Pilgub Kaltim 2018

Paslon Ini Dinilai Berjiwa Muda, Begini Cendekiawan Paparkan Gagasan yang Diusung soal Banjir

Acara debat diadakan untuk ajang dan panggung menunjukkan potensi diri calon pemimpin.

Instagram
Debat Publik Pilgub Kaltim 2018 

Laporan Wartawan Tribunkaltim.co, Muhammad Fachri Ramadhani

TRIBUNKALTIM.CO, SAMARINDA - Walaupun sudah berlangsung sepekan, tapi soal Debat Publik II Pilgub Kaltim yang disiarkan secara nasional oleh Inews TV masih juga menjadi pembicaraan.

Khususnya di kalangan cendekiawan Kaltim, seperti Dr. Musyahrim, mantan Kepala Dinas Pendidikan Provinsi Kalimantan Timur.

“Acara debat diadakan untuk ajang dan panggung menunjukkan potensi diri calon pemimpin. Bukan sekadar acara dan atau kegiatan yang menggugurkan kewajiban konstitusional yang digagas oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU),” ujar dia.

Musyahrim tidak berniat membangun piramid diskriminasi kandidat, masing-masing paslon memiliki keunggulan dan kekurangan masing masing.

”Namun Paslon 4, menurut saya Rusmadi-Safaruddin berjiwa muda,” jelasnya.

Baca: KPK Turun Gunung Tangani Kasus RPU Balikpapan, Lampu Kuning Buat Anggota Dewan

Baca: Doa Makan Sahur yang Pernah Dilakukan Rasulullah SAW, Lengkap dengan Artinya

Baca: Bhayangkara FC Vs Mitra Kukar, Tanpa Septian David, Naga Mekes Pakai Formasi 4-3-3

Maksud Musyahrim ada karakter kebapakan dan sikap seorang pemimpin yang matang dalam bersikap dan bertindak pada Rusmadi yang kelahiran Samarinda 30 Oktober 1962.

Namun dia berjiwa muda, sigap dan siap mengikuti irama muda, yang berfikiran maju dan kekinian.

”Contohnya penanganan banjir di dua kota besar Kalimantan Timur, yakni Samarinda dan Balikpapan. Kandidat lain tak ada yang berani memasang garansi penanganan banjir yang sistematis, semua normatif dan terkesan retorik,” tambahnya.

Sementara Rusmadi-Safaruddin, maju dengan sejumlah gagasan. Bahwa penanganan banjir bukan semata mata soal keteknikan, tapi aspek sosial budaya perlu dijadikan sandaran teori penanganan konflik di balik banjir.

“Mungkin sebagian orang menilai banjir adalah persoalan teknis, tapi jika dilihat lebih dalam banjir juga persoalan nonteknis, sosial, ekonomi, budaya, bahkan kesejarahan,” tambah dia.

Baca: Warga Ingin Kepastian Pantai Balikpapan Bersih dari Limbah B3

Baca: Najwa Hanya Beristighfar Dengarnya, Ini Jawaban Teroris Ketika Tito Minta Bunuh Diri Sendiri Saja

Baca: BREAKING NEWS - Kebakaran di Hari Pertama Puasa, Maryam Bersyukur Sempat Santap Berbuka

Banyak penyelenggara pemerintahan di Kaltim yang bias dalam mendefinisikan banjir yang disebut kejadian di luar kebiasaan seperti yang dialami oleh Kota Samarinda, beberapa waktu terakhir.

Bahwa ada empat jenis banjir yang dikenal di bumi.

Pertama banjir air. Jenis ini adalah banjir yang biasa terjadi. Dengan penyebab utama meluapnya air di sungai, danau, atau di selokan sehingga air akan naik menggenangi daratan.

Pada umumnya banjir air disebabkan dari hujan terus-menerus yang membuat sungai, danau atau selokan tidak dapat menampung air.

Kedua banjir bandang. Jenis banjir ini adalah banjir yang menyertakan atau mengangkut air dan lumpur.

Baca: Seleksi CPNS Dibuka Tanggal 27 Juni 2018, Pengumuman Formasi Akhir Mei, Ini Jadwal Lengkapnya!

Baca: Temuan Baru, Ada Kabel di Tubuh Terduga Teroris yang Serang Mapolda Riau

Baca: Donald Trump Sampaikan Pesan Ramadan yang Mengejutkan, Ini Alasannya Menurut Pengamat

Ketiga banjir lumpur. Jenis banjir ini, adalah banjir yang mirip banjir bandang akan tetapi lumpurnya keluar dari dalam bumi dan mengenangi daratan.

“Paslon 4 yang berani dengan tegas menempatkan penanganan banjir dalam kerangka besar Dasacita, aspek ke sembilan dengan konsentrasi utama normalisasi drainase dan pembangunan bendali di dua kota,” kata Musyahrim.

Lalu banjir jenis keempat yakni banjir laut pasang atau yang lazim disebut banjir rob.

Banjir jenis ini adalah banjir yang disebabkan oleh pasang air laut.

Sedangkan banjir kelima disebut banjir Cileunang.

Baca: Kemenhub Akan Biayai Kelanjutan Pembangunan Pelabuhan Benuo Taka

Baca: Merokok, Membatalkan Puasa? Begini Penjelasannya

Baca: Perangi Narkoba, GANNAS Temui Kapolda; 3 Daerah Ini Paling Rawan di Kaltim

Jenis banjir ini mirip dengan banjir air namun banjir Cileunang disebabkan oleh hujan yang sangat deras dengan debit air yang sangat tinggi. Biasanya, terjadinya banjir Cileunang sangat mendadak karena hujan yang sangat deras sehingga dalam waktu singkat, banjir.

Penyebab banjir ada lima.

Curah hujan, kelerengan wilayah, vegetasi, jenis tanah dan sistim drainase.

Banjir yang terjadi di Samarinda dapat ditentukan jenis dan penyebabnya, yakni trinitas alam banjir. Cileunang-Vegetasi-Drainase. Cileunang ada yang menyebut banjir bonus. Lepas dari pengamatan pengelola kota.

Ini juga disebut sebagai banjir akibat anomali cuaca. Benar jika dilihat dari perspektif presipitasi.

Baca: Begini Kronologi Penangkapan Pelaku Pembuat Video Ancaman Teror di Kota Tarakan

Baca: Kesaksian Bripka Iwan Sarjana, Polisi Selamat yang Disandera Napi Teroris di Mako Brimob

Baca: BI Kaltim Akan Susun Peta Jalan Pembangunan Ekonomi Syariah

Presipitasi yang juga dikenal sebagai satu kelas dalam hydrometeor dan merupakan fenomena atmosperik.

Setiap produk kondensasi uap air di atmosfir akan terjadi jika atmosfer yang merupakan larutan gas raksasa menjadi jenuh dan air, kemudian terkondensasi dan keluar dari larutan itu.

Ini yang disebut terpresipitasi.

Udara kemudian menjadi jenuh melalui dua proses yakni pendinginan atau penambahan uap air akibat penguapan dari bumi.

Presipitasi yang mencapai permukaan bumi dapat menjadi beberapa bentuk, termasuk hujan, hujan beku, hujan rintik, salju, sleet dan hujan es.

“Ini maksud saya yang butuh penanganan serius dan terencana dan Paslon 4 sudah mencanangkan itu dalam program kerjanya," tuturnya. (*)

Sumber: Tribun Kaltim
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved