Berita Kukar Terkini

Dedikasi Mustakim, Guru SMA di Sebulu Kukar Rela Menginap di Sekolah demi Murid-muridnya

Menjadi guru bukan sekadar profesi bagi Mustakim, pengajar di SMA Nurul Yakin, Kecamatan Sebulu

HO/PRIBADI/HO/Mustakim
GURU DI SEBULU - Suasana proses pembelajaran yang dipimpin oleh Mustakim, pengajar di SMA Nurul Yakin, Kecamatan Sebulu, Kabupaten Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur. Sudah hampir setahun belakangan, Mustakim sering memilih bermalam di sekolah. (HO/Mustakim) 

TRIBUNKALTIM.CO, TENGGARONG - Menjadi guru bukan sekadar profesi bagi Mustakim, pengajar di SMA Nurul Yakin, Kecamatan Sebulu, Kabupaten Kutai Kartanegara (Kukar), Provinsi Kalimantan Timur.

Di Hari Guru Nasional ke-80, kisahnya mencerminkan arti ketulusan seorang pendidik yang menjadikan sekolah bukan hanya tempat bekerja, tetapi juga tempat ia berteduh dan mengabdi sepenuh hati.

Sudah hampir setahun belakangan, Mustakim sering memilih bermalam di sekolah.

Bukan karena tidak punya rumah, melainkan karena situasi yang membuatnya lebih mudah bertahan di lingkungan tempat ia mengajar.

Baca juga: Refleksi Hari Guru Nasional 2025, Menguatkan Perlindungan dan Kesejahteraan Guru

“Kalau kondisinya jalan bagus, saya kadang-kadang pulang. Tapi lebih sering menginap di sekolah,” ujarnya kepada TribunKaltim.co. 

Rumahnya berada di Desa Sanggulan, RT 17, berjarak sekitar 19-20 kilometer dari sekolah.

Jarak yang tampak biasa bagi sebagian orang, namun bagi Mustakim, perjalanan itu bisa berubah sulit terutama saat hujan dan jaringan internet di rumah tidak stabil.

“Kalau ada ujian, ada tugas penting, atau ada hal-hal soal guru, saya pilih menetap. Sekalian karena internet di sekolah lebih stabil daripada di rumah,” katanya sambil tertawa kecil.

Mengajar di sekolah swasta tanpa pungutan SPP dan uang pangkal membuat fasilitas terbatas dan honor tidak selalu memadai. Namun Mustakim sudah lama berdamai dengan keadaan itu.

“Kalau masalah gaji, alhamdulillah. Tapi itu kan hanya faktor kecil untuk bertahan hidup,” jelasnya.

Ia menegaskan ada hal yang lebih penting dari sekadar nominal.

“Ada hal yang jauh lebih penting, yaitu mengaplikasikan ilmu kita. Ilmu itu kan harus kita transfer ke generasi berikutnya,” timpalnya.

Baca juga: Sejarah dan Fakta Hari Guru Nasional 2025, Mengapa Diperingati Setiap 25 November?  

Pada malam-malam ketika suasana sekolah sunyi, Mustakim tak selalu sendirian.

Rekannya sesama guru, Muhammad Habibie, kadang ikut menginap dan saling menjaga.

“Kadang saya sendiri, kadang ada teman. Kami saling menjaga,” ujarnya.

Sumber: Tribun Kaltim
Halaman 1/2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved