi itu enggak ada. Saya ikuti proses hukumnya saja,” pungkasnya. (TribunKaltim.co/Ardiana Kinan)
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/kaltim/foto/bank/originals/20251118_cekungan_kubangan_lokasi-6-anak-tewas-tenggelam-di-Balikpapan-Utara_3.jpg)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.