Kratom, Daun Asal Kalimantan yang Akan Dilarang BNN Diekspor ke Amerika Senilai Jutaan Dolar
Daun Kratom ini disebut dapat memberikan efek sedatif seperti narkoba jika dikonsumsi dalam dosis tinggi sekitar 10-25 miligram atau lebih.
Dilansir situs lab Badan Narkotika Nasional (BNN), cara mengkonsumsi daun kratom biasanya dikunyah dalam bentuk segar ataupun dijadikan serbuk untuk diseduh menjadi teh.
Tanaman kratom pun semakin populer, namun literatur ilmiah tentang efek dan toksisitas kratom masih sangat langka.
Dalam dosis rendah, kratom dilaporkan memiliki efek stimulan (digunakan untuk memerangi kelelahan selama jam kerja yang panjang), sementara pada dosis tinggi dapat memiliki efek sedatif - narkotika.
Baca juga :
Polresta Samarinda Ringkus Jaringan Narkoba Skala Besar, Barang Disembunyikan di Kotak Susu
Lebih Bahaya dari Ganja, BNN Usul 'Obat Ajaib' dari Kalimantan Daun Kratom Masuk Daftar Narkotika
Ekspor ke Amerika Serikat
Menurut data dari kantor berita AFP, di Kalimantan Barat saja ekspor tanaman kratom mencapai hingga 400 ton sebulan dengan nilai sekitar 10 juta Dolar AS.
Kisaran harga global kratom saat ini sekitar 30 Dolar AS per kilogram.
Petani kratom Gusti Prabu (gambar), mengekspor 10 ton tiap bulannya. (dok dw.com) Pontianak menjadi pos perdagangan utama kratom di Kalimantan.
Data dari kantor pos utama, pada tahun 2016 menunjukkan bahwa wilayah itu mengirim sekitar 400 ton ke luar negeri setiap bulan yang memiliki nilai sekitar 130 juta Dolar AS per tahun.
Menurut American Kratom Association, sebanyak lima juta orang Amerika Serikat menggunakan kratom dan jumlahnya terus bertambah. Para pelanggan biasanya mendapatkan kratom melalui paltform online seperti Facebook, Instagram dan toko online Ali Baba.
"Sekitar 90 persen dari pengiriman kami dari provinsi Kalimantan Barat adalah kratom yang dijual ke Amerika Serikat," kata kepala kantor pos Zaenal Hamid.
Banyaknya permintaan kratom membuat para petani di Kapuas Hulu, Kalimantan Barat yang menjadi pusat produksi kratom, beralih profesi. Awalnya mereka memproduksi komoditas tradisional seperti karet dan minyak kelapa sawit, namun sekarang menjadi petani kratom.
Mereka mulai menanam pohon kratom dan mengubahnya menjadi tanaman komersial.
Dilansir dari dw.com, pada tahun 2017 ekspor kratom sempat turun karena cuaca buruk dan ketakutan akan salmonela.
Namun sejak tahun lalu, ekspor kratom kembali menguat.
"Pasar Kratom telah sangat baik selama dekade terakhir dan masih memiliki potensi di tahun-tahun mendatang," jelas Prabu, petani Kratom. "Orang akan melihat manfaatnya, cepat atau lambat," tambah Prabu.
(Kompas.com)