Opini

Refleksi Hari Guru Nasional 2025, Menguatkan Perlindungan dan Kesejahteraan Guru

Momentum Hari Guru Nasional 2025 kembali mengingatkan, bahwa guru bukan hanya pengajar, tetapi penjaga moral dan penuntun masa depan.

HO/PRIBADI
MOMENTUM HARI GURU - Guru SMK di Samarinda, Dwi Yenie Kumala Sari Sulaiman, S. Pd., M. Pd. Momentum Hari Guru Nasional 2025 kembali mengingatkan bangsa bahwa guru bukan hanya pengajar, tetapi penjaga moral, pembentuk karakter, dan penuntun masa depan. (HO/PRIBADI) 

Oleh:

Dwi Yenie Kumala Sari Sulaiman, S. Pd., M. Pd.

Guru SMK di Samarinda

TRIBUNKALTIM.CO, SAMARINDA  - Bangsa Indonesia memperingati Hari Guru Nasional pada 25 November, sebagai bentuk penghargaan terhadap jasa dan dedikasi para pendidik.

Tidak sekadar seremoni, momen ini menjadi saat yang tepat untuk merefleksikan kembali bagaimana posisi guru dalam Sistem Pendidikan Nasional, terutama mengenai perlindungan hukum dan peningkatan kesejahteraannya.

Guru bukan sekadar tenaga pengajar.

Mereka adalah pembimbing moral, inspirator karakter, sekaligus garda terdepan pembentuk generasi bangsa.

Baca juga: HUT PGRI ke-80 di Kukar, Bupati Aulia Basri Tegaskan Peran Guru sebagai Fondasi Masa Depan

Namun realitas di lapangan menunjukkan bahwa profesi guru masih rentan terhadap berbagai masalah, mulai dari kriminalisasi dalam praktik pembelajaran, kekerasan dari peserta didik maupun orang tua, hingga rendahnya kesejahteraan terutama bagi guru honorer. 

Kondisi ini tentu bertolak belakang dengan ekspektasi besar yang dibebankan kepada mereka, yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa, seperti yang tercantum dalam Pembukaan UUD 1945.

Perlindungan Guru: Tantangan dan Kebutuhan Mendesak

Selama beberapa tahun terakhir, muncul banyak kasus guru yang dipolisikan, disomasi, dan tuntutan lainnya akibat teguran atau tindakan disiplin terhadap siswa.

Guru yang seharusnya dihormati justru sering diposisikan sebagai pihak salah, terutama ketika orang tua siswa merasa tidak puas atas metode pembinaan yang dilakukan.

Baca juga: Otorita IKN Bekali 600 Guru dengan Pendidikan Berbasis Life Skills

Situasi ini tentu saja menciptakan keraguan bahkan ketakutan bagi guru dalam menjalankan tugasnya. 

Tidak sedikit guru yang akhirnya memilih menghindari pendekatan pembinaan karakter karena khawatir akan tuntutan hukum atau tekanan sosial.

Padahal, pembinaan karakter adalah bagian penting dari jalannya proses pendidikan.

Sumber: Tribun Kaltim
Halaman 1/3
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved