Bocah Tenggelam di Balikpapan Utara
Ayah Tiga Korban Tenggelam di Kubangan KM 8 Takut Buka Media Sosial, Begini Tanggapan Psikolog
Keluarga korban tenggelam di Balikpapan masih diliputi trauma mendalam, terutama setelah maraknya komentar negatif di media sosial
Penulis: Ardiana | Editor: Amelia Mutia Rachmah
TRIBUNKALTIM.CO, BALIKPAPAN - Tragedi tenggelam anak Balikpapan yang merenggut enam nyawa di kubangan KM 8, Graha Indah, Balikpapan Utara, masih menyisakan luka mendalam bagi keluarga korban.
Salah satu yang merasakan dampak paling besar adalah Laili, ibu yang kehilangan tiga anak sekaligus dalam peristiwa memilukan tersebut.
Trauma dan duka yang ia alami kini diperparah dengan derasnya pemberitaan serta komentar negatif di media sosial.
Laili mengaku sulit membuka kembali beranda media sosialnya. Berita mengenai kematian ketiga anaknya terus hilir-mudik di dunia maya, disertai foto-foto anaknya yang banyak dibagikan tanpa seizin keluarga.
Ironisnya, tidak sedikit komentar yang menyalahkan dirinya sebagai orang tua.
Baca juga: Ayah Anaya Kenang Detik Terakhir Anaknya Sebelum Tenggelam di Kubangan KM 8 Balikpapan Utara
"Banyak komen begini, begini. Kalau saya banyak uang ya bisa setiap hari memantau. namanya anak-anak mainan kita bilang enggak boleh juga mereka mainan di sana," ujarnya dengan mata yang berkaca-kaca.
Menanggapi hal ini, Psikolog Siloam Hospital Balikpapan, Patria Rahmawaty .S.Psi., M.MPd, Psikolog mengatakan, tragedi yang dialami Laili dan keluarga korban lainnya tentu menimbulkan trauma dan berpengaruh besar terhadap kondisi mental mereka.
Tak ayal, tragedi ini akan menimbulkan dampak psikologis yang berat. Seperti rasa takut, cemas, depresi hingga trauma.
"Karena tidak ada satupun orang tua di dunia ini yang ingin musibah seperti ini terjadi," ungkapnya.
Ia juga mengatakan, rasa bersalah orang tua korban tentu akan kerap muncul. Terutama saat mereka merasa kurang cermat mengawasi anak-anaknya.
Baca juga: Tangis Laili Ceritakan Kehilangan 3 Anak di Kubangan Maut Balikpapan, Banyak Komentar Menyalahkan
Dengan begitu, menurutnya, pilihan menarik diri dari sosial media selepas tragedi adalah hal yang wajar. Sebab, kata dia, hal ini bukan berarti mereka menolak bantuan, melainkan bentuk perlindungan diri dari tekanan yang memperburuk kondisi mental.
"Perasaan bersalah itu sangat wajar. Mereka bisa merasa lalai, abai, atau gagal menjaga anak. Itu beban psikologis yang luar biasa berat," pungkasnya. (*)
anak tenggelam di balikpapan
kubangan
psikolog
Siloam Hospital Balikpapan
Balikpapan
TribunKaltim.co
TribunBreakingNews
| Ayah Anaya Kenang Detik Terakhir Anaknya Sebelum Tenggelam di Kubangan KM 8 Balikpapan Utara |
|
|---|
| DLH Balikpapan Siapkan Sanksi Administratif, Lokasi 6 Anak Tenggelam Peroleh Persetujuan Lingkungan |
|
|---|
| 6 Anak Tewas di Kubangan KM 8, DLH Balikpapan Ungkap Fakta Baru, Ada Aktivitas di Lahan Tanpa Izin |
|
|---|
| Praktisi Hukum Desak Pertanggungjawaban Pengembang Soal 6 Bocah Tenggelam di Kubangan KM 8 |
|
|---|
| Isur Hanafsan, Buruh Harian yang Bermimpi ‘Om, kurang satu om’ Usai Selamatkan Bocah Tenggelam KM 8 |
|
|---|
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/kaltim/foto/bank/originals/20241027_Patria-Rahmawaty.jpg)