Januari 2019 Hingga Sekarang, 5 Balita di Balikpapan Meninggal Dunia karena Demam Berdarah Dengue
Kasus demam berdarah dengue di Kota Balikpapan dianggap bahaya. Jumlah penderita demam berdarah dengue di Kota Balikpapan, Kalimantan Timur Timur.
Penulis: Siti Zubaidah | Editor: Budi Susilo
TRIBUNKALTIM.CO, BALIKPAPAN - Jumlah penderita demam berdarah dengue (DBD) di Kota Balikpapan, Provinsi Kalimantan Timur terus meningkat.
Terhitung dari awal tahun 2019 sampai hari ini ada 709 kasus, dengan lima orang yang meninggal dunia.
Ada 709 kasus dengan 5 kematian, tahun kemarin ada 418 kasus, dengan satu kematian.
"Kasusnya memang meningkat dari tahun lalu," kata Kepala Dinas Kesehatan Kota (DKK) Balikpapan Balerina JPP yang ditemui Tribun Kaltim di Kantor Walikota Balikpapan, Senin (8/4/2019).
Ia menjelaskan, kasus DBD di Kota Balikpapan sudah menyebar kemana-mana.
Walau begitu, kasusnya belum memasuki status kejadian luar biasa atau KLB, karena jumlah kasu belum mencapai dua kali lipat, dari kasus tahun sebelumnya.
Kasusnya yang paling tinggi berada di wilayahnya di Kelurahan Damai, Kecamatan Balikpapan Selatan, ada 300 kasus DBD.
Lima orang yang meninggal akibat DBD berasal dari Kelurahan Karang Joang, Kelurahan Gunung Samarinda, Kelurahan Klandasan Ilir, Kelurahan Muara Rapak dan Kelurahan Damai.
Untuk kasusnya tersebar dimana-mana, Kota Balikpapan sudah dikatakan endemis DBD karena setiap tahun ada kasus DBD.
"Upaya kita tetap menjalankan program, dan masih efektif pemberantasan sarang dengan metode nyamuk 3 M," jelas Balerina.

Ia menambahkan, hanya saja saat ini terjadi perpindahan kasus terbanyak. Dulu kasus paling banyak ada di wilayah Sepingan.
Hal ini karena pola hidup masyarakat sudah berubah, sudah memahami bagaimana cara penanganan dan penanggulangan kasus DBD.
"Kita harapkan, selain pemberian Abate, kita juga berharap dengan penggunaan kelambu air. Sementara untuk foging kita tidak sembarangan. Karena mekanisme foging itu ada aturannya, salah satunya jika lebih dari dua kasus DBD di daerah tersebut," tambah Balerina.
Upah di Bawah UMK dan Perlakuan PHK Sepihak, Puluhan Buruh Protes di DPRD Bulungan
Ada PNS di Penajam Paser Utara Mangkir Satu Tahun Tinggal di Surabaya, Begini Alasannya
Disampaikan Balerina, jika di wilayah tempat tinggal ada kasus DBD lebih dari dua orang, segera lapor ke Dinas Kesehatan. Petugas Dinas Kesehatan segera menangani.
"Apakah benar atau tidak, karena sering kali ada yang mengadu kasus DBD ternyata lain," katanya.
Di tempat lain, jumlah penderita demam berdarah dengue (DBD) di Kabupaten Penajam Paser Utara (PPU) sampai 5 Februari sudah mencapai 48 kasus, dan satu penderita meninggal dunia.
Jumlah ini mengalahkan rekor jumlah selama tahun 2018 yang hanya mencapai 46 kasus.
Kasi Penanggulangan Penyakit, Dinas Kesehatan (Dinkes) PPU, dr Eka Wadhana yang dihubungi, Selasa (5/2/2019) menjelaskan, jumlah penderita DBD sampai Februari sudah mengalahkan jumlah penderita tahun lalu.
"Jadi belum dua bulan tapi jumlah kasusnya sudah mengalahkan tahun lalu," ujarnya.
Gagal Melaju di Piala Indonesia, Roni Fauzan Disebut Bakal Jabat Manajer Mitra Kukar
Semarakkan Hari Raya Imlek, Plaza Balikpapan Bakal Tampilkan Barongsai hingga Mask Changing Show
HUT ke 122 Kota Balikpapan, Pantai Nirmala Lamaru Bakal Luncurkan Sepeda Gantung Couple
Eka mengatakan adanya peningkatan jumlah penderita ini karena perubahan cuaca panas dan hujan. Bahkan kasus DBD ini bukan hanya menimpa PPU namun hampir seluruh Indonesia.
Ia mengungkapkan bahwa satu penderita seorang bayi meninggal dunia. Eka menceritakan bahwa bayi tersebut sempat dibawa ke Puskesmas Penajam untuk diperiksa kemudian pulang.
Namun beberapa hari kemudian, bayi tersebut kemudian diperiksa kembali dan langsung di rujuk kr RSUD PPU.
"Karena sudah kondisi kritis sehingga dirujuk ke RS Kanujoso Balikpapan dan akhirnya meninggal, " ujarnya.
Untuk mencegah agar DBD ini tak meluas dan jumlah penderita semakin bertambah, pihaknya meminta kepada seluruh masyarakat untuk menjaga kebersihan lingkungan dan mencegaj adanya nyamuk.
Bahkan berharap agar masyarakat berupaya agar tak digigit nyamuk.
Selain itu, pihaknya juga melakukan pengasapan di lokasi atau daerah yang warganya terkena DBD. Hal ini dilakukan agar penyakit ini tak menular kepada orang lain.
Penyakit Demam Berdarah Dengue ( DBD) menjadi ancaman di berbagai wilayah Indonesia akhir-akhir ini.
Hujan dengan intensitas tinggi turut menambah risiko penyebaran penyakit yang disebabkan gigitan nyamuk Aedes aegypti ini.
Faktor yang mempengaruhi munculnya DBD antara lain kepadatan populasi nyamuk penular, karena nyamuk biasanya berkembang biak pada musim hujan.
Lalu, bagaimana perkembangbiakkan nyamuk Aedes aegypti?
Nyamuk jenis ini berkembang di air yang bersih.
Usahakan lingkungan tempat tinggal terbebas dari segala sesuatu yang dapat menimbulkan adanya genangan air.
Direktur Pengendalian Penyakit Tular Vektor dan Zoonosis Kementerian Kesehatan (Kemenkes) dr Siti Nadia Tarmizi mengatakan, satu nyamuk Aedes aegypti betina dewasa dapat bertelur ratusan jentik di permukaan basah atau air tergenang.
"Satu nyamuk menelurkan 100-300 jentik," kata Nadia kepada Kompas.com, Jumat (1/2/2019).
Selama hidupnya, nyamuk ini memiliki hingga lima fase bertelur.
Induk nyamuk Aedes aegypti bertelur secara berpisah, yaitu tidak semua telur diletakkan sekaligus, melainkan tersebar di lebih dari satu tempat dan prosesnya berjam-jam atau berhari-hari.
Telur berukuran sangat kecil, berbentuk lonjong memanjang.
Di Kaltara Selama Januari 2019 Ini DBD Sudah Renggut Dua Nyawa
Pertama kali diletakkan, telur tampak putih, tetapi dalam beberapa menit berubah menjadi hitam mengilap.
Adapun telur tersebut dapat bertahan selama enam bulan di tempat yang kering.
Kemudian, telur akan menjadi jentik nyamuk dalam waktu dua hari hingga satu minggu.
Nadia menyampaikan, nyamuk akan menggigit manusia pada pagi dan sore hari.
Kita dapat mencegah perkembangan nyamuk dengan melakukan pemberantasan sarang nyamuk melalui 3M, yakni menutup, menguras, dan mendaur ulang barang-barang bekas yang dapat menampung air.
Kita dapat menguras bak atau penampungan air dengan menyikatnya agar telur-telur nyamuk yang menempel dapat hilang.
Fogging atau pengasapan juga bisa menjadi salah satu alternatif memberantas nyamuk Aedes aegypti.
Namun, fogging hanya dapat membunuh nyamuk dewasa.
Musim DBD, Cegah Rumah Menjadi Sarang Nyamuk dengan Tips Berikut Ini
Selain 3M, masyarakat dapat menaburkan bubuk larvasida pada tempat penampungan air yang sulit dibersihkan.
Penggunaan obat nyamuk atau anti nyamuk, menggunakan kelambu saat tidur, memelihara ikan pemangsa jentik nyamuk, menanam tanaman pengusir nyamuk, tidak menggantungkan pakaian bekas pakai, serta mengatur pencahayaan dan ventilasi rumah juga dapat dilakukan untuk mengurangi risiko terkena penyakit DBD.
Nadia mengimbau masyarakat untuk memantau jentik di lingkungan sekitar.
"Mari kita lakukan gerakan satu rumah satu jumatik dengan kita menjadi juru pemantau jentik di rumah dan lingkungan kerja kita," ujar Nadia.
"Jaga diri kita dan anak kita dengan menghindari gigitan nyamuk dan bila demam segera ke puskesmas atau rumah sakit. Jaga kesehatan dalam cuaca seperti ini," kata dia.
Dilansir dari situs resmi Kemenkes, virus DBD biasanya menginfeksi nyamuk Aedes aegypti betina ketika menghisap darah seseorang yang tengah dalam fase demam akut (viraemia).
Fase ini terjadi dua hari sebelum panas sampai lima hari setelah demam timbul.
Ada Temuan 5 Warga Diserang DBD, Dinkes Kukar Langsung Lakukan Fogging di Gunung Gandek
Nyamuk menjadi infektif dalam waktu 8-12 hari (periode inkubasi ekstrinsik) setelah mengisap darah penderita yang sedang viremia dan tetap infektif selama hidupnya.
Setelah periode inkubasi ekstrinsik terlalui, kelenjar ludah nyamuk tersebut akan terinfeksi dan virusnya akan ditularkan ketika nyamuk menggigit dan mengeluarkan cairan ludahnya ke dalam luka gigitan ke tubuh orang lain.
Masa inkubasi penyakit DBD 3-14 hari, tetapi pada umumnya 4-7 hari.
Setelah masa inkubasi di tubuh manusia selama 34 hari (rata-rata selama 4-6 hari) akan timbul gejala awal penyakit, seperti demam tinggi mendadak yang berlangsung sepanjang hari, nyeri kepala, nyeri saat menggerakkan bola mata, nyeri punggung, terkadang disertai adanya tanda-tanda pendarahan.
Pada kasus yang lebih berat dapat menimbulkan nyeri ulu hati, pendarahan saluran cerna, syok, hingga kematian.
Sarang nyamuk, nyatanya dengan mudahnya bisa ditemukan di sekitar rumah kita.
Nyamuk yang dapat berkembang biak dengan mudah akan menyebabkan masalah tersendiri bagi kesehatan, khususnya sebagai penyebar penyakit.
Apalagi saat musim hujan seperti ini, penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) kembali merebak. Bahkan di sejumlah wilayah di Indonesia statusnya sudah Kasus Luar Biasa (KLB).
Pernahkah kamu menyadari, kalau sarang nyamuk yang ada di dekatmu ternyata difasilitasi oleh kita sendiri?
Seperti membiarkan lingkungan kotor, tidak membuang wadah berisi air yang mudah dipakai tempat bertelur nyamuk, atau malas merapikan baju yang menumpuk bergantung di belakang pintu.
Hal-hal tersebut sebetulnya memancing nyamuk bersarang di lingkungan kita.
Yuk, simak beberapa cara mencegah nyamuk berkembang biak di sekitar kita.
Ada Temuan 5 Warga Diserang DBD, Dinkes Kukar Langsung Lakukan Fogging di Gunung Gandek
1. Tutup wadah, lubang, atau genangan berisi air

Sifat nyamuk yang paling umum adalah suka bertelur di genangan air yang bersih.
Nah, yang paling mengkhawatirkan adalah, ketika di sekitar pekarangan rumah terdapat nampan, kendi ataupun lubang-lubang di tanah yang berisi air.
Hal tersebut merupakan surga bagi para nyamuk untuk berkembang biak.
Nyamuk akan lebih mudah berkembang biak ketika musim hujan, di mana tempat cekung yang terisi air hujan akan mudah dijadikan sarang bagi nyamuk-nyamuk.
Untuk mencegahnya, jika kamu menemukan genangan air di tanah, segera timbun dan tutupi dengan tanah.
Bila ada tempat atau nampan yang terisi air, silahkan tutup atau kosongkan wadah tersebut agar tidak menjadi sarang nyamuk.
Waspada DBD, Ini yang Disarankan Dinas Kesehatan, Lebih Penting untuk Mencegah
2. Jangan suka menggantung baju atau menumpuk barang

Nyamuk umumnya banyak ditemukan di sekitar tumpukan baju atau di sekitar barang-barang padat dalam jumlah banyak.
Pasalnya, nyamuk sifatnya memang menyukai tempat yang lembab dan gelap.
Bahkan jika kita telah menyemprotkan cairan serangga, hal tersebut masih tidak akan menjangkau keseluruhan sela di lemari.
Cara mencegah yang harus dilakukan adalah menghindari menumpuk barang-barang atau baju berlebihan, apalagi baju kotor yang sudah terkena keringat.
Jika ingin dipakai, jangan lupa kebaskan dahulu baju tersebut.
Biasakan menutup lemari, dan jauhkan barang-barang yang menumpuk ke tempat yang agak jauh dari pusat kegiatan kita.
Memasuki Musim Kemarau, DKK Balikpapan Imbau Warga Waspada DBD dan Difteri
3. Potong dan bersihkan tanaman liar di pekarangan rumah

Pekarangan yang ditumbuhi tanaman atau rumput hijau memang sedap dipandang.
Tapi tahukah kamu, nyamuk ternyata suka berada di sekitar tanaman lebat, panjang, dan tidak terawat?
Tempat tersebut biasanya lembab dan gelap.
Seperti yang telah dibahas tadi, ketika hujan, tidak semua air terserap ke dalam tanah, kadang masih tersisa di sekitar tanaman-tanaman yang tumbuh liar lainnya.
Nah, dari situlah nyamuk akan bebas menelurkan ribuan anak untuk membuat penyakit kepada manusia.
Rapikan perkarangan atau tanaman liar di sekitar rumah, jangan lupa juga tutupi lubang-lubang sekitarnya, ratakan dengan tanah.
Baiknya, kamu juga menanam tanaman penghalau nyamuk sepreti lavender, jeruk atau serai.
4. Tutup jendela di malam hari dan gunakan alat pengusir nyamuk

Sarang nyamuk di sekitar rumah akan menjadikan nyamuk lebih mudah berkelana mencari makanan di rumah.
Agar serangga itu tidak masuk, lapisi celah atau lubang kecil di rumah menggunakan kawat kasa halus.
Jangan lupa tutup jendela dan pintu di malam hari, karena nyamuk aktif pada malam hari.
Sebelum tidur, oleskan krim anti nyamuk pada tubuh.
Bila kamu memiliki bayi, tutup tempat tidur dengan alat penghalang nyamuk seperti kelambu.
Kamu juga bisa memanfaatkan alat penghalau nyamuk dan aroma tertentu agar nyamuk tidak mendekat.
Nah, ternyata Jus jambu kerap jadi pilihan minuman bagi penderita demam berdarah.
Khasiatnya dipercaya mampu menaikkan trombosit.
Lalu apakah jus jambu wajib dikonsumsi penderita Demam Berdarah Dengue (DBD)?
Dr Nina Dwi Putri, SpA(K), konsultan infeksi dan penyakit tropik anak menyebutkan saat DBD sebaiknya ada tambahan minuman lain selain air putih, seperti jus buah.
Staf pengajar di FKUI-RSCM ini menjelaskan jus buah yang mengandung elektrolit yang dapat menggantinkan cairan yang hilang karena demam dan muntah.
Jus jambu termasuk yang disarankan bagi penderita DBD tapi tidak wajib.
Ancaman DBD di Berbagai Wilayah Indonesia, Perhatikan Siklus Perkembangbiakan dan Penularannya
“Iya yang penting jangan air putih doang ya harus yang mengandung elektrolit. Jus jambu, boleh-boleh saja tapi tidak wajib,” kata Dr Nina kepada Tribunnews.com, Rabu (6/2/2019).
Ahli gizi dari Institut Pertanian Bogor (IPB) Ali Khomsan menambahkan jus jambu mengandung vitamin c yang dapat meningkatkan kekebalan tubuh.
Musim DBD, Cegah Rumah Menjadi Sarang Nyamuk dengan Tips Berikut Ini
Pepaya juga bisa menjadi pengganti buah jambu karena mengandung vitamin C yang tinggi juga.
“Jambu vitamin C tinggi bagus untuk kekebalan tubuh. Yang kaya vitamin C ada juga pepaya tapi psikologisnya jambu lebih dipercaya,” kata dia.

Selain jambu dan pepaya, buah lainnya juga bagus untuk dikonsumsi penderita DBD seperti mangga, apel, maupun jeruk.
Ia menyarankan agar memilih buah yang warnanya tidak berwarna merah atau coklat seperti darah.
“Buahnya bebas apa aja sebenernya, bisa mangga, jeruk yang manis, jus apel, pepaya bebas. Sebisa mungkin jangan yang warnanya nyaru dengan darah seperti warna merah atau coklat,” pungkas Dr Anna. ( )