Bocah Tenggelam di Balikpapan Utara
Trauma Keluarga Korban Tenggelam KM 8 Balikpapan Memburuk, Psikolog Imbau Warga Tak Komentar Negatif
Keluarga korban tragedi KM 8 Balikpapan masih terpukul, sementara komentar negatif di media sosial memperdalam trauma mereka
Penulis: Ardiana | Editor: Amelia Mutia Rachmah
Ringkasan Berita:
- Orang tua korban tragedi KM 8 mengalami trauma berat dan menjauhi media sosial.
- Psikolog memperingatkan bahwa komentar negatif memperdalam kecemasan dan trauma.
- Pendampingan psikologis jangka pendek dan panjang dinilai penting untuk pemulihan.
TRIBUNKALTIM.CO, BALIKPAPAN - Trauma korban KM 8 Balikpapan masih membayangi keluarga yang kehilangan enam anak akibat peristiwa tragis di kubangan kawasan KM 8 Graha Indah.
Salah satu yang merasakan dampak terberat adalah Laili, ayah empat anak yang hingga kini tidak berani membuka media sosial karena terus dihantui berita kematian dan foto tiga anaknya yang menjadi korban.
Lebih memilukan lagi, unggahan tersebut kerap dibanjiri komentar negatif yang menyalahkan dirinya.
Psikolog Siloam Hospitals Balikpapan, Patria Rahmawaty .S.Psi., M.MPd, Psikolog mengatakan, kondisi psikologis masyarakat yang mudah bereaksi tanpa memahami situasi sering memperburuk keadaan. Terlebih, tak sedikit yang melakukan victim blaming atau menyalahkan keluarga korban.
Sehingga, ia menegaskan, komentar negatif hingga dengan menyalahkan keluarga korban dapat menimbulkan dampak serius secara psikologis.
Baca juga: Ayah Tiga Korban Tenggelam di Kubangan KM 8 Takut Buka Media Sosial, Begini Tanggapan Psikolog
"Komentar negatif bisa meningkatkan kecemasan dan memperdalam trauma. Mereka sudah berada dalam kondisi mental yang sangat rentan," jelasnya, Minggu (23/11/2025).
Ia juga membeberkan, dalam kasus ekstrem, trauma yang tidak tertangani dapat berkembang menjadi Post-Traumatic Stress Disorder (PTSD). Dengan disertai gejala seperti mimpi buruk, ketakutan berlebihan, paranoia, hingga depresi.
Sehingga, ia menegaskan pentingnya pendampingan psikologis dan psikiatris baik bagi keluarga korban maupun penyintas.
"Pendampingan psikologis sangat diperlukan. Tenaga ahli dapat membantu keluarga mengelola rasa kehilangan, trauma, dan rasa bersalah," ungkapnya.
Sebab kata dia, penanganan psikologis perlu dilakukan dalam dua tahap, jangka pendek maupun jangka panjang.
Baca juga: Ayah Anaya Kenang Detik Terakhir Anaknya Sebelum Tenggelam di Kubangan KM 8 Balikpapan Utara
Pada jangka pendek, keluarga terdekat harus mampu memberikan rasa aman dan nyaman bagi para keluarga korban, dengan memastikan adanya dukungan emosional tanpa menyalahkan.
Termasuk juga, menghadirkan tenaga ahli seperti psikolog atau psikiater untuk melakukan asesmen dan terapi awal.
Sementara pada jangka panjang, pendampingan difokuskan untuk membantu keluarga beradaptasi dengan kehidupan baru setelah kehilangan, menjauhkan mereka dari paparan ingatan traumatis, serta mencegah munculnya rasa bersalah berkepanjangan.
"Selain itu, keluarga juga perlu diajarkan strategi untuk menghadapi stres dan trauma agar dapat kembali menjalani kehidupan secara lebih kuat dan stabil," bebernya.
anak tenggelam di balikpapan
Grand City
Graha Indah
psikolog
Siloam Hospital Balikpapan
Balikpapan
TribunKaltim.co
TribunBreakingNews
| Ayah Tiga Korban Tenggelam di Kubangan KM 8 Takut Buka Media Sosial, Begini Tanggapan Psikolog |
|
|---|
| Ayah Anaya Kenang Detik Terakhir Anaknya Sebelum Tenggelam di Kubangan KM 8 Balikpapan Utara |
|
|---|
| DLH Balikpapan Siapkan Sanksi Administratif, Lokasi 6 Anak Tenggelam Peroleh Persetujuan Lingkungan |
|
|---|
| 6 Anak Tewas di Kubangan KM 8, DLH Balikpapan Ungkap Fakta Baru, Ada Aktivitas di Lahan Tanpa Izin |
|
|---|
| Praktisi Hukum Desak Pertanggungjawaban Pengembang Soal 6 Bocah Tenggelam di Kubangan KM 8 |
|
|---|
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/kaltim/foto/bank/originals/20251119_kubangan-di-km-8.jpg)